Chapter 7.

48 10 0
                                    

kami sedikit berseteru sebelum berangkat ke sekolah. zayne berkata bahwa dia akan mengambilkan seragam sekolahku yang tertinggal dirumah. sementara aku menolak dan berkata bahwa aku akan menggunakan pakaian bebas.

mungkin dia khawatir jika aku akan dihukum. namun, itu tak apa karena aku tidak terluka cukup parah kemarin.

"aku akan menggunakan kemeja putih milikmu dan rok ku kemarin" aku kemarin kabur dengan menggunakan rok tidur. syukurlah itu bisa bersih tepat untuk hari ini.

zayne menghela nafas berat dan mengangguk pasrah. kami berangkat setelah menghabiskan masing-masing semangkuk nasi. itu hebat bahwa zayne bahkan bisa memasak makanan asia dengan baik. sedangkan aku bahkan hanya berada di level makanan eropa mudah.

bukan berarti aku berkata bahwa masakan eropa lebih mudah.. aku hanya bisa memasak makanan mereka yang berbahan dasar atau cara pengolahannya yang mudah. tetapi zayne bahkan bisa memasak hidangan asia yang terasa persis seperti jualan kaki lima.

bahkan, hidangan yang terlihat sulit sekalipun..

"awas" zayne dengan santai menghentikan langkahku saat aku akan menabrak sebuah tiang.

"oh? terimakasih"

"apa yang kamu pikirkan?" zayne bertanya sebelum perlahan melepas genggamannya pada lenganku.

"itu bukan sesuatu yang penting. aku hanya sedikit penasaran tentang sesuatu" jawabku sebelum akhirnya kami sampai dipintu gerbang sekolah.

kami memang mendapat jadwal ujian di pagi hari, dan pulang lebih cepat karena ruang kelas akan digunakan untuk jadwal ujian selanjutnya. lebih beruntungnya lagi, kami satu ruang ujian.

tidak, bukankah ini keterlaluan? aku hanya melihat anak-anak pintar disekeliling kami. itu berarti para guru memang sengaja membuat satu ruangan penuh dengan anak pintar.

apakah mereka mau menghentikan upaya busuk dengan cara ini..?? tidak, lebih dari itu, kurasa meskipun begini pun ada kalanya murid-murid lainnya memiliki cara khusus mereka untuk mencontek.

toh lagipula, biasanya mereka tidak meminta jawaban pada yang terpintar. tapi pada mereka yang mau memberikan jawabannya pada mereka.

kami duduk dibangku masing-masing dan ketika bel berbunyi, kami mengerjakan soal ulangan dengan tenang. keheningan yang memburu sementara soal ulangan yang menjadi titik akhir terasa begitu menyenangkan. aku tidak percaya aku bahkan menemukan ketenangan disaat orang lain merasa frustrasi karena ini.

aku dan zayne menjadi dua orang pertama yang menyelesaikan ujian dihari itu. kami berdua mengumpulkan soal dan jawaban kami secara bersama dan keluar dari ruangan dengan tenang.

"zayne, mau ke kafetaria?" tanyaku dan zayne mengangguk. mungkin dia ingin memakan dessert yang ada disana.

guru pengawasku sempat bertanya kenapa aku tidak menggunakan seragam hari ini, dan aku menjawab bahwa kemarin aku terjatuh ke selokan dan pakaianku sekarang super kotor. guru hanya sedikit menertawakanku dan mengangguk, berkata bahwa aku bukanlah orang yang ceroboh.

***

kami sampai di kafetaria dan duduk. zayne memakan dessertnya, sementara aku mengerjakan ulang soal yang tadi diberikan. itu cukup bagus, karena itu cukup rumit. secara alami, aku akan menyukai soal yang rumit ketika aku sudah paham dengan materinya.

"seperti nya kamu akan menikahi kertas dan buku pelajaran keesokan harinya" celetuk zayne padaku. aku menoleh sebentar sebelum sedikit memakan dessert miliknya. itu adalah es krim yang dibalut dengan coklat. untuk siang hari yang cukup panas ini, itu terasa seperti surga.

"tidak, aku memang menyukai manis, tapi aku tidak memakan manis sesering yang kamu lakukan" jawabku dan menutup buku yang sebelumnya kugunakan.

"bagaimana dengan progresmu untuk kembali kedunia mu?" tanyaku padanya. zayne hanya menggeleng pelan dan memakan es krim miliknya.

"itu sulit dengan minimnya informasi yang ada disini"
"kurasa kamu ada benarnya"

informasi tentang itu memang minim. bahkan jika zayne berada didunia nya yang lebih maju beberapa tahun dariku, itu mungkin masih tidak cukup untuk mendapat informasi tentang ini.

itu bukanlah hal yang biasa. seolah, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia..?

tunggu, manusia??

"zayne, apakah kamu mempunyai agama?" tanyaku spontan. tidak, aku tidak bisa bilang bahwa mungkin astra lah yang menjadi kunci jawaban kami.

"agama?"
"seperti, sebuah kepercayaan dengan menyembah tuhan. dan memercayai serta pedoman untuk hidup"

zayne berfikir sejenak, sebelum akhirnya menghela nafas.

"aku punya dewa" aku tahu itu astra. tapi di ceritanya, ketika mc datang dan mengagung-agungkan astra dan zayne yang adalah foreseer, zayne tidak berekspresi seolah astra adalah sesuatu yang harus dihormati.

"bagaimana jika kamu mencoba untuk berdoa kepada dewamu?" tanyaku padanya. aku tahu dia cukup pintar untuk bisa mengartikan maksut dari ucapanku ini. maksutku adalah, cari cara bagaimana dia bisa berbicara dengan astra.

"kamu tahu, biasanya orang-orang akan berdoa jika mereka tidak menemukan jawaban apapun"

"baiklah, aku akan mencobanya" zayne menghembuskan nafas kasar.

tiba-tiba, guru pendisiplinan kami berteriak dari kejauhan dan berlari kearah kami. dia mengomel tentang bagaimana aku tidak menggunakan seragam sekolah dan malah menggunakan baju bebas, padahal ini waktu ujian.

dia terus marah dan mengomel terlepas dengan aku yang mencoba meyakinkannya tentang alasan kenapa aku tidak menggunakan seragam sekolah hari ini.

"lova! ibu tidak peduli dengan alasan apapun itu! lari keliling lapangan 10 kali!!" teriakannya cukup keras, bahkan itu membuat semua orang di kafetaria melihat kearah kami.

"tapi ibu–"

"tidak ada tapi!! ibu kecewa dengan kamu. setidaknya, pakailah almamater sekolah!" dia bahkan tidak mau mendengar alasanku, sialan.

tiba-tiba zayne melepas almamater miliknya dan menaruhnya dengan santai dibahuku.

"ibu, itu artinya saya yang menyalahi aturan, kan, sekarang?" tanya zayne santai. aku bisa melihat raut wajahnya yang marah terhadap zayne.

"apa-apaan kamu?! berani sekali kamu melawan saya!!" aku tahu jika guru ini sangat tidak menyukaiku. itu karena anak yang direkomendasikan olehnya kalah pintar denganku.

"bahwa itu artinya saya yang harus berlari memutari lapangan 10 kali, kan?" zayne bahkan tidak menghiraukan ucapannya. 

"zayne! murid baru yang bahkan tidak tahu adab!" dia mulai marah dan mencoba untuk memukul zayne. aku dengan cepat menggenggam tangannya dengan erat. menghentikannya sebelum itu mengenai zayne.

"ibu, apakah ibu lupa bahwa ayah saya adalah donatur dengan jumlah donasi terbesar disekolah ini? bagaimana jika saya mengatakan pada ayah saya untuk berhenti memberi makan para tikus?" aku tidak punya pilihan lain selain mengancam.

"meski dengan fakta itu, saya tidak pernah mencoba untuk menggunakan itu sebagai alasan dan melarikan diri dari kesalahan. saya bahkan mencoba menjelaskan alasannya dengan baik, namun anda malah tidak mendengarkan saya" aku melanjutkan ancamanku. tidak peduli seberapa bergetarnya guru dihadapanku ini. aku memang murid yang kurang ajar.

"lova!! jaga bicaramu–"

"ibu guru lah, yang pertama kali tidak mendengarkan saya dan mencoba untuk memukul murid yang saya rekomendasikan langsung kepada kepala sekolah" jawabku sembari melepaskan tangannya dengan sedikit dorongan.

"bahkan jika anda ingin menyingkirkan saya sekarang, maka anda juga harus menyingkirkan zayne" ucapku sembari berbalik kearah zayne.

"tapi itu buruk. karena anda saja masih kesulitan untuk menyingkirkan saya sendirian. apalagi saya dengan zayne?" aku menggenggam tangan zayne, berusaha menyembunyikan betapa takutnya aku. tapi disini, tidak ada yang bisa melindungi zayne jika itu bukan aku.

"ayo, zayne. mari lari sebelum masalah menjadi rumit" aku mengajaknya pergi dan zayne mengangguk.

Imagination | ZayneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang