"Tidak mungkin," balas Wen Qing tidak sabar.
Wen Bai tidak terlihat akan segera pergi.
Wen Qing mengangkat tangannya dan memijat kedua alisnya, "Biarkan aku berpikir. Jangan datang dan menggangguku sepanjang waktu."
Wen Bai mengangkat alisnya, "Apakah kau benar-benar akan berpikir soal ini atau hanya mengatakannya untuk memuaskanku?"
Wen Qing tidak berkata apapun lagi. Dia menurukan kepalanya dan mulai melihat dokumen yang ada mejanya. Auranya memancarkan empat kata sederhana: Pergilah jika kau mau.
Wen Qing membaca dokumen dengan sukar di bawah tatapan panas dari Wen Bai.
Wen Bai menatapnya untuk waktu yang lama sebelum berdiri dan berjalan. Wen Qing pikir dia sudah bersiap pergi karena bosan, tapi Wen Bai malah memeluk Wen Qing dari belakang. Wen Bai menggigit telinga Wen Qing dan tubuhnya segera bergetar saat mendengar Wen Bai berkata, "Aku sungguh ingin menguncimu."
Wen Qing merasa jengkel untuk sejenak, meskipun begitu dia masih tertawa dingin.
Wen Bai juga berdecak dan berdiri untuk pergi.
**
Yan Han mungkin dalam hubungan yang panas dengan pria muda itu akhir-akhir ini. Dia bahkan berhenti pulang ke rumah.
Wen Qing berbaring di kasur dan menelepon Yan Han.
Ponsel berdering untuk waktu yang lama sebelum Yan Han mengangkatnya dan dia terdengar kehabisan napas. Jika kau tidak mendengarnya dengan baik, kau masih bisa mengabaikannya.
"Halo? Kau belum tidur?"
"Belum, kenapa kau tidak tidur?" Yan Han berdeham membersihkan tenggorokannya tapi suaranya masih terdengar pelan dan serak yang dihasilkan dari nafsu.
"Aku tidak bisa tidur tanpamu di sini."
Di seberang panggilan telepon Yan Han tidak berkata apapun, sebaliknya erangan menggoda samar dari seorang bocah terdengar menggema.
Tidak lama kemudian, Yan Han berkata dengan nada suara yang ditekan, "Aku juga merindukanmu."
Wen Qing berpura-pura terdengar mengantuk saat dia bergumam, "Aku agak mengantuk."
Yan Han membalas, "Kalau begitulah tidurlah lebih awal. Selamat tidur." Dia memutus sambungan telepon segera setelah dia selesai bicara.
**
Bocah laki-laki di bawah Yan Han menampakkan wajah bahagianya. Dia membuka kakinya dan meremas paha Yan Han bersamaan dengannya yang menggoyangkan perutnya. Yan Han meraih dan menampar pantat bocah itu, dengan suara tajam bergema di ruangan, "Kau pelacur kecil. Daripada menghabiskan waktumu merasa bergairah, kenapa tidak membantuku memakai kondom?"
Bocah itu bersikap genit, "Bisakah kau tidak memakai kondom?"
Yan Han mengabaikannya dan mengambil sebuah kondom. Dia segera memulai dengan kasar setelah memakainya. Tusukannya benar-benar hebat hingga erangan bocahan itu menjadi bunyi-bunyi terpecah yang tidak jelas.
Dia sendiri memang menyukai perasaan liar di luar, tapi otaknya tidak lupa dia harus memakai kondom. Karena bagaimanapun, satu-satunya orang di dunia ini yang bisa dia percaya hanyalah Wen Qing. Tidak peduli bagaimana kotornya dunia ini nanti, Wen Qing tetap akan bersih.
**
Wen Qing mendengar sinyal sibuk melalui pengeras suara dengan ucapan 'selamat tidur' yang masih tertahan di tenggorokannya.
Malam itu, matanya tetap terbuka hingga fajar menyingsing tanpa keinginan untuk tidur sama sekali.
Jadi, dia menelepon Wen Bai. Sebelum Wen Bai memiliki kesempatan untuk bicara, Wen Qing sudah memberitahukannya sebuah alamat dan berkata, "Bercinta. Kau bisa datang kalau kau mau."
Alamat yang dia berikan adalah rumah di sebuah desa yang Yan Han berikan kepadanya beberapa tahun yang lalu. Dia tidak biasanya tinggal di sana tapi masih ada pekerja paruh waktu yang datang secara teratur untuk membersihkan rumah itu. Wen Qing berkemas secukupnya lalu meninggalkan rumah. Dia mengambil beberapa kondom dan mengemudi ke sana. Rumah itu masih terlihat bersih dan rapi.
Wen Qing berjalan ke dalam ruangan. Dia teringat kembali suasana-suasana keintiman yang biasa dia lakukan dengan Yan Han di sini.
Wen Qing melempar pigura foto di sebelah nakas kasur lalu memasukkannya ke laci, kemudian suara dering pintu bel terdengar.
**
T/N : Fvck, Yan Han emang anj*ng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze At The Scenes Of Debauchery (Terjemahan)
RomancePandangan Ke Suasana Penyimpangan Mereka sudah bersama selama 12 tahun. Seorang pria yang perselingkuhannya sudah jadi tabiatnya, dan pasangannya yang depresi dan suka menyiksa dirinya sendiri. Retakan yang tidak dapat diperbaiki, salah satu hanya...