Plak
"Jaga ucapan mu vin!!, bagaimana pun dia juga tetap adik mu". Ujar Fani menggebu-gebu menampar putra sulung demi membela putri kesayangannya.
"Pantas saja Nara merasa sendiri selama ini, aku mengerti sekarang kenapa adik kecil ku selalu membuat onar selama ini. Dia hanya ingin diperhatikan dan disayangi karena semua kasih sayang kalian hanya untuk anak pungut yang kita tidak tahu asal usul nya". Kata Davin dengan suara rendah.
Dia ingin sekali melampiaskan kemarahannya, tapi tidak tahu harus dengan siapa kemarahan itu dilampiaskan. Ini juga salah nya yang tak pernah membela adik kecilnya yang selalu merasa sendiri.
Tak terasa air mata lolos begitu saja pada pelupuk matanya, mengingat bagaimana dulu dia memperlakukan Nara tanpa memperdulikan perasaan gadis itu.
"Sebagai ibu, apa hati mama tidak bergerak sedikit pun melihat putri kandung mama sendiri di perlakukan seperti itu ?. Dan untuk papa juga apa papa tidak menyesal telah melukai fisik anak papa sendiri?".
"Apa kalian tidak ingat bagaimana perjuangan kalian mendapatkan Nara? Terutama mama. Apa hati mama sudah sepenuhnya untuk anak pungut ini ? Ingatlah Nara lahir dirahim mama yang susah payah mama keluarkan saat itu sampai mama akan menyerah, hiks.. bahkan saat nara ingin lahir kedunia ini, saat itu keadaan kita belum seperti ini. Lihatlah setelah dia lahir, dia membawa keajaiban yang luar biasa bukan? Yang dulunya perusahaan papa hampir bangkrut bisa berkembang lagi secara pesat hingga sekarang". Tangis Davin, entah kenapa mengingat semua yang dilakukan keluarganya pada Nara begitu menyayat hatinya.
Sedari kecil anak itu tak pernah mendapat kan kasih sayang yang utuh bahkan hanya kebencian yang didapat dari keluarganya seakan dialah yang diambil dari jalanan.
Semua terdiam mendengar ucapan Davin, memang betul apa yang dikatakan pria itu. Selama ini Nara lah yang membawa keberuntungan bagi keluarga Mahendra.
"Hiks... Maaf kak. Jika kakak membenci aku, aku akan pergi dari rumah ini sekarang juga. Karena memang kehadiran aku disini membuat keluarga kalian berantakan hiks...". Tangis Refa membuat semua orang menatap kearahnya.
Gadis itu menghapus air matanya dan segera beranjak dari sana menuju kamarnya, sedangkan Davin yang melihat itu hanya melirik sekilas dengan tatapan tajam.
Fani segera mengejar Refa, dia tidak mau anak kesayangannya pergi dari rumah ini. Sedangkan Dirga menatap tajam pada Davin.
"Jika adik mu pergi dari sini maka orang pertama yang akan papa salah kan adalah kamu Davin!!". Tegasnya.
"Cihh!! Dasar orang tua tak berguna". Ucap Davin meninggalkan meja makan itu dan keluar menuju garasi mobil melajukan mobilnya entah kemana tujuan pria itu. Yang pasti saat ini dia ingin menenangkan dirinya untuk sementara waktu.
***
Nara terbangun dengan meringis sebab sudut bibirnya terasa bengkak. Gadis remaja itu membawa langkahnya menuju kamar mandi.
Dia dapat melihat pantulan wajahnya di cermin. "Aishh malah bengkak lagi". Gerutunya meringis.
Gadis itu segera melakukan ritual mandinya dan setelahnya memakai seragam sekolah nya kemudian turun kelantai bawah.
Seperti biasa ketika pagi hari nya keluarganya sudah berkumpul untuk sarapan pagi. Tapi kali ini ada yang kurang yaitu ketidak adaan Davin disana, entah kemana kakak sulungnya itu dia pun tak tahu.
Nara ingin melewati mereka begitu saja tapi lagi-lagi langkahnya terhenti sebab seseorang memanggilnya.
"Kak Nara ayo sarapan dulu". Ajak Refa melihat kearah nara yang ingin melewati meja makan itu.
Gadis itu berbalik menatap Refa, entah kenapa setiap melihat yang katanya adik nya itu membuatnya emosi. Apa Refa tidak ingat gara-gara dia, Nara harus mendapatkan tamparan hingga sudut bibirnya bengkak seperti ini dan berwarna agak kebiruan.
Semua orang yang melihat Nara begitu terkejut, terutama Dirga sebagai pelaku yang melakukan hal itu pada putri kandungnya sendiri.
fani refleks berdiri melihat bengkak di sudut bibir Nara, wanita paru baya itu mendekat ingin memegang luka putri nya tapi dengan segera gadis itu tepis.
"Tidak usah perhatian seperti ini. Cukup Anda selalu seperti biasanya setiap hari". Ujar Nara menatap Fani.
"Sudut bibir mu bengkak nak". Katanya sedikit meringis melihat bengkak itu.
Nara tersenyum miring. "Saya tahu dan semua ini adalah ulah suami tercinta anda dan penyebab nya anak kesayangan anda. Jadi tidak usah berlebihan seperti itu". Jawab nya menohok.
Dirga terdiam, sedikit ada penyesalan dalam hatinya melihat putri nya seperti itu, tapi untuk sekedar meminta maaf tak terucap dari mulutnya.
Nara berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun sebab percuma saja, mereka tak akan mengerti dengan keadaannya. Apalagi melihat papa nya Dirga tak ada sedikitpun rasa bersalah pada dirinya.
Setelah menempuh perjalanan menggunakan taksi, akhirnya Nara sampai disekolahnya. Masih sedikit siswa-siswi yang datang sebab dia datang begitu pagi tujuannya adalah untuk sarapan dikantin.
"Bu, saya pesan nasi ayam geprek nya yang level delapan. Minumnya es teh sama tambahin tempe mendoan yah". Ujar nya pada pemilik kantin.
"Oke neng, ada lagi nggak?". Tanya pemilik kantin itu.
Nara berfikir sejenak. "Aku juga mau cemilan roti isi
coklat dua sama gabung Fla nya dua juga tambahin air mineral satu yah Bu".
"Baik neng. Ditunggu yah". Nara hanya mengangguk kemudian berjalan menuju tempat duduk yang sudah disediakan.
Tak lama menunggu akhirnya makanan yang dia pesan datang juga. Nara yang melihat itu begitu berbinar sambil menelan air liur kasar.
"Ini neng". Ucap pemilik kantin itu menyodorkan sesuatu pada Nara.
"Ini apa Bu?". Tanya nya bingung.
"Ini salep neng, olesin ke sudut bibir neng Nara supaya bengkak nya sedikit mengempis. Ini ampuh Loh neng". Jawab pemilik kantin itu. Nara tersenyum hangat, orang lain begitu perhatian pada nya sedangkan keluarganya hanya menyakitinya saja.
"Makasih yah Bu". Bu kantin itu hanya tersenyum kemudian berlalu dari sana.
Nara segera menyantap makanan nya hingga habis tak tersisa. Perutnya terasa penuh dan kini dia terasa merasa mengantuk juga.
"Aduh kebanyakan makan ini". Gumamnya mengelus perut nya.
Dia melihat kembali salep yang diberikan ibu kantin padanya, kemudian membuka salep itu dan mengoles pada sudut bibirnya.
Setelah membayar dan mengucapkan terimakasih dia beranjak dari sana untuk kekelasnya, sebab sudah banyak orang yang datang bahkan Marvel ddk juga sudah datang dan kini tengah nongkrong didepan kelas mereka tak terkecuali Refa yang selalu menempel pada geng abal-abal itu sambil menunggu bel masuk berbunyi.
Kedatangan Nara membuat mereka semua menatap kearahnya, tapi gadis itu tak memperdulikan nya dan tetap berjalan dengan wajah datar dan dingin bahkan melihat kearah mereka juga tidak sama sekali.
Marvel yang melihat ada perbedaan dari wajah Nara segera menahannya.
"Kenapa wajah mu?". Tanyanya dengan memegang tangan Nara.
Nara yang melihat tangannya dipegang oleh orang paling dia benci langsung menghempaskan dengan kuat.
"Jangan banyak urusan, urus saja kekasih mu yang melihat saya tak senang karena kamu memegang tangan suci saya". Jawab Nara membuat Marvel tak puas.
"Siapa yang memukul mu?". Tanyanya kembali.
"Apa jika saya mengatakan, kamu akan memukulnya juga ?". Tanya Nara dengan senyum miring nya melihat Refa yang berdiri disamping Marvel.
Pemuda itu mengangguk, kembali membuat Nara tersenyum miring.
"Tuan Dirga Mahendra". Jawab nya kemudian berlalu masuk kelas meninggalkan mereka yang tampak melongo dengan ucapan Nara.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Y.A.K.A.D
Teen FictionIni bukan cerita transmigrasi tapi cerita dimana kekecewaan anak kandung yang sudah tidak bisa ditolerir lagi sebab keluarga nya lebih menyayangi anak angkat nya dibandingkan dengan dirinya yang notabene anak kandung dirumah itu. Hingga di sadar dan...