Chapter 14.

31 8 0
                                    

"zayne, yang tadi itu menyenangkan!! sungguh! aku sekarang tahu kenapa anak kecil sangat menyukai komedi putar!!" aku berlari kearah zayne sembari tersenyum cerah. itu menyenangkan, aku bahkan ingin menaikinya sekali lagi.

"baiklah. karena kamu sudah puas menaiki komedi putar, lebih baik mengisi kembali kadar gula yang sudah terbuang" zayne tiba-tiba memberiku sebuah es krim cone rasa vanilla.

"terimakasih!!" aku mengambilnya dan memakannya perlahan. rasanya bahkan jauh lebih enak setelah menaiki komedi putar.

kami lanjut mengelilingi area festival sembari menikmati es krim cone kami masing-masing. kami sengaja tidak mendatangi tempat-tempat yang menyuguhkan mini games. karena kami sudah bermain mini games saat berpartisipasi dalam festival sekolah beberapa hari yang lalu.

kami sedikit berbincang saat berjalan. beberapa orang yang lebih tinggi dariku, berjalan melewati kami sembari berbincang dengan cukup berisik. aku bahkan tidak bisa mendengar suara zayne. tapi kurasa, dia masih berjalan disampingku. jadi, aku tetap berjalan lurus saja.

sebelum aku tersadar bahwa aku tersesat.

"ehh??"

aku menoleh ke sekeliling, mencari keberadaan zayne. namun, aku tidak bisa menemukannya ditengah keramaian ini. bahkan dengan tinggi badannya saat ini– tidak, aku tidak bisa melihat karena tertutup oleh banyaknya orang yang ada disana.

aku panik, segera memanggil nama zayne. berharap bahwa setidaknya dia bisa mendengar suaraku.

"zayne??" aku memanggilnya dengan sedikit lebih kencang dari nada suaraku yang biasanya.

tidak, kenapa aku harus panik? aku datang kemari dan tidak sengaja bertemu dengannya. jadi, kenapa aku harus panik bahkan jika kami berpisah..??

tidak, singkirkan pikiran gila itu. bahkan jika aku menghilang sekarang, mungkin aku bisa bertemu dengannya keesokan harinya.

benar, kan??

memang seharusnya begitu, kan??

tapi, kenapa perasaan ini begitu mengganjal? rasanya seperti, seseorang mencekik leherku dari dalam.

"lova!" zayne memanggil dan menemukanku. dia menggenggam kedua bahuku dan memanggil namaku untuk menyadarkanku.

gila, mungkin memang benar bahwa tinggal bersama ibu dapat membuatku mengalami gangguan kesehatan mental.

haruskah aku pergi ke rumah sakit jiwa..??

tidak, aku tidak depresi ataupun memiliki gangguan kesehatan mental. benar, aku hanya panik. aku hanya panik sesaat dan kemudian hilang. benar, aku hanya panik, itu pasti hanya panik dan rasa gelisah yang tiba-tiba muncul.

aku memang memiliki obat penenang. tapi aku jarang sekali meminumnya. karena jauh dari dalam hatiku, aku terus menyangkal dan berkata bahwa aku baik-baik saja.

karena memang sudah seharusnya begitu.

"ah, iya?? maaf, orang-orang disini sangat tinggi. sehingga aku seperti anak kecil yang tenggelam" jawabku setelah mengumpulkan kembali kesadaranku. semoga zayne tidak khawatir. semoga, zayne tidak merasakan ada yang salah denganku.

zayne terdiam sebentar dan kemudian menggenggam tanganku.

"maaf kalau tidak sopan. tapi, aku khawatir kamu akan terseret lagi jika aku melepaskan tanganmu" zayne menyeretku kearah kedai yang memiliki kolam ikan kecil disampingnya.

"eh?"

aku sedikit terkejut. sebelumnya, bahkan orang-orang tidak peduli apakah aku ada disana, atau tidak. bahkan jika aku menghilang selama berhari-hari, orang-orang tidak akan panik mencariku. aku tau, ayah memang perhatian dan menyayangiku. namun, ayah tidak bisa selalu berada di sisiku. ayah terlalu sibuk untuk aku yang haus akan kasih sayangnya.

Imagination | ZayneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang