14

4.8K 120 9
                                    

Doooorrrrr !!!
Kaget gak dapet notip??
Harus kaget ! Gue maunya kalian sampe jantungan terus masuk rumah sakit, meninggoy deh.

Apasih gajelas !
Dahlah, intinya itu.

Makasih banget yaa udah mau vote apalagi komen tipis tipis. Jujur aja, gue tau tuh jari pasti berat banget kan buat nge klik tanda bintang wkwk.

*****

Klik !
Akhirnya kaitan itu terlepas juga. Pemandangan payudara Lanesa yang terbebas dari sangkarnya membuat mata tajam Raydan tak berkedip melihatnya.

Gluk !
Raydan tak sabar menikmati hidangan favoritnya. Tapi kalo ini ia akan menikmatinya perlahan dan tidak buru buru. Raydan mau merasakan sensasi kulit putih dengan gumpalan besar dan chococips sebagai topingnya.

Tahan besar Raydan mulai menekan bahu Lanesa, memberikan remasan di sana membuat gadis yang berada di bawah kuasanya ini hanya mampu terdiam sambil menahan nafas kala wajah mereka semakin dekat.

Wajah Lanesa terlihat pasrah menatap manik hitam Raydan. Sedikit rasa takut menjalar di hatinya saat dirinya tau sosok Raydan yang sebenarnya. Lanesa berusaha relax seperti biasanya namun sialnya tak bisa.

Lagian sepertinya Raydan sudah mulai berani menunjukkan jati dirinya yang asli. Terasa sekali aura Raydan yang mulai mendominasi saat mereka ada di dalam kamar, tepatnya di atas ranjang.

" Ray "
Lanesa menatap bahunya yang masih di remas remas dengan gerakan sensual. Lelaki itu mengecupnya bergantian kanan dan kiri lalu mengecup belahan dada Lanesa sekilas.

" Hmm "
Bibir Raydan berpindah menyusuri lengan atas Lanesa, gadis itu langsung merinding sebadan badan. Dadanya yang terbuka lebar terasa dingin dan putingnya sudah sangat keras tapi Raydan belum melakukan apapun.

" Ahh "
Lanesa hendak menutup mulutnya dengan tangannya tapi sayangnya tak bisa karena Raydan menahannya. Lelaki itu dengan sengaja menyodokkan lututnya di inti Lanesa dengan pelan membuat Lanesa mati matian menahan desahan akibat ulah Raydan.

" Hhh Ray...jangan "
Ucap Lanesa lemah masih menahan desahannya. Sedangkan Raydan tak peduli, ia semakin menekan lututnya dan menggesekkan nya ke atas dan ke bawah. Seringainya muncul menikmati wajah Lanesa yang merah menahan gairah.

Tiba tiba saja Raydan bangkit. Lanesa walaupun bingung tapi sangat bersyukur dalam hatinya. Ia bernafas lega saat melihat Raydan yang berjalan menjauh.

Tapi rasa lega itu tak bertahan lama karena Raydan kembali dengan membawa sebuah dasi dan langsung mengikat tangan Lanesa di kepala ranjang.

" Ray ! Apa apaan kamu ! Lepas Ray ! "

Lanesa memberontak tapi jelas saja percuma, tenaganya bahkan tak sampai secuil dari tenaga Raydan. Lanesa malu sekali, dadanya terbuka lebar sedangkan dasternya sudah berkumpul jadi satu di pinggang, hanya menyisakan sedikit yang menutupi paha dalamnya.

" Sstt tenang sayang, aku gak akan kasar "
Raydan menempelkan jari telunjuk ke bibir Lanesa, sedikit memasukkan ujungnya lalu menjilat bagian itu tapat di hadapan Lanesa membuat gadis itu semakin takut, apalagi kata kata ambigu yang Raydan lontarkan.

Lanesa merapatkan kakinya. Tindakan yang tidak berguna, karena justru pergerakannya menyebabkan dasternya semakin naik dan memperlihatkan celana dalam yang ia pakai.

Si manja milik Lanesa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang