Chapter 5 - Haruskah Beri Kesempatan?

174 46 74
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.

Khaula salah mengira bila niat perjodohannya dengan Kafka sudah selesai saat mendengar dari mulut Kahfi bahwa lelaki itu menolak perjodohan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Khaula salah mengira bila niat perjodohannya dengan Kafka sudah selesai saat mendengar dari mulut Kahfi bahwa lelaki itu menolak perjodohan itu.

Satu pekan kemudian, Kafka dan dua orang tuanya datang ke rumah secara mendadak. Percuma juga Khaula menghindar dan dengan sangat terpaksa dia menghadapi mereka bersama ibunya.

"Karena kemarin kalian gagal ketemu, dan masih sangat simpang siur, jadi maksud kedatangan kami ke sini mau mempertegas. Khaula bilang anak saya yang menolak perjodohan, sementara Kafka bilang dia nggak nolak. Jadi sebenarnya yang mana yang betul?"

"Bisa tolong dijelasin dulu kenapa kemarin kamu nggak dateng?" tanya Khaula kepada Kafka.

"Gue nemuin ....

"Aku nemuin mantan pacar aku."

"Makasih jawabannya."

"Maaf Tante, saya nggak bisa menerima pinangan Tante dan perjodohan ini." Khaula mengalihkan pandangan kepada ibu Kafka dengan penuh keberanian karena tanpa basa-basi dia langsung menolaknya.

"Tante, saya dulu pernah dilamar sama lelaki. Dia minta saya nunggu karena dia mau lanjut S2 di luar negri."

Sintia heran mengapa Khaula malah menceritakan itu.

"Tante tahu apa yang dia omongin ke saya waktu ketahuan selingkuh ... eum, rasanya nggak cocok untuk dibilang selingkuh karena saya sama dia juga belum punya ikatan apa-apa selain janji yang terbilang lemah. Tante tahu apa yang dia omongin ke saya waktu saya liat dia sekamar sama perempuan, dalam posisi tanpa busana?"

Niatnya ingin memberikan kejutan, diam-diam datang ke apartemen yang disewa Rakha, ingin bertemu sekali saja sekaligus membawakan makanan Indonesia supaya dia senang.

"Cari siapa, ya?" Malah seorang perempuan yang menyambutnya usai menekan bel.

Sepertinya perempuan ini orang Indonesia, jadi Khaula tak perlu susah-susah memakai bahasa Inggris atau translate Jepang.

"Kamu pemilik baru apartemen ini, ya?"

Cewek itu menggeleng. "Ini apartemen milik pacar saya."

"Oh, mungkin saya salah alamat. Maaf sebelumnya." Saking positif thinking-nya Khaula mengira barangkali Rakha pindah tempat tinggal.

"Apa pesanan makanan kita udah sampai?" Terdengar suara seorang lelaki, yang membuat Khaula batal pergi. Dia menengok lagi ke pintu yang masih dibuka, menampilkan sosok lelaki yang dikenalnya.

Seketika tubuh Khaula lemas.

Tangan Khaula terangkat demi menutupi mulut yang terbuka. Pemandangan apa ini? Bagaimana bisa Rakha satu kamar dengan seorang perempuan? Keduanya sama-sama memakai kimono, rambut mereka basah. Sosok yang Khaula ketahui sangat shalih dan menjunjung tinggi nilai agama melakukan ini. Bibir Khaula sampai gemetar, tak mampu mengatakan apa pun.

Dear KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang