Bab 8. manusia bermuka dua

248 25 3
                                    

Marvel terdiam sebab memikirkan ucapan terakhir dari Nara, bahkan dia tidak memperhatikan guru yang menerangkan didepannya. Pemuda itu terus menatap kearah Nara yang fokus dengan pelajaran hari ini.

"Ada apa?". Bisik Abian yang sejak tadi melihat sahabatnya terus menatap kearah Nara.

"Apa kamu masih memikirkan apa yang Nara katakan ? Jika iya, maka lupakan itu. Tidak mungkin kan papanya melakukan hal itu pada putrinya sendiri". Sambungnya lagi.

"Aku yakin dia pasti berbohong hanya untuk mendapat simpati mu. Lihatlah tadi ketika kita tanya Reza dan juga Refa mereka mengatakan jika bukan papa nya kan yang memukulnya". Ocehnya tanpa henti sedangkan Marvin hanya terdiam mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

"mungkin memang benar apa yang dikatakan oleh Abian, aku tidak boleh tertipu hanya melihat dia terluka'. Batinnya

Padahal Nara juga tidak memperdulikan nya. Tapi Marvin lah yang sedari tadi terus memancing nya menanyakan perihal luka pada sudut bibirnya.

Dibangku paling sudut bagian belakang seorang pemuda sedari tadi juga terus menatap Nara, entah apa yang ada dalam benaknya tak ada yang tahu dan hanya dialah yang tahu.

Sedangkan yang ditatap begitu malas mendengar penjelasan guru nya didepan. Akibat terlalu banyak makan akhirnya dia jadi mengantuk.

"Hoam". Gadis itu menguap beberapa kali Bahkan sampai matanya berair.

Tak berselang lama akhirnya bel istirahat berbunyi membuat siswa-siswi begitu girang. Bagaimana tidak guru yang menerangkan didepan adalah guru sepuh yang ketika mengajar begitu membosankan.

"Akhirnya istirahat juga". Ucapnya langsung membaringkan kepalanya diatas meja.

Indira yang melihat itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah teman sebangkunya sekaligus sahabatnya.

"Kok tumben sih kamu ngantuk sampai segitu nya ?". Tanyanya sebab tidak biasanya Nara seperti ini.

"Aku makan banyak tadi pagi dikantin sekolah makanya mataku rasanya begitu berat". Jawab gadis remaja itu dengan mata terpejam.

"Jadi kamu nggak mau kekantin makan siang ?".

"Nggak ahh aku masih kenyang, aku mau tidur saja". Jawabnya dengan malas.

"Tapi aku titip air mineral sama roti yah". Sambungnya lagi membuat indira memutar bola matanya malas.

"Ya sudah aku duluan, mau makan dulu". Nara hanya mengangguk lemah kemudian tertidur tanpa menghiraukan keributan dikelasnya setiap jam istirahat.

Semua siswa-siswi keluar untuk sekedar istirahat dan makan siang dikantin tapi berbeda dengan Nara yang tidur dikelas. Bukan hanya dia tapi seseorang yang juga tidur di pojokan. Ah dia tidak tidur tapi terus menatap kearah Nara dengan posisi membaringkan kepalanya.

Tatapannya begitu tajam seperti elang, dia terus menatap Nara intens kemudian beranjak dari sana melewati Nara yang tengah tertidur.

Dia berhenti sejenak kemudian mengeluarkan sesuatu dan meletakkan pada tas Nara yang terbuka sedikit. Setelahnya dia berlalu begitu saja keluar dari kelas itu.

Tak lama dua orang masuk kesana dan melihat Nara tertidur.

"Kak Nara bangun". Ucap nya menggoyangkan tubuh Nara dengan kasar.

Karena terlalu mengantuk Nara tak memperdulikan hal itu. Kali ini dia benar-benar tidak bisa dibangunkan. Matanya seakan memiliki lem.

Karena usahanya yang sia-sia akhirnya dia menarik rambut Nara dengan kasar kemudian mendorong hingga Nara terjatuh kebawah.

Gadis yang terjatuh itu meringis kesakitan dan begitu emosi sebab tidur nya harus terganggu oleh dua orang yang tidak tahu diri itu.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN HAAA!!". Teriak nya dengan mata memerah.

"Aku membangunkan kakak tapi kenapa susah sekali". Jawab nya yang tak lain adalah Refa.

"Saya tidak menyuruh mu membangunkan ku sialan!!".

"Hee Nara. Kamu apa-apaan sih. Niat kita itu baik kesini. Refa tu mau ajak kamu kekantin eh malah marah-marah tidak jelas". Bela teman refa yaitu ayu.

Nara mencoba meredam amarah nya dengan menarik nafas dan membuangnya secara kasar secara berulang kali.

"Pergi kalian. Jangan ganggu tidur ku". Ucapnya mengusir dua orang itu kemudian kembali duduk dan membaringkan kepalanya diatas meja.

Refa dengan lancang langsung menarik Nara hingga gadis itu tersentak namun dengan kasar dia langsung mendorong nya hingga terjatuh dan kepalanya terbentur dimeja.

Darah segar mengucur keluar dari kepala Refa membuatnya menangis melihat darah ditangannya.

Ayu yang melihat itu langsung panik dan berlari keluar memanggil Marvel ddk. Tak lama suara langkah kaki yang sedang berlari mendekat kearah ruangan kelas itu.

Refa yang mendengar itu langsung menangis begitu kencang dan seakan menjauh dari Nara dengan wajah ketakutan.

Marvel menatap tajam kearah Nara yang sedang berjongkok disamping Refa begitu pun juga Reza.

"APA YANG KAMU LAKUKAN SIALAN!!". Tanya Reza langsung mendekati Refa yang kini penuh darah dikepala maupun ditangannya.

Tanpa menunggu lama, Reza segera mengangkat adik kesayangannya menuju UKS. Disana sudah ada dokter yang memang disiapkan untuk para siswa-siswi jika mengalami cidera.

"Jika terjadi sesuatu dengan pacar ku. Maka kamu akan tahu sendiri akibatnya!!". Ucap Marvel dengan nada ditekan kemudian menyusul Reza yang membawa Refa. Begitu pun geng nya yang mengekor dibelakang.

Nara menghela nafas panjang, selalu dia yang disalahkan. Jika Refa tidak datang mengganggunya mungkin saja hal itu tidak akan terjadi.

"Dasar menyusahkan saja". Gumam Nara mengepalkan tangannya.

Gadis itu baru sadar jika sudah banyak orang yang berkumpul tengah menyaksikan yang terjadi barusan dan menatapnya dengan sinis bahkan berbagai cibiran keluar dari mulut mereka.

"Astaga apa dia melukai Refa ?".

"Kasian sekali Refa padahal dia anak yang sangat baik"

"Dasar pembawa sial. Pantas saja reza kakaknya tak pernah menghiraukan dia".

"Aku tak menyangka dia melakukan itu".

"Mungkin dia iri karena Marvel berpacaran dengan Refa".

Dan masih banyak cibiran-cibiran yang terdengar ditelinga Nara tapi gadis itu tak menghiraukan nya sama sekali.

Indira membelah kerumunan dan segera menghampiri Nara.

"Astaga... Apa kamu tidak apa-apa?". Tanyanya dengan wajah panik.

"Woii.. Indira, dia itu pelaku nya ngapain kamu tanya keadaannya". Ucap siswi yang tidak menyukai Nara.

"Terserah saya. Bukan urusan mu". Jawab Indira dengan nada sinis.

Akhirnya siswa-siswi itu membubarkan dirinya kerena sudah tak ada lagi kejadian heboh.

Nara tersenyum hangat, disaat yang lain menyalahkannya ternyata sahabatnya malah mengkhawatirkan dirinya. "Aku tidak apa-apa". Jawabnya.

"Syukurlah".

"Apa yang terjadi, kenapa dia bisa dikelas kita dan berdarah?". Tanya Indira penasaran.

Nara akhirnya menceritakan tanpa ada yang ditutupi sedikitpun, Indira yang mendengar itu langsung meradang.

"CK. Pantas saja. Dasar manusia bermuka dua". Geram Indira.

Nara termenung memikirkan ketika nanti dia pulang sekolah. Pasti akan ada drama dimana dia akan disalahkan kembali dan membuat orang tuanya murka.

Atau tidak sebentar lagi dia akan dipanggil diruang guru mungkin. Entahlah Nara merasa dunianya tidak pernah berpihak padanya. Padahal dia hanya ingin menjalani hidup dengan baik dan tanpa ada gangguan sedikit pun.

"Nara kamu dipanggil diruang guru".

Bersambung...

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang