Bab 3

65 11 3
                                    

Tatapan tajam dan mengintimidasi Nara layangkan pada mereka semua terutama Reza, setelah kejadian selama ini, gadis itu seakan tersadar jika semua yang dia perjuangkan hanya sia-sia. jadi untuk apa bersikap manja jika akhirnya tak pernah dihiraukan sama sekali.

Setelah kejadian dia yang jatuh dari tangga lantai dua, kini dia sadar jika selama ini memang tak diinginkan dalam keluarganya.

"Apa ada yang pernah mengajari saya sopan santun yang kamu maksud tadi?". Tanya Nara pada Reza, membuat pemuda itu terdiam.

"Selama ini kalian hanya mengatakan jika saya pembuat masalah dan pembawa sial. Apa pernah kalian mengajarkan hal yang baik pada saya?". Sambungnya lagi menatap tajam.

Semua terdiam entah harus menjawab apa, memang selama ini mereka selalu menghiraukan keberadaan Nara hanya Refa yang selalu mereka perhatikan. padahal Nara disinilah yang anak kandung tapi seakan Nara anak terbuang.

Mata Stefani berkaca-kaca, hatinya begitu sakit mendengar penuturan anak nya yang susah payah dia keluarkannya itu.

Ini bukan salah Nara, memang salahnya yang tak memberikan kasih sayang seorang ibu terhadap anak itu semenjak Refa hadir ditengah-tengah mereka.

Karena tak mendapat jawaban atas apa yang dilontarkannya, Nara kembali berjalan menuju lantai atas kamar nya, wanita itu menghela nafas panjang menahan amarah dalam hatinya.

Ceklek

Betapa terkejutnya nya ketika melihat kamar yang selama ini ditinggalinya kini sudah berubah bahkan tak ada satupun barang-barang Nara disana. Dengan langkah cepat dan penuh amarah wanita itu menghamburkan semua apa yang dilihatnya.

Prang

Prang

Suara kegaduhan terdengar sampai ke lantai bawah membuat mereka yang duduk terdiam sejak tadi langsung terkejut. Apalagi Refa baru mengingat jika kamar yang dia tempati sekarang adalah milik Nara.

Mereka semua berlari menuju lantai atas, Refa bahkan sudah sampai disana melihat semua barang-barang nya dihancurkan bahkan bajunya berserakan dilantai.

"Kakak apa yang kamu lakukan ?". Nara yang mendengar suara yang paling dia benci langsung berbalik menatap tajam kearahnya.

"Siapa menyuruh mu memindahkan barang-barang ku!!!. JAWAB!!!". geramnya dengan tangan mengepal.

"Nara apa yang kamu lakukan nak, kenapa kamu merusak milik adik mu". Ucap Stefani dengan wajah sedih.

Nara menghela nafas panjang menatap datar ibu kandungnya. Entah kenapa hatinya begitu sedih ketika ibunya sendiri membela anak yang nyatanya bukan yang dia lahirkan. Bahkan membiarkan Refa menempati kamar nya padahal dia masih tinggal dirumah ini juga.

"Miliknya? Adik saya? Hahaha sejak kapan kamar ini menjadi miliknya? Apa mama secara tidak langsung mengusir saya? Dan satu lagi DIA BUKAN ADIK SAYA KARENA SAYA TIDAK PERNAH MEMILIKI ADIK SEPERTI DIA". Teriaknya menunjuk wajah Refa yang seakan ketakutan.

Plak

Sebuah tamparan mendarat dipipi mulus gadis itu membuatnya menoleh kesamping, rasa perih menjalar bahkan sampai keseluruh tubuhnya.

Nara menatap Stefani yang baru saja menamparnya. selama menjadi anaknya, baru kali ini dia mendapat tamparan itu dan semua itu karena Refa yang selalu dibelanya.

Semua orang terkejut melihat itu, termasuk Davin. Pria dewasa itu tak menyangka jika mamanya akan menampar Nara didepan semua orang. Hanya karena emosi sesaat hingga bermain tangan.

"Ra...". Ucap Stefani dengan suara bergetar melihat anaknya yang barusan dia tampar.

"Pergi dari kamar ku!!". Usir Nara dengan nada dingin.

"Tapi ini sudah jadi kamar aku kak". Kata Refa yang tak mau kalah, sejak lama dia menginginkan kamar Nara karena kamar nya bagus dan sedikit lebih besar dibandingkan kamarnya.

Nara memejamkan mata beberapa saat kemudian keluar dari kamar itu menuju kamar Refa yang akan ditempatinya mulai sekarang. cukuplah dia mengalah kali ini karena tubuhnya begitu lelah apalagi dia baru pulang dari rumah sakit yang hanya dibutuhkan nya adalah istirahat.

Gadis itu kini berbaring dikamar baru nya, ah ralat.. tapi dikamar bekas Refa. Matanya menatap lurus keatas sesekali bibir mungilnya mengeluar nafas panjang begitu lelah dengan semua ini.

*****

Pagi harinya Nara terbangun lebih awal dari biasanya, sekitar pukul lima pagi. Nara membawa langkah menuju kamar mandi kemudian keluar dengan muka yang sudah segar.

Hari ini dia ingin melakukan olahraga ringan yaitu pergi berlari agar tubuhnya sedikit bugar karena terlalu lama berbaring dirumah sakit.

Setelah menggunakan pakaian olahraga, dia segera turun kelantai bawah, disana sudah ada beberapa pembantu yang mulai sibuk dengan aktifitasnya tapi Nara menghiraukan mereka terkecuali bi marni yang memang tulus menyayangi nya berbeda dengan pembantu yang lain.

Nara berlari kecil kearah taman kompleks perumahan itu, dengan memutari beberapa kali taman itu, kemudian duduk untuk istirahat dan juga meminum air nya yang kebetulan dia bawa dari rumah.

Saat sedang meneguk airnya ternyata ada seorang pemuda yang duduk disampingnya menatap Nara yang sedang minum. Nara melirik sekilas menatap orang itu kemudian tak menghiraukannya sama sekali. Dia kembali berdiri dari duduk nya dan meninggalkan pemuda itu sendiri disana.

"What? Apa dia tidak melihat ku?". Ucap pemuda itu menunjuk dirinya sendiri.

Dia adalah Reza, kakak kandung Nara. Memang setiap pagi pemuda itu juga selalu melakukan olahraga pagi layaknya Nara. Ah bukan, tepatnya Nara lah yang selalu mengekori kemana pun dia pergi tapi kali ini seakan berbeda bahkan adiknya itu tak melihatnya sama sekali.

"Ahhh mungkin dia hanya pura-pura atau ini strategi barunya untuk mencari perhatian ku". Ucapnya lagi.

"Hahaha sungguh pemikiran luar biasa. Dia sengaja mengabaikan semua orang dirumah agar kami bisa simpati dengannya. CK drama murahan". Sambungnya lagi kemudian beranjak dari sana dan pulang kembali kerumahnya karena hari ini dia akan sekolah.

Sedangkan Nara Kini tengah bersiap untuk ke sekolah, dia menatap wajahnya pada pantulan cermin. Senyum manis terbit dibibirnya setelah satu Minggu dia tidak hadir disekolah kali ini dia akan kembali lagi dengan orang yang baru.

Sebelumnya gadis itu selalu berdandan dan memakai baju ketat sampai kancing-kacing seragam sekolahnya saling tarik menarik, tapi kali ini penampilannya begitu berbeda dia hanya memakai lipbalm Agar bibirnya terlihat segar dan juga sunscreen.

Setelah semuanya selesai, dia segera turun kebawah, disana sudah ada keluarga nya yang sedang duduk makan dimeja makan. Nara hanya menatap sekilas dan melewati mereka menuju kearah dapur.

Semua orang tertegun melihat penampilannya yang begitu anggun layaknya putri konglomerat. Bahkan Dirga menatap anaknya tidak percaya karena wajah itu sangat mirip dengan istrinya waktu muda bagai buah pinang dibelah dua.

Dirga menatap Stefani kemudian kembali menatap Nara dan menggeleng kepalanya. Anaknya tampak terlihat cantik dan dewasa ketika tak memakai riasan.

"Bibi... Apa bibi sudah menyiapkan bekal ku?". Tanya Nara ketika melihat bi Marni yang sedang didapur.

"Eh non Nara, sudah non". Jawabnya kemudian memberikan kotak bekal itu pada Nara.

"Makasih yah Bi...". Ucap nara dengan senyum mengembang, semua itu tak luput dari penglihatan orang-orang yang sedang makan dimeja makan tersebut.

"Sama-sama non, tapi yakin hanya satu saja bekalnya biasanya kan non nara mintanya dua".

"Yakinlah bi". Jawab Nara kemudian membisikkan sesuatu ditelinga bi marni membuat dua orang yang berbeda umur itu terkekeh pelan.

Stefani yang melihat itu merasa cemburu, kenapa bisa anaknya dekat dengan pembantunya dibandingkan dengan dirinya. Padahal dia adalah ibu kandungnya yang telah mengandung dan melahirkannya didunia ini tapi setelah besar malah anaknya begitu dekat dengan bi Marni.

Bersambung...

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang