Chapter 2.

73 11 0
                                    

aku pulang dengan sedikit lesu. aku harus belajar, aku menginginkan sedikit ketenangan dan pelarian. aku membuka ponselku dan notif dari ayah masih tertera disana. itu disebutkan bahwa ia mengirim uang bulanan dengan beberapa tambahan uang jajan untukku.

aku menghela nafas panjang. ayah adalah seorang dokter ternama, dan ibu memiliki perusahaan. mereka tidak bercerai, tapi karena tuntutan pekerjaan, ayah sering berada diluar dan hanya pulang beberapa kali dalam satu tahun.

sementara ibu? dia selalu melakukan hal-hal tidak berguna, terlepas dari perusahaan yang dimilikinya. dia selalu check in hotel dengan pria kesukaannya, atau terkadang membawanya pulang kerumah. jujur, aku mengakui bahwa disini adalah salah ibu. masalahnya adalah, ayah tidak mengetahui kebenaran ini, bahkan sudah bertahun-tahun lamanya telah berjalan.

"zayne, mau makan diluar?" tanyaku dan dia mengangguk.

kami memasuki sebuah cafe, masih dengan seragam lengkap. aku memesan beberapa dessert untuk kami makan. aku memesan satu set macaron, satu slice tiramisu cake, lemon sorbet, dan cheese burn cake. aku juga memesan jasmine tea untuk kami berdua.

beberapa menit setelah menunggu, makanan kami datang. kami makan dalam sunyi. aku membiarkan zayne memakan semua dessertnya, sementara aku membaca catatan dari materi yang disampaikan hari ini.

aku menatapnya setelah menyadari bahwa zayne melirikku beberapa kali sebelumnya.

"kenapa tidak makan?" tanya nya padaku, aku hanya menggeleng pelan sebelum melanjutkan bacaanku.

"tidak apa, aku hanya tidak lapar" ucapku sembari membalik buku paket yang kupegang dan membaca kalimat-kalimat yang kutandai dengan warna mencolok.

"kau bahkan tidak makan tadi siang" ucapnya sambil dengan sengaja menyodorkan garpu berisi tiramisu miliknya.

"sudah kubilang aku tidak lapar"
"tidak heran lenganmu begitu kecil. aku tidak tahu apakah itu lengan, atau tulang"

aku menghela nafas dan memakan apa yang dia sodorkan padaku. manis dan sedikit pahit dari kopi. aku benci kopi. karena ibu sangat menyukai kopi, jadi aku tidak begitu menyukai kopi.

"enak" bohongku. "terimakasih, kau bisa memakan sisanya"

zayne mengangguk dan lanjut memakan dessertnya. sementara aku melanjutkan bacaanku yang sempat tertunda.

usai menghabiskan seluruh makanannya, kami berjalan pulang. aku sempat membeli apartment dengan uang tabunganku, jaga-jaga jika aku muak dengan kehidupan menjijikkan ini. dan setelah zayne menjadi nyata, aku meminjamkan apartment milikku padanya.

***

aku menutup pintu kamarku dan mulai bebersih. mandi dan mencuci rambutku, menyiapkan tas dan pelajaran untuk besok. setelah menyelesaikan itu semua, aku mengambil beberapa buku serta catatan khusus belajarku. kalimat yang kutandai dengan warna mencolok di buku paket sebelumnya, ku ringkas kembali dan mencatatnya di buku catatan khusus belajarku.

ngomong-ngomong, aku tidak tahu apakah zayne punya handphone atau tidak.

"kenapa aku baru ingat, sih" aku menghela nafas dan menggunakan jasa aplikasi untuk mengirim hp lamaku kepada zayne, di apartment ku.

aku menulis catatan kecil didalamnya, instruksi pendek untuknya menggunakan handphone itu. aku juga sempat membetulkan setting dan menaruh nomor ponselku disana, jaga-jaga jika dia membutuhkan sesuatu.

beberapa menit setelah notifikasi bahwa paket sudah sampai ditujuan, aku menerima pesan dari zayne.

zayne.
terimakasih

Imagination | ZayneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang