Chapter 5.

49 9 0
                                    

keesokan harinya, zayne sudah terbiasa dengan kehadiranku yang tiba-tiba di apartment. aku tak menjelaskan padanya dengan rinci, kenapa aku sering tidur disana meskipun sudah kupinjamkan pada zayne.

omong-omong, besok sudah waktunya ujian. jadi, malam ini aku menghabiskan waktu dikamar 'rumah'. aku menyetel musik cukup kencang untuk menutupi suara-suara menjijikkan yang berasal dari kamar ibuku.

beberapa jam berlalu sejak aku duduk disana, mendengarkan musik dan suara goresan pena dikertasku. aku membaca banyak materi dan melakukan beberapa riset singkat, serta mengerjakan beberapa latihan soal.

aku biasanya tidak akan tidur. aku akan belajar hingga dini hari, kemudian mengerjakan ujian keesokan harinya, seolah aku sudah mendapat cukup istirahat dan tidur.

tiba-tiba, ibu mendobrak pintu kamarku dan melempar sebotol whiskey kearahku.

"dasar jalang! kemana akhir-akhir ini kau pergi?! tuan yohan memberitahuku bahwa kau akhir-akhir ini pergi ke sebuah apartment seorang pria dan tidur disana!" ibu membentak dan mulai menjambak rambutku.

"ibu, anda salah paham. ibu sedang mabuk sekarang, tolong tenanglah–"

"bagaimana bisa aku tenang?! apa kau mau menghancurkan reputasi ibumu ini? apa kau tidak tahu berterimakasih?"

ibu mulai memukul ku dan menyeretku keluar. aku dibawa ke ruang tamu dan mataku dengan cepat menangkap sosok bedebah yang sama menjijikkannya dengan ibu.

"berterimakasihlah pada tuan yohan yang sudah menyelamatkan reputasi ibu! cepat!!" ibu berteriak dan menendangku kearah tuan yohan. apa yang dia mau aku lakukan..??

"astaga.. kau tidak seharusnya memukulnya dengan kuat seperti ini.." yohan, turun dari sofa dan memasang muka 'khawatir' sebelum dengan lembut menyentuh pipiku.

"aku harus menghilangkan noda dipakaianmu, kan.. bisakah kau melepasnya? itu akan sangat membantuku" dia tersenyum.

mataku melebar, pria ini sungguh tidak tahu malu. seorang pria menjijikkan yang selalu datang kerumahku seperti ini adalah rumah prostitusi. dia, menjijikkan. bajingan mesum yang menjijikkan.

"anda adalah bajingan paling menjijikkan yang pernah saya temui" aku tersenyum pahit.

"lova!" ibu membentak dan memukul ku. itu sakit, tapi setidaknya aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan.

"justru tuan yohan lah yang membantu ibu!"

"ibu, apakah anda menyukai waktu minum anda dengan tuan yohan? saya rasa, hari ini juga menjadi hari dimana ibu mengubah rumah kita menjadi rumah prostitusi. bagaimana jika saya merekam apa yang biasa ibu lakukan dan menyebarkannya pada awak media?" ancamku. ini pertama kalinya aku melawan, tapi memar disekujur tubuhku, mulai memancarkan rasa nyeri yang hebat.

"jalang ini..!!" ibu menendangku dan aku tersungkur dilantai. tuan yohan berdiri dan membentak, menghentikan ibuku. mungkin, dia ingin melecehkanku dengan wajah cantik yang dia inginkan, bukan wajah buruk penuh luka seperti ini.

aku mengambil sebotol whiskey dan memukulkannya tepat dikepala tuan yohan, membuatnya berdarah cukup hebat sebelum akhirnya berlari keluar. meninggalkan teriakan ibuku yang mengerang karena aku menyakiti tuan yohan dan mengumpat memanggilku jalang.

aku berlari cukup cepat, tak peduli seberapa sakit luka dan memar yang kudapatkan. luka yang parah akan mengeluarkan darah, aku hanya perlu mengobati itu sesampainya nanti.

beberapa menit berlalu, aku sampai di apartmentku. aku memasukkan kode pin dan dengan cepat membuka pintunya, menutupnya pelan setelah memasuki apartment.

aku terduduk dilantai. itu menjijikkan, aku bahkan merasa jijik pada diriku sendiri. punggungku bersandar di pintu, sementara tanganku menggenggam erat kedua sisi rambutku.

kenangan malam terkutuk itu kembali terulang. itu adalah malam ketika ibu mabuk dan tuan yohan selesai bermain dengannya. tuan yohan melihatku menggunakan piyama panjang ku. berkata bahwa aku lebih cocok menggunakan pakaiannya.

jadi, keesokan paginya, dia memberiku banyak atasan pria yang.. berukuran sangat besar. dia bilang, dia menungguku menggunakannya. aku mengutuknya dalam hati, itu menjijikkan. namun sore harinya, ibu marah dan memaksaku menggunakan pakaian itu. aku tidak tahu mengapa ibu begitu marah. namun ternyata, malam itu, tuan yohan ingin mencicipiku.

"itu menjijikkan.. jauhkan aku dari itu.." aku menggumam pelan. jijik, sungguh menjijikkan.

pakaian yang dikenakan dan kuberikan pada zayne adalah atasan dan baju-baju yang semula dibelikan oleh tuan yohan untukku. pakaian yang seharusnya menyembunyikan tubuhku, namun malah mengundang nafsu untuk tuan yohan.

aku hanyut dalam pikiranku. aku seharusnya memukulnya berkali-kali dengan botol whiskey, aku seharusnya mengusirnya keluar, aku seharusnya tidak pulang kerumah, aku seharusnya ada di apartment–

"lova! dengarkan aku!"

aku terkejut. itu zayne. dia menggenggam erat bahuku. tapi, itu tidak berada dititik dimana itu akan menyakitiku.

"zayne..?"
"lova, kau bisa dengar aku? bisakah kau fokus dengan suaraku?"

aku terdiam, namun mengangguk pelan. zayne mulai berbicara beberapa kalimat untuk menenangkanku, menginstruksikan beberapa hal untuk membantuku tenang. aku tidak tahu kenapa pria ini membantuku, bahkan setelah apa yang terjadi pada kami kemarin. meski begitu, aku melakukan apa yang diinstruksikannya

"bersihkan dirimu, aku akan menyiapkan kotak obat." ucap zayne. suaranya seperti dia tidak menerima penolakan, namun itu terasa hangat untukku.

"tidak perlu, aku hanya ingin tidur" jawabku pelan. memang benar, awalnya aku berlari kesini karena biasanya itulah yang kulakukan. aku bahkan lupa jika aku sudah meminjamkan apartmentku pada zayne.

"kau harus diobati"
"zayne, sudah kubilang aku tak apa. biarkan aku tidur"

tiba-tiba, zayne menggendongku dan membawaku kekamar mandi.

"zayne?! apa yang kau lakukan?!" aku terkejut tapi sedikit takut, terlepas bahwa ini adalah zayne, itu tidak membuang fakta bahwa aku hampir terkena pelecehan sebelumnya.

namun, zayne tetap diam dan perlahan menurunkan ku di dalam kamar mandi. dia menyalakan shower dan memastikan bahwa suhunya pas untukku, sebelum akhirnya berjalan keluar dan menutup pintu.

"bersihkan dirimu dulu" ucapnya dari luar.

aku terdiam, sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuhku. beberapa menit berlalu, luka ditubuhku masih terasa nyeri. ketika aku mencari pakaian, zayne memberikan pakaiannya untuk kupakai. pakaian ku yang sebelumnya cukup kotor. ketika kulihat dengan rinci, pakaiannya.. bukan pemberian dari tuan yohan. apa selama ini zayne diam-diam membeli pakaian baru..??

aku keluar dengan pakaian yang dipinjami oleh zayne. berjalan pelan, aku mendapati dirinya sedang menyiapkan kotak obat di ruang tamu.

zayne menyadari kedatanganku dan dengan pelan menghampiri. dia dengan lembut menggendongku pelan dan mendudukkan ku di sofa.

"bagaimana lukamu? apakah masih sakit?" tanya nya pelan.

aku berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. zayne mengobati luka dikaki ku dengan lembut. bahkan, aku tidak sadar dia merawat luka ku.

"ya, itu cukup buruk kali ini"
"aku tak peduli dengan alasannya"

itu menyakitkan, tapi anehnya aku berterimakasih karena dia tidak peduli dengan alasannya.

"aku hanya tau bahwa kau terluka" ucapnya pelan.

dia mengobati luka di kakiku dengan pelan, namun tidak memaksa untuk mengobati luka yang ada diarea sensitif tubuhku. dia juga tak banyak bertanya, sementara ruangan gelap dengan keheningan diantara kami menambah suasana tenang malam itu.

untuk sementara, kurasa itu tidak buruk. walaupun memang, itu terasa aneh.

"terimakasih, zayne"

Imagination | ZayneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang