Pujian Kecil

15 3 0
                                    

Beberapa hari setelah perubahan penampilan Jeno, dia dan Donghyuck memutuskan untuk pergi berbelanja bersama di supermarket. Mereka membutuhkan beberapa bahan makanan untuk persiapan makan malam dan juga camilan favorit Haru. Jeno yang kini tampil dengan aksesori rambut yang manis, pakaian pastel yang lembut, dan sedikit riasan wajah terlihat sangat mempesona. Donghyuck, meskipun menyadari kecantikan Jeno yang memukau, merasa sedikit cemas dengan reaksi orang-orang di sekitar mereka.

Saat mereka memasuki supermarket, beberapa orang langsung menoleh, mata mereka tertarik pada Jeno. Donghyuck memperhatikan tatapan kagum yang dilemparkan ke arah pasangan mereka. Sebagian besar pandangan itu hanya sekilas, tetapi beberapa orang tidak bisa menahan diri untuk terus menatap, terutama seorang anak laki-laki muda yang sedang berbelanja bersama ibunya di lorong yang sama.

Anak laki-laki itu, yang mungkin berusia sekitar 12 tahun, menatap Jeno dengan mata terbuka lebar. Ia tampak benar-benar terpesona oleh penampilan Jeno. Dia bahkan menghentikan apa yang sedang dia lakukan, menarik lengan ibunya dan menunjuk ke arah Jeno dengan penuh kekaguman.

"Ibu, lihat!" seru anak itu dengan suara yang jelas terdengar di lorong supermarket. "Kakak itu cantik sekali!"

Jeno, yang sedang memilih buah-buahan, menoleh dan tersenyum lembut ke arah anak laki-laki itu. "Terima kasih," katanya sopan, merasa sedikit tersanjung oleh pujian polos tersebut.

Namun, Donghyuck yang berdiri di samping Jeno langsung merasakan dadanya mengencang. Meskipun anak itu hanya seorang anak kecil dan pujiannya sama sekali tidak berbahaya, Donghyuck tidak bisa menahan perasaan kesal yang muncul tiba-tiba. Ada sesuatu tentang cara anak itu menatap Jeno, seolah-olah melihat malaikat yang turun dari surga, yang membuat rasa cemburu Donghyuck kembali timbul.

Ibu anak laki-laki itu tersenyum kikuk, meminta maaf pada Jeno. "Maafkan anak saya."

Jeno tersenyum lagi dan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Itu pujian yang manis."

Donghyuck mengangguk sopan kepada ibu itu, tetapi ketika mereka melanjutkan belanja, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bergumam pelan, "Anak kecil itu punya mata yang tajam, ya."

Jeno menoleh ke arah Donghyuck dengan alis terangkat, menangkap nada cemburu dalam suara Donghyuck. "Hyuck, itu hanya anak-anak. Dia tidak bermaksud apa-apa."

Donghyuck menghela napas, mencoba mengusir perasaan cemburu yang mulai menguasainya. "Aku tahu, Jen. Aku tahu. Hanya saja… aku tidak suka bagaimana semua orang terus-menerus menatapmu seperti itu."

Jeno tertawa kecil dan menggenggam tangan Donghyuck, menenangkannya. "Kamu tahu, aku hanya ingin terlihat lebih percaya diri dan nyaman dengan diriku sendiri. Aku melakukannya bukan untuk menarik perhatian orang lain."

Donghyuck mengangguk, tetapi matanya masih memandang ke depan dengan sedikit kekesalan. "Aku tahu kamu melakukannya untuk dirimu sendiri, dan aku mendukungmu sepenuhnya. Tapi… aku hanya tidak bisa menahan diri. Aku tidak suka berbagi kecantikanmu dengan orang lain, bahkan jika itu hanya sekadar pujian."

Jeno tertawa kecil lagi dan mencium pipi Donghyuck dengan lembut. "Hyuck, kecantikan ini milikmu, dan hanya milikmu. Jangan khawatir tentang orang lain."

Donghyuck akhirnya tersenyum, meskipun masih sedikit kesal. "Baiklah, baiklah. Tapi jangan salahkan aku jika aku menjadi protektif."

Jeno menggeleng pelan, masih tersenyum. "Aku tidak akan pernah menyalahkan mu. Justru aku merasa beruntung memiliki seseorang yang begitu peduli padaku."

Dengan perasaan yang sedikit lebih ringan, mereka melanjutkan belanja mereka. Donghyuck tetap menjaga jarak dekat dengan Jeno, seolah-olah memastikan bahwa tidak ada lagi yang akan mencoba memberikan pujian yang tidak diinginkan. Meskipun ada rasa cemburu yang timbul, dia tahu bahwa itu hanya karena dia begitu mencintai Jeno dan tidak ingin kehilangan atau melihat Jeno disakiti oleh pandangan atau komentar orang lain.

Di sisi lain, Jeno merasa bersyukur memiliki seseorang seperti Donghyuck di sisinya—seseorang yang selalu ada untuk melindunginya, mendukungnya, dan mencintainya apa adanya. Terlepas dari pandangan dan komentar orang lain, mereka tahu bahwa cinta mereka adalah yang paling berharga dan layak untuk dipertahankan.

HomofobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang