[[CHAPTER 7]] : Sebuah Permohonan

1K 107 65
                                    


Sang fajar di sisi timur menampakkan dirinya. Menyinari salah satu bagian dari dunia yang diselimuti salju selama lebih dari satu abad. Butiran-butiran putih sedingin es itu berjatuhan dari gumpalan awan gelap di langit tak berbintang. Terbawa gravitasi dan menutupi bebatuan juga tanah dan pepohonan. Mengubur warna asli dari dunia yang dulunya begitu indah dipenuhi kemakmuran.

Seolah membungkus dunia itu dalam kesuraman yang miris dan menyedihkan.

Bahkan jika matahari bergerak dan mencoba menghangatkan dunia yang seolah terlupa, langit yang murka sama sekali tak membiarkannya. Atas sabda dari makhluk digdaya yang menurunkan kutukan mengerikan untuk memusnahkan kehidupan. Mengabaikan jutaan doa dari para umat yang berserah dan memohon pengampunan. Menuli atas jerit tangis dan keputusasaan yang bergulir dari makhluk fana yang perlahan sekarat.

Sang Langit bergeming. Menghalangi sang mentari dengan penuh keras kepala. Tak goyah atau menunjukkan cukup celah untuk membiarkan kehangatan meresap masuk menyapa makhluk hidup yang tersiksa.

Dan bahkan di tengah rintikan salju putih yang masih terus berjatuhan sedikit demi sedikit, di tengah keputusasaan akan dunia yang bersikap acuh dan keji, sosok itu masih mencoba bertahan.

Ia mencoba percaya.

Ia mencoba mempercayai setitik keberuntungan yang mungkin saja melekat padanya. Mempercayai setitik keberuntungan yang mungkin diberikan oleh seseorang yang selalu dilindungi oleh bintang keberuntungan.

Mencoba mempercayai bahwa ia masih bisa hidup bahkan setelah menerima kekejaman dari dunia yang tak pernah menerimanya.

Bahkan jika penglihatannya telah memburam. Jika perut dan bahu nya terkoyak dengan mengenaskan. Jika kulit dan dagingnya mengelupas dari tulang-tulangnya. Jika dadanya tertembus oleh belati. Jika darah membanjirinya dan jika udara mencekik lehernya....

Bahkan jika tubuhnya perlahan terasa mati rasa oleh rasa dingin yang menggores luka hingga ke tulangnya...

Ia masih mencoba bertahan.

Sembari memohon dengan putus asa pada satu titik keberuntungan yang mungkin tak pernah ada.

Siapapun. Apapun. Ia tak peduli.

Hanya.... Ia ingin hidup.

Ia masih ingin hidup.

Ia ingin hidup dan menjalani kehidupan di dunia yang kejam ini bersama orang yang ia kasihi.

Bersama Hyung nya yang begitu ia cintai.

Darah yang mengalir dari kepala menutupi mata dan membuat pandangannya terhalang. Namun kilatan-kilatan cahaya merah yang datang seperti letusan kembang api menjadi satu-satunya hal yang terlihat begitu jelas.

"..... Dewa.... "

Dan ketika bunga-bunga api itu mendekat kearahnya.  Rasa sakit yang seolah meremukkan tubuhnya perlahan sedikit berkurang.

Dan ia menyadari bahwa tubuhnya kini menjadi seringan debu.

Dan tubuh yang seringan debu itu terjatuh dari langit gelap yang dipenuhi bunga-bunga api yang indah.

>>>>>>><<<<<<


CHAPTER 7

Sebuah Permohonan


>>>>>><<<<<

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNHOLY GRAILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang