Permintaan atau Harapan [2]

3 1 0
                                    


Alen merebahkan tubuhnya ke kasur. Kenyamanan dari queen size bed itu mulai mengisi ulang tenaganya. Hari yang serba dadakan ini telah berakhir. Tubuh dan pikirannya harus diistirahatkan akibat kesenangan dan kekesalan bertabrakan menjadi satu dalam seharian penuh.

Gila. Hari ini kayak main roller coaster alias capek banget.

"Cie yang habis jalan-jalan sama mantan." Alen yang bersiap menutup mata kembali sadar tatkala sang kakak mendadak muncul di depan pintu.

"Berisik. Kita gak jalan-jalan tahu!" Alen menutup wajahnya dengan guling.

"Yaelah chill, say. Anggap aja lu lagi dapat rezeki nomplok." Aldo, kakak sulung Alen mulai masuk ke kamarnya lalu mulai berguling di atas kasur Alen.

"Apaan, sih! Gue capek Kak! Aduh!" Alen pasrah waktu istirahatnya akan direcoki sang kakak yang mulai berguling-guling di atas tubuhnya juga. Hingga akhirnya kepala Aldo berhenti di paha sang adik.

"Emang benar, makanan dari orang berduit paling lezat. Bilang makasih banyak ke bang Juli lagi ya." Aldo menepuk-nepuk perutnya yang penuh.

"Bilang aja sendiri. Kak Aldo punya nomornya, kan."

"Sungkan, Len. Tadi pas ketemu aja kakak langsung insecure. Mana kelihatan bercahaya kayak turun dari bulan. Makin ganteng aja tuh orang." Aldo memandang langit kamar Alen yang dominan putih bagai melihat bulan di tengah galaksi. Detik berikutnya dia menyamping menatap Alen dengan menopang satu tangan.

"Kalau mau pacaran sama bang Juli, kakak restuin langsung."

"Hah?" Alen sudah lelah terkejut. Kak satu-satunya yang lebih dewasa tidak jauh berbeda dengan adik sang mantan. "Mana mungkin gue pacaran sama dia."

"Gak papa elah. Woles. Langsung kakak AC—"

"Kalau ngomong tuh dipikir dulu." Alen langsung melempar gulingnya ke wajah Aldo. "Ogah. Gue gak mau berurusan sama orang tua Novan, terutama bundanya."

Aldo memeluk guling dari samping dan menatap lekat adiknya. "Tapi hari ini bersenang-senang, 'kan?"

"Lumayan." Alen mengiyakan. "Meski rencananya dadakan. Novan sialan!"

Aldo tertawa renyah. Melihat adiknya yang sudah dewasa dan bar bar adalah konfirmasi perasaan adiknya yang menikmati perjalanan dari mantannya.

"Tapi Kak Aldo kenapa gak bilang kalau Novan masih service sama cuci mobil di bengkel?" Alen akhirnya bertanya. "Kalian bersekongkol buat yang enggak-enggak ya?"

"Gak boleh ngomong kayak gitu, dia customer prioritas bengkel kita," Aldo mulai mencubit pipi Alen yang terlihat menggemaskan.

"A-aw! Sakhid." Alen mengeluh pasrah.

"Gue sengaja gak ngasih tahu Alen karena urusan pekerjaan. Bersyukur dikit si Novan masih mau nganterin lu ke bengkel tadi sore. Di ajak makan malam pula sama bang Juli."

"Iyah iyah." Tarikan dari pipi Aldo akhirnya berhenti. "Cuman mastiin doang. Anaknya 'kan, suka bohong. Gue juga baru ketemu lagi sama dia waktu di MoonBucks."

"Namanya juga hidup. Kadang terencana, kadang dadakan," jawab Aldo mengusap pucuk kepala adiknya lembut.

Alen tahu hidup seperti bermain di atas roda. Saat ingin melewati jalan lurus tiba-tiba saja rodanya tersandung kerikil hingga berbelok ke kanan. Ia sudah beberapa kali mengalami peristiwa yang spontan—termasuk mendapat tumpangan dari mantan kekasih yang mengajaknya ke stasiun kereta dan makan malam bersama saudara-saudaranya.

Sampai matanya perlahan terpejam, Alen mengingat perubahan hidupnya dimulai semenjak bertemu pria bernama Novandra Dwiputra Rajendra.

Sampai matanya perlahan terpejam, Alen mengingat perubahan hidupnya dimulai semenjak bertemu pria bernama Novandra Dwiputra Rajendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu bakal akrab lagi gak nih, kalau ketemu saudaranya si mantan?

Terima kasih sudah membaca sampai chapter ini! Aku memang gak terlalu pandai buat romance, tapi aku suka drama hahahaha mungkin sebagai spoiler di sini ada misterinya, lebih ke memecahkan sebuah alasan, gak seperti Take You Home yang perjalanannya panjang banget buat cari dek Ava.

Okay, see you next chapter!

MAPS (Menanti atau Pergi Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang