"Oma!"
"Jangan teriak-teriak Cherly."
Cherly langsung menutup mulutnya seraya bersembunyi dari balik tubuh wanita yang tidak dapat menutupi tubuhnya dari tatapan pria di sofa.
"Ada apa? Kamu mau main?"
Cherly tersenyum malu, "Cherly mau main sama teman. Boleh gak Oma?" Meskipun sudah beranjak remaja dewasa Cherly tetap meminta izin terlebih dahulu ke Oma nya sebelum pergi menemui temannya dan bermain di luar seharian tanpa mengingat waktu.
Retta menghembuskan nafasnya perlahan melihat jam dinding yang menunjukan hari sudah petang.
"Kamu mau pulang jam berapa kalo berangkat main jam segini? Oma gak izinin kamu pulang di atas jam sembilan."
Sudut bibir Cherly menurun. Langkah kakinya ikut mengarah ke kursi kebesaran Oma lalu Cherly duduk di lantai dengan kepala berbantalan paha wanita itu.
"Aku gak bakal pulang telat, Oma. Aku cuma main sama Sasa dan Digo." Bibirnya tersenyum meyakinkan Retta bahwasanya cewek itu bisa menjaga kepercayaan dan diri di luaran sana.
Retta melirik ke Argio yang sedang membaca koran di sabtu sore.
"Gimana Om gak cepat tua kalo sore aja baca koran," muak Cherly melihat Argio yang suka sekali membaca koran di hari weekend. Alih-alih pergi bermain bersama teman sebayanya pria itu lebih memilih diam di rumah membaca dan menonton tv menemani Retta.
"Tidak ada riset yang menyatakan seperti itu, Cherly."
Bibir Cherly bergerak meledek, "Ada tuh! Aku!" Suara tawa pun menggelegar di ruang tengah.
Retta tersenyum geli sedangkan Argio melirik sinis perempuan tampilan serba merah muda.
"Kamu yang antar ya."
Oh no!
Argio menggeleng cepat, "Gak. Cherly kan bisa naik motor sendiri." Argio anti berdampingan seseorang yang dari atas sampai bawah serba merah muda. Terlebih tampilan Cherly tidak luput dari pernak pernik mengkilat menyilaukan mata.
"Dia bakal pulang malam, Gio. Masa kamu biarin Cherly pulang malam naik motor sendiri?"
Cherly tersenyum kemenangan ke Argio yang kini mencari cara menolak permintaan Retta.
"Kamu gak usah keluar lah."
Lah? Jawaban apaan itu? Malam minggu tidak keluar main bersama teman? Omaga. Jika iya, Cherly panas dingin di kamar.
"Itu mah Om aja! Ya udah aku berangkat sendiri naik ojol aja Oma," kesal Cherly melirik jarum panjang yang terus memutar berganti angka.
Terpaksa Argio bangkit dari duduknya lalu ke kamar mengambil jaket dan kunci motor.
Cherly tersenyum begitupun Retta yang mendapat kecupan di pipi dari Cherly.
"Hati-hati ya sayang. Kalo udah sampai kabarin Oma."
"Siap Oma."
Tidak berselang detik Argio keluar kamar tanpa mengoceh.
Tanpa buat Argio kesal lagi, Cherly mengikuti langkah kaki Argio dari belakang.
Dari belakang Cherly bisa lihat jika Argio memiliki postur tubuh bagus di usianya ke 27 tahun. Bahkan kaos putihnya mencetak jelas punggung kokoh hasil dari olahraganya setiap minggu.
Duk!
"Awh! Kalo jalan liat-liat dong!"
Lo yang salah, lo yang galak. Slogan rokok yang cocok buat Cherly saat ini.
Cherly lantas menyengir kuda dan menunduk malu ditatap tanpa ekspresi oleh Argio, "Maaf. Cherly gak lihat."
Argio berbalik dan mengeluarkan motornya dari garasi.
Sebelum ditunggangi, Argio memanaskan motornya terlebih dahulu di halaman rumah.
"Om ikhlas gak antar aku?"
Argio mengangguk tanpa bersuara membuat Cherly merasa tidak enak karena menganggu waktu Argio.
Cherly mendekat ke Argio yang fokus mengecek kondisi motornya. Dengan ragu Jari telunjuknya menusuk bisep Argio.
"Ada apa?"
"Om gak marah kan cuma gara-gara ini?" tanyanya hati-hati di sebelah Argio.
Argio menaikan bahunya acuh sambil memakai helm full face, "Saya sih gak masalah. Asalkan kamu ingat waktu kalo main. Ada Oma yang menunggu kamu pulang."
Cherly mengangguk kikuk, "Okay Om Gio."
Argio menaiki motornya dan tak lupa membuka foot step agar mempermudah Cherly menaiki motor tingginya.
Walaupun sudah menggunakan foot step Argio tetap mengulurkan satu tangannya membantu Cherly duduk di jok belakangnya.
"Sudah nyaman?"
"Hah?!" Maklum cewek suka gitu kalo pakai helmet.
"Duduknya sudah nyaman belum, Cherly?"
Cherly mengangguk di dekat bahu Argio, "Sudah Om ganteng! Saatnya meluncur!"
...
kalo suka sama ceritanya jangan sungkan buat komen yakk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen Fiction"Perhatiannya dia itu gak lebih dari seorang Om ke ponakan. Apalagi ibu lo, kakaknya dia. Jadi, apa yang lo dapatin dari dia itu gak jauh dari rasa sayang seorang adik ke anak kakaknya." ... "Aku rela jadi simpenan Om Gio." © narrberry_ , 2024