Kelahiran Cinta Mereka

88 7 0
                                    

Saat malam semakin larut dan hujan turun dengan deras, Donghyuck dan Jeno melaju dengan cepat di jalanan kota yang gelap menuju rumah sakit terdekat. Perut Jeno semakin besar dan kontraksi yang dirasakannya makin sering. Wajahnya pucat, berkeringat, dan penuh rasa sakit, tetapi ada juga tekad yang kuat di matanya. Donghyuck, meskipun gugup dan cemas, tetap berusaha tenang, memegang tangan Jeno erat-erat.

"Aku di sini, Jeno. Semuanya akan baik-baik saja. Kita hampir sampai," ujar Donghyuck, mencoba menenangkan.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, mereka tiba di rumah sakit. Donghyuck langsung meminta bantuan di meja resepsionis, dan perawat dengan cepat membawa mereka ke ruang gawat darurat. Jeno ditempatkan di ranjang dorong, dan para dokter serta perawat dengan sigap mulai melakukan pemeriksaan.

Namun, ketika para dokter menyadari bahwa pasien mereka adalah seorang laki-laki yang sedang mengalami kontraksi persalinan, suasana berubah menjadi kebingungan total. Dokter utama, Dr. Kim, seorang pria paruh baya dengan wajah tegas, menatap layar monitor dengan dahi berkerut.

"Ini... ini tidak mungkin," gumam Dr. Kim. "Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa hamil?"

Para dokter dan perawat saling bertukar pandang, kebingungan dan sedikit ketakutan. Sementara itu, Jeno mengerang kesakitan, membuat Donghyuck semakin cemas.

"Dok, tolong! Jeno kesakitan. Lakukan sesuatu!" seru Donghyuck, memohon dengan suara penuh kepanikan.

Dr. Kim menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk bertindak. "Baik, kita hadapi ini sebagai kasus darurat. Persiapkan ruang operasi. Kita akan melakukan operasi sesar. Cepat!"

Para perawat segera bergerak, menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan. Dalam hitungan menit, Jeno sudah dipindahkan ke ruang operasi. Donghyuck diminta untuk menunggu di luar, tetapi dia menolak keras, bersikeras ingin tetap di samping Jeno.

"Saya tidak akan meninggalkan Jeno. Dia butuh saya," kata Donghyuck dengan tegas, dan Dr. Kim, meski awalnya ragu, akhirnya mengizinkan setelah melihat betapa kerasnya tekad Donghyuck.

Di dalam ruang operasi, Dr. Kim dan timnya bekerja dengan cepat. Ketegangan memenuhi udara, tidak hanya karena prosedur yang akan mereka lakukan, tetapi juga karena keanehan situasi ini. Belum pernah mereka melihat atau mendengar tentang seorang laki-laki yang hamil, apalagi melahirkan.

Dengan hati-hati, Dr. Kim melakukan sayatan di perut Jeno. Saat itu, semua orang di ruangan itu menahan napas. Donghyuck menggenggam tangan Jeno erat-erat, memberikan dukungan dan kekuatan.

"Semua akan baik-baik saja, Jeno. Aku di sini. Kita akan melalui ini bersama," bisik Donghyuck.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, terdengar tangisan bayi yang memecah keheningan. Bayi yang sehat, dengan suara tangis yang kuat. Para dokter dan perawat terkejut, tetapi mereka juga tidak bisa menahan senyum lega. Bayi itu lahir dengan selamat.

Donghyuck menghela napas panjang, air matanya mengalir saat melihat bayi mereka untuk pertama kalinya. "Itu... itu anak kita," bisiknya dengan penuh haru.

Dr. Kim menyerahkan bayi itu kepada perawat yang sudah siap untuk membersihkannya, lalu ia berbalik menghadap Donghyuck dan Jeno, yang tampak lelah tapi bahagia.

"Saya... saya tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, tapi kalian baru saja membuat sejarah di sini," ujar Dr. Kim dengan suara serak. "Dan saya harus mengatakan, saya sangat terkesan dengan kekuatan kalian berdua."

Donghyuck tersenyum, masih dengan air mata di pipinya. "Kami hanya mengikuti apa yang hati kami katakan, Dok."

Setelah prosedur selesai dan Jeno dipindahkan ke ruang pemulihan, Dr. Kim keluar untuk memberi tahu para staf rumah sakit tentang situasi tersebut. Sementara itu, Donghyuck duduk di samping tempat tidur Jeno, memegang bayi mereka dengan hati-hati.

"Kau melakukannya, Jeno. Kau luar biasa," kata Donghyuck lembut, menatap wajah bayi yang kini tertidur dengan tenang di pelukannya.

Jeno tersenyum lemah, merasa lega dan bahagia meski masih merasa lelah. "Kita melakukannya bersama, Donghyuck. Kita berhasil... meskipun dunia mungkin tidak mengerti, kita akan selalu punya satu sama lain... dan anak kita."

Di luar kamar, para dokter dan perawat masih berbicara, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Namun, di dalam kamar itu, hanya ada kebahagiaan dan cinta. Mereka tahu, tantangan masih akan datang, tetapi mereka juga tahu, selama mereka bersama, tidak ada yang tidak bisa mereka hadapi.

HomofobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang