7

4.7K 90 3
                                    

Typo tandain pliss.

                             ++++++++++

Datang datang Aysa si gadis kecil langsung menangis mencari Lanesa. Seragam SMP nya yang berwarna putih biru dongker itu kusut sekali.

" Kak Nes hiks hiks "

Lanesa yang masih memberi nen Raydan langsung melepaskannya begitu saja mendengar suara tangis Aysa. Tak dia pedulikan tatapan kesal Raydan padanya.

" Aysa kenapa sayang "

Lanesa langsung mendekap tubuh gadis kecil itu. Aysa langsung menangis sejadi jadinya di dada Lanesa. Tangan Lanesa dengan sigap meraih tisu untuk membersihkan air mata dan ingus Aysa yang terus mengalir.

Di tuntunnya pelan pelan tubuh kecil Aysa untuk duduk di sofa. Tangannya bergerak membelai wajah merah Aysa lalu mengelus kepala itu dengan penuh sayang.

" Aysa kenapa "

" Kak Nes hiks hiks "

" Kakak ambilin minum dulu yaa "

Aysa menggeleng kuat. Ia mengeratkan pelukannya di tubuh Lanesa.

" Jangan tinggalin, jangan kak hiks hiks "

Lanesa mengalah, ia biarkan Aysa menangis sampai puas.

Setelah tangisan itu mereda Lanesa jauhkan sedikit tubuhnya untuk bisa melihat dengan jelas raut wajah Aysa. Terpampang raut ketakutan di sana. Lanesa bertanya tanya apa yang kiranya membuat Aysa jadi begini.

Seingatnya Aysa ini jarang sekali menangis. Kalau menangis pun pernah tapi tidak sampai seperti ini. Dan kalo ini kenapa pula mengadunya bukan pada Mommy malah pada dirinya.

" Kak Nes, bang Ray mana? "

Bukannya menjawab pertanyaan Lanesa malah mencari Ray.

" Bang Ray kayaknya sekarang tidur deh. Tadi pas Ay dateng tuh bang Ray lagi ngedot terus ngambek deh karna kakak tinggalin gitu aja. Abangmu kan kalo ngambek sama kamu langsung tidur gitu Ay "

Aysa langsung meringis mendengarnya. Gawat bang Ray ngambek, padahal bulan ini ia belum di TF oleh abangnya itu. Mana mommy lagi mode pelit lagi.

" Kak aku mau cerita tapi jangan bilangin bang Ray apalagi mommy yaa "

Lanesa memicing mendengar itu. Baru kali ini Aysa main rahasia rahasia an. Biasanya gadis kecil ini akan jujur tentang apapun pada abangnya.

" Iyaa Ay tenang aja gak akan kakak bilangin  siapa siapa "

" Janji yaa "

Aysa menyodorkan jari kelingkingnya di hadapan Lanesa. Lanesa tersenyum dan langsung menyambut uluran tangan tersebut.

" Janji "

Setelahnya Aysa menarik nafas panjang sebelum memulai ceritanya.

" Kak tau di sekolah aku di lecehin "

Katanya dengan suara bergetar dan hampir mengeluarkan air mata lagi, tapi buru buru dia menghapusnya dengan tangan.

" Ay sayang ya ampuunn "

Lanesa tentu saja terkejut. Melihat raut wajah Aysa yang mulai sedih buru buru ia memeluknya kembali.

" Kok bisa sih dek "

Katanya ikut prihatin. Gadis kecil itu belum mengeluarkan suaranya lagi. Mungkin masih menenangkan diri. Lanesa biarkan saja Aysa yang kembali memeluknya dengan erat. Pasti gadis kecil itu butuh sandaran sekarang.

Dan Lanesa juga tidak akan memaksa Aysa jika gadis itu belum sanggup cerita saat ini juga.

" Kakak kelas yang waktu itu Ay tolak tadi tiba tiba bawa Ay ke gudang sekolah kak. Tapi semua yang liat diem aja gak ada juga yang lapor ke guru hiks hiks "

Si manja milik Lanesa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang