Chapter 3 - Izin Mengenalkan Diri

327 69 63
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

.
.
.
.

"Izinkan saya mengenal kamu lebih dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Izinkan saya mengenal kamu lebih dalam."

"Buat apa?" tanya Khaula setelah menstabilkan tenggorokan.

"Saya mau serius sama kamu."

"Kita baru kenal."

"Untuk itu saya minta dikasih kesempatan untuk saling mengenal."

"Saya belum siap."

"Dengan perginya kamu ketemu Kafka udah jadi bukti kalau kamu udah siap."

"Butuh waktu berbulan-bulan untuk terima perjodohan itu."

Kening Kahfi mengernyit.

"Nggak semudah itu saya terima lelaki dalam hidup saya. Saya dateng ke sana pun karena terpaksa."

"Terus kenapa kamu marah waktu Kafka menolak perjodohan kalian?"

"Itu karena saya tersinggung. Sebenarnya saya lega. Setelah saya pikir-pikir, saya nemu jawaban. Ternyata kalau niat saya salah, Allah juga nggak bakal biarin hamba-Nya salah langkah. Allah tahu saya belum siap untuk menikah. Sesimpel itu."

Marriage is scary.

Itu kalimat yang sedang ramai diperbincangkan orang-orang, terutama oleh para perempuan. Membuat sebagian kaum hawa yang masih melajang takut untuk menyempurnakan separuh agama, salah satunya Khaula.

Padahal ia selalu berusaha keras untuk tidak terdistrak oleh quote yang selalu berseliweran di sosial media, dan kisah retaknya rumah tangga orang lain yang sering ia baca di berita. Yang salah bukan pernikahannya, tapi orangnya. Khaula meyakini bahwa itu hanya tipu daya setan yang tidak mau melihat manusia menjalankan salah satu sunah Rasulullah yang melahirkan banyak pahala. Setiap ibadah pasti ada godaannya tidak ditunaikan, apalagi untuk ibadah yang sangat berat.

Ambil contohnya salat Tahajud. Banyak ketakutan yang membuat orang malas atau tidak mau melakukannya. Entah karena pengaruh dari menonton film horor yang merusak aqidah karena menyuguhkan kisah menyeramkan ketika salat malam, atau dari cerita orang disekitarnya yang punya pengalaman diganggu makhluk tak kasat mata. Contoh lain juga ada sedekah. Banyak orang yang masih ragu karena takut miskin, takut rezekinya berkurang.

Bila dua ibadah itu saja berat dilakukan, apalagi menikah?

Namun tetap saja, meski sudah tahu ilmunya, rasa takut itu selalu datang. Dia hanya manusia biasa. Menikah bukan perkara sepele. Bukan hanya sekadar bertukar cincin, mengucap akad, mengadakan pesta. Banyak hal yang harus dipikirkan untuk ke depannya.

Umur Khaula sudah menginjak 25 tahun. Seperti apa kata ibunya, umur segitu sudah cocok bagi dia untuk menikah. Sudah banyak undangan yang datang silih berganti dari teman-teman sebaya. Dari mulai grup SD hingga kuliah, nyaris semua sudah berumah tangga. Yang membuatnya semakin terlihat sebagai perawan tua.

Dear KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang