Bab 1. prolog

840 29 0
                                    

⚠️⚠️⚠️ warning typo ⚠️⚠️
Jangan lupa tinggalkan vote, komen, follow,and share,
Karena itu semua penting untuk mimin.
Biar makin panjang ceritanya...

*****

Happy reading guys 🍒☺️

Mata seorang gadis yang tengah berbaring di tempat tidur khusus pasien perlahan mulai terbuka, dia menatap sekeliling tapi tak ada orang sama sekali. Entah kemana semua orang yang dianggapnya keluarga, dia sama sekali tak menemukan diruangan itu.

"A-air". Ucapnya dengan suara serak yang terbata-bata. Ceklek

Pintu ruangan bernuansa putih itu terbuka memperlihatkan wanita paruh baya berusia sekitar lima puluh tahun, dia membelalakkan matanya melihat orang yang sudah lama dia tunggu kesadarannya kini melihat kearahnya.

"Non Nara , YaAllah akhirnya non sadar juga". Ucap Wanita itu tak lain adalah pembantu dari keluarga Mahendra. Dialah selama ini yang menjaga Nara dirumah sakit walaupun harus bolak balik kerumah majikannya.

"A-air". Ucap Nara menatap manik mata bi Darni, wanita paruh baya itu langsung tersadar dan segera mengambilkan air untuk anak majikannya.

"Ini non pelan-pelan yah". Ucapnya membantu Nara untuk bangun.

"Astaga non, bibi sampai lupa panggilin dokter karena begitu senang lihat non Nara sudah sadar". Bi marni segera keluar kembali untuk memanggil dokter.

Tak menunggu lama pintu terbuka, disana sudah ada dokter dan juga suster serta bi Marni mengekor dibelakang.

"Saya permisi periksa dulu yah". Nara hanya mengangguk.

"Apa ada yang sakit?". Nara kembali menggeleng.

Setelah melakukan pemeriksaan dokter tersebut menjelaska jika sudah tak ada lagi yang dikhawatirkan dan besok lusa Nara bisa pulang karena memang sudah tak merasakan sakit apapun.

Bi marni menghela nafas mendengar penjelasan dokter, akhirnya anak majikannya bisa siuman setelah satu Minggu tak sadarkan diri karena jatuh dari tangga lantai dua rumahnya.

Wanita paruh baya itu menatap iba Nara, selama dia dirawat tapi tak ada satupun keluarganya yang datang melihatnya sama sekali bahkan menanyakan kabarnya saja tidak pernah ada.

"Non ara makan dulu Marni habis itu minum obat". Dengan cekatan bi Marni mempersiapkan makanan yang memang dari rumah sakit itu.

"Biar saya saja bi, bibi bisa istirahat. Saya tau kalau bibi mungkin sudah capek merawat saya selama dirumah sakit". Ungkap Nara mengambil makanan yang dipegang oleh bi Marni.

"Tapi non..."

"Nggak apa-apa bi, saya sudah sembuh kok jadi bibi tidak perlu khawatir lagi". Senyum mengembang di wajah berbeda dari anak itu. Tatapan nya begitu tenang Bahkan setenang air padahal dulu anak itu selalu gelisah jika tak melihat keluarganya.

"Hmmmm.. maaf non nara apa non tidak menanyakan keluarga non ?". Tanya bi Marni ragu-ragu.

Nara menggeleng tersenyum sambil mengunyah makanannya. "Untuk apa bi? Saya sudah tau mereka tak pernah mengkhawatirkan saya jadi tak perlu saya menanyakan nya bukan".

Wanita paruh baya itu langsung memeluk Nara menangis tersedu-sedu mengingat perlakuan keluarga Nara selama ini tak pernah adil. Padahal Nara anak kandung mereka tapi mereka lebih menyayangi refanda yang diangkat menjadi anak. Entah itu anak siapa karena anak itu tiba-tiba dibawa oleh orang tua Nara ketika masih usia lima tahun. Yang katanya anak itu ditemukannya dijalan pulang bahkan hampir menabrak anak itu.

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang