Juna, seorang dokter ahli bedah transplantasi berusia 45 tahun, berjalan dengan gagah dengan jas dokter dan stetoskop yang tersampir di lehernya memasuki ruang rapat rumah sakit untuk melakukan multidicipline meeting team di mana semua tim-nya sudah berkumpul dan langsung berdiri menundukkan kepala hormat dan kembali duduk setelah Juna juga duduk di kursinya
Juna tampak lebih sibuk mengambil laptop dari tas kerja yang ia bawa sebelum kemudian meletakkannya di atas meja sambil menyalakannya "Sebelumnya maaf ya karena saya agak telat, ada beberapa hal yang harus diurus dulu di rumah, biasalah, masalah rumah tangga" para rekannya menanggapi dengan tawa sementara Juna kini sudah duduk tegak dengan laptop yang sudah menyala di depannya
"Baik, kita langsung mulai saja, hari ini kita akan membahas rencana operasi transplantasi hati atas nama pasien bapak Rudi yang akan dilaksanakan besok pagi, saya hanya ingin memastikan bahwa semua orang berada pada halaman yang sama pada mengenai persiapan dan pelaksanaan operasi"
"Izin menyampaikan, dokter, dari sisi evaluasi anestesi pre-operasi, bapak Rudi dalam kondisi yang cukup stabil, namun, kita harus memonitor beberapa parameter tambahan terkait fungsi hati dan ginjalnya untuk memastikan beliau siap dioperask. Kami akan mempersiapkan semua peralatan untuk anestesi dan monitoring yang diperlukan"
Juna mengangguk paham, menanggapi salah satu anggota tim medisnya, Dokter Lusi yang bertanggung jawab atas anestesi
"Baik, terima kasih, dokter Lusi, bagaimana dengan tim perawat?" tanya Juna kini beralih menatap Vanessa, perawat senior dalam timnya
"Tim perawat sudah mempersiapkan ruang operasi dan semua perlengkapan yang diperlukan. Saya dan perawat yang lain juga akan memastikan bahwa semua catatan medis dan persetujuan pasien sudah lengkap sebelum hari H, dari dokter sendiri apakah ada hal sepsifik yang dokter butuhkan dari tim perawat sebelum operasi?"
Juna menggeleng menanggapi "Terima kasih, Vanessa, hanya pastikan bahwa tim perawat siap dengan rencana darurat jika terjadi komplikasi selama operasi. Kita juga akan melakukan briefing final nanti sore untuk meninjau semua langkah persiapan"
"Baik, dok"
Setelahnya Juna kembali bicara "Kita juga perlu membahas operasi pengangkatan tumor ginjal pasien atas nama bapak Ahmad kemarin, silahkan berikan evaluasinya"
Mendengar itu, Dokter Lusi sebagai ahli anestesi mulai melihat catatan medis di depannya "Sementara ini keadaan pasien cukup stabil di ruang pemulihan. Namun, kami menemukan adanya pendarahan minor yang berhasil di kontrol. Selain itu, tidak ada masalah atau efek operasi yang berbahaya, namun keadaan pasien masih dipantau secara berkala untuk memastikan tidak ada infeksi dan masalah dengan penyembuhan luka"
Juna mengangguk kali ini sambil gesit mengetik hasil evaluasi di laptopnya
"Dari tim perawat?"
"Pemantauan obat-obatan sesuai yang direncanakan sudah dilakukan dengan ketat, pasien menunjukkan kemajuan positif, dan kami akan terus memperhatikan tanda-tanda vital serta terus melaporkan perkembangan kepada tim medis"
Dan pertemuan antar anggota tim medis bedah Juna terus berlangsung setidaknya selama 30 menit, membahas beberapa pasien yang dalam pemantauan medis juga pasien yang akan dilakukan operasi bedah transplantasi
Setelah memastikan semua pasien sudah dibahas dan sudah dievaluasi, Juna baru saja akan mengakhiri sesi pertemuan mereka ketika Vanessa tiba-tiba saja berbicara
"Interupsi, dokter, ada yang ingin saya sampaikan"
"Baik, silahkan"
"Terkait perawat spesialis atau operasional yang anda butuhkan untuk mendampingi anda secara tetap, pihak rumah sakit sudah menunjuk seseorang untuk mengisi posisi tersebut--" tak lama kemudian Vanessa menoleh ke samping menatap pada seseorang yang Juna baru sadari terlihat asing, duduk di sebelah Vanessa
YOU ARE READING
PREGNANCY STORIES 2
RomanceJust a collection of stories about pregnancy and various relationship.. ⚠️Cerita aneh, gak masuk akal. Liat tags sebelum baca❗