Kehilangan

31 4 2
                                    

Saat hari yang telah lama dinanti tiba, Jeno akhirnya merasakan tanda-tanda persalinan. Meskipun dia berusaha tetap tenang dan positif, ketegangan di udara jelas terasa. Donghyuck menemani Jeno dengan penuh perhatian, siap untuk mendukungnya melalui proses persalinan.

Di rumah sakit, suasana penuh harapan dan kegembiraan melingkupi mereka. Dokter dan perawat sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kelahiran bayi mereka. Namun, saat persalinan dimulai, keadaan tiba-tiba berubah menjadi lebih serius. Jeno mengalami komplikasi yang tidak terduga—pendarahan hebat yang menyebabkan kekhawatiran besar di antara tim medis.

Kondisi Jeno semakin memburuk dengan cepat. Para dokter dan perawat berusaha keras untuk mengatasi pendarahan dan menjaga kesehatan Jeno, tetapi seiring berjalannya waktu, jelas bahwa situasi semakin kritis. Donghyuck merasa hatinya hancur saat melihat Jeno terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat dan tubuh lemah. Rasa takut dan cemas membanjiri pikirannya.

“Jeno, tetaplah bertahan,” bisik Donghyuck, menggenggam tangan Jeno dengan erat. Air mata mulai mengalir di pipinya. “Kita akan melewati ini bersama. Aku mencintaimu, Jen. Kamu kuat.”

Namun, meskipun usaha medis yang maksimal, pendarahan Jeno tidak dapat dihentikan. Dokter akhirnya memberi tahu Donghyuck bahwa keadaan Jeno sudah sangat kritis, dan mereka melakukan segala upaya untuk menyelamatkannya.

Di ruang persalinan, Jeno merasakan kelelahan yang mendalam. Dia melirik Donghyuck dengan mata yang penuh cinta dan keputusasaan. “Hyuck… aku… aku sangat mencintaimu. Jaga Haru dan adik bayi kita… untukku.”

Donghyuck, dengan hati yang hancur, mencoba untuk menahan isak tangisnya. “Jangan bicara seperti itu, Jen. Kita akan melalui ini bersama. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kamu.”

Jeno memberikan senyum lembut, meski lemah. “Aku… hanya ingin kamu tahu betapa aku mencintaimu. Kamu dan Haru… adalah segala-galanya bagiku.”

Dengan sebuah napas terakhir, Jeno menutup matanya. Dalam sekejap, hidupnya yang penuh warna dan harapan berakhir dengan tragis. Donghyuck merasakan duniannya runtuh saat dia melihat Jeno meninggalkan dunia ini. Suara isak tangisnya terdengar di ruang rumah sakit, penuh dengan kesedihan yang mendalam.

Setelah Jeno meninggal, suasana rumah sakit menjadi sangat suram. Donghyuck merasa kehilangan yang mendalam dan tak terlukiskan. Dia merasa berat untuk menghadapinya sendirian, terutama karena dia harus melanjutkan hidup untuk Haru dan bayi yang baru lahir.

Dalam beberapa hari berikutnya, Donghyuck berusaha keras untuk beradaptasi dengan kenyataan barunya. Kelahiran bayi mereka membawa sedikit kebahagiaan di tengah kesedihan yang melanda. Dia bertekad untuk memenuhi janji kepada Jeno dan merawat Haru serta bayi mereka dengan penuh kasih.

Di pemakaman Jeno, keluarga dan teman-teman terdekat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir. Meskipun suasana penuh kesedihan, mereka juga merayakan kehidupan Jeno dan dampak positif yang telah dia tinggalkan di dunia ini. Donghyuck, meski hancur, merasa terhibur oleh dukungan dari orang-orang di sekelilingnya dan mengingat betapa Jeno telah menyentuh hati banyak orang dengan cinta dan kehangatannya.

Jeno mungkin telah meninggalkan dunia ini, tetapi kenangan dan cinta yang dia tinggalkan akan terus hidup dalam hati Donghyuck, Haru, dan bayi mereka. Donghyuck bertekad untuk terus mengasuh anak-anaknya dengan penuh cinta, mewujudkan impian Jeno untuk memberikan kebahagiaan dan keluarga yang penuh kasih.

HomofobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang