Setelah Jeno meninggal, Donghyuck merasa hancur dan tidak berdaya. Kesehariannya menjadi sangat sulit untuk dihadapi. Ia merasa terjebak dalam kekacauan emosional dan fisik yang mengganggu seluruh aspek hidupnya.
Kehilangan Jeno membuat Donghyuck merasa seolah-olah seluruh dunianya runtuh. Ia merasa sulit untuk berhubungan dengan bayi yang baru lahir, dan sering kali merasa terputus dari kenyataan. Rasa sakit dan duka yang mendalam membuatnya merasa tidak mampu merawat bayi dengan cara yang benar. Keadaan emosional ini membuatnya merasa sangat terasing dan tidak bisa merasakan kedekatan yang seharusnya dengan bayi mereka.
Tak hanya itu, Donghyuck juga mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri. Nafsu makannya menghilang, dan ia sering melewatkan waktu makan. Rasa kehilangan membuatnya tidak punya energi atau motivasi untuk merawat dirinya sendiri dengan baik. Tubuhnya semakin lemah, dan kondisi kesehatannya mulai menurun karena kekurangan nutrisi dan istirahat yang cukup.
Haru juga terkena dampak dari keadaan Donghyuck yang kacau. Telatnya Haru ke sekolah menjadi semakin sering karena Donghyuck seringkali tidak mampu bangun pagi atau mengatur rutinitas sehari-hari mereka. Haru, yang sebelumnya merupakan anak yang ceria dan teratur, kini menunjukkan tanda-tanda stress dan kesedihan.
Teman-teman dekat donghyuck yang peduli mencoba membantu, tetapi Donghyuck sering kali merasa kesulitan untuk menerima bantuan. Ia merasa terasing dan tidak ingin membebani orang lain dengan kesedihannya. Ia terus-menerus mengingat kembali momen-momen indah bersama Jeno dan merasa tidak mampu bergerak maju tanpa kehadiran Jeno.
Suatu malam, setelah sehari yang sangat melelahkan, Donghyuck duduk di tepi tempat tidur, memandang bayi yang tertidur di buaian dan Haru yang berbaring di sofa dengan mata yang bengkak karena kelelahan. Donghyuck merasa sangat tersesat, seolah-olah tidak tahu harus mulai dari mana untuk melanjutkan hidup.
Dia kemudian memutuskan untuk menghubungi seorang konselor atau terapis, dengan bantuan dari teman dekat atau anggota keluarga. Meski berat, ia tahu bahwa ia perlu dukungan profesional untuk mengatasi rasa kehilangan dan belajar bagaimana mengelola perasaannya serta tanggung jawab baru sebagai orang tua tunggal.
Konselor membantu Donghyuck memahami bahwa apa yang dia alami adalah reaksi normal terhadap kehilangan besar. Mereka bekerja sama untuk membuat rencana mengatasi rasa sakit dan membangun rutinitas yang lebih sehat. Perlahan-lahan, Donghyuck mulai belajar cara merawat dirinya sendiri dan bayi mereka dengan lebih baik.
Walaupun prosesnya panjang dan penuh tantangan, Donghyuck akhirnya mulai menemukan sedikit rasa keseimbangan dalam hidupnya. Dengan dukungan konselor dan teman-teman, serta berusaha untuk menghadapi hari-hari yang penuh duka dengan lebih baik, Donghyuck perlahan-lahan mulai membangun kembali hidupnya untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya.
Dia masih merasa kehilangan dan kesedihan yang mendalam, tetapi dia bertekad untuk menjaga kenangan Jeno dan melanjutkan hidup dengan penuh kasih untuk Haru dan bayi mereka. Dengan waktu dan dukungan yang tepat, Donghyuck perlahan-lahan mulai menemukan kekuatan baru dalam dirinya dan menghadapinya satu hari pada satu waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Homofobia
RomanceHubungan antara Donghyuck dan Jeno, ditengah-tengah masyarakat yang Homophobic yang dimana mereka menjalin hubungan secara diam-diam, tetapi tiba-tiba Jeno hamil padahal ia laki-laki. Bagaimana kisah mereka berdua?