_Move_

34 13 0
                                    


Halloo~^^

Mari membaca:v










































Setelah kegaduhan yang terjadi
di kantin tadi, semua siswa sudah
kembali ke kelas mereka
masing-masing untuk melanjutkan
kegiatan belajar selanjutnya.

Di sisi lain di UKS, Luxyan tengah
menemani Sean yang masih
tak bersuara sejak di kantin
tadi.

Dirinya hanya berdua saja dengan
Sean di ruangan ini, sedangkan
Rexan sudah ia suruh untuk
kembali ke kelasnya karna
pelajaran selanjutnya akan di mulai.

Awalnya sepupunya itu menolak
dengan beralasan dirinya juga
ingin menemani teman kecilnya ini.
tapi, sekali lagi Luxyan tetaplah
Luxyan, yang tidak suka dibantah.
jadi mau tak mau Rexan kembali
ke kelasnya dan membiarkan
sang kakak saja yang menemani
teman kecilnya itu.

Sedangkan untuk Sean dia
tidak masuk kelas dulu karna
sudah di perintahkan juga oleh
kepala sekolah untuk tetap di
UKS saja sampai ada panggilan
tentang permasalah di kantin tadi.

Luxyan melirik adik manisnya
yang masih terdiam tak
bergeming. Entah apa yang
ada di fikiran otak kecilnya
itu.

"Sean"

Sean mendongak saat Luxyan
memanggilnya. Tatapannya tidak
menyiratkan emosi apapun,
hanya tatapan kosong yang
ada pada mata Greynya.

Melihat Sean yang hanya
menatapnya tanpa ada niatan
menyaut, Luxyan tersenyum tipis
dan menangkup wajah si kecil.

"Kenapa hm? masih memikirkan
yang terjadi di kantin tadi?"
tanya Luxyan lembut sambil
mengelus pipi bersih dan halus
Sean.

Mendengar pertanyaan lagi
dari Luxyan, Sean hanya merespon
dengan gelengan kepala lalu
melepaskan tangan Luxyan yang
menangkup wajahnya.

Jujur saja dirinya masih dalam
perasaan yang tidak bisa
di jelaskan.

Di bilang marah, iya dia marah
saat putra sulung Wallrick itu
memukul temannya.

Tapi ada juga perasaan sedikit
sedih dan sesak di relung hatinya.

Terlebih saat dua melihat sudut
bibir Rexan yang sobek dan
berdarah tadi.
Rasanya sangat sakit entah
ada apa dengan perasaannya ini.

Atau itu mungkin karna dirinya
yang terlalu menyayangi
teman sebangkunya itu?
makannya dia merasa sesak
saat melihatnya terluka.

Sean menghembuskan nafas
kasar dan menatap Luxyan
yang juga menatapnya dengan
raut wajah khawatir.

"Kapan kepala sekolah akan
memanggil wali keluarga Wallrick?"

"Aku yakin mereka juga tak
terima putra mereka terluka
kan" tanya Sean pada gadis
di depannya.

Luxyan tersenyum teduh

Akhirnya adik manisnya ini
bersuara juga.
Gadis tinggi itu meraih
tangan si kecil dan menggenggamnya lembut.

"Mungkin sebentar lagi Sean"

"Lagi pula mereka juga sedang
di rumah sakit untuk melihat
kondisi putra mereka" ujarnya.

Sean mengerenyit, rumah sakit?
Apa kondisinya separah itu?
perasaan dia hanya 'menendang'
dan 'memukul' wajahnya saja
itu tidak terlalu parah kan?"
Iya tidak terlalu parah Sean..
tapi nyawa anak orang hampir
kau buat melayang_-

Toxic Encounters [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang