Unexpected Marriage

Bab 1 - UM

Kepergok Keluar dengan Pria Lain: Apakah Glory Resmi Putus dengan Abraham?

Glory Tersenyum Bahagia Saat Diantar ke Lokasi Syuting, Tapi Siapakah Lelaki Jepang yang Menggantikan Abraham?

Glory Restrazia Menghilang dari Publik: Apakah Sang Model Terkenal Tengah Mempersiapkan Pernikahan?

Glory Restrazia, Model Asal Kanada, Siap Menikah di Akhir Tahun: Tak Lagi Pamer Kemesraan di Medsos.

Terungkap! Bukan Abraham, Inilah Pria Beruntung yang Akan Menikah dengan Model Terkenal Glory!

Stress!

Glory rasanya ingin melepaskan kepalanya dan mendinginkan isi otaknya di dalam kulkas. Kepulan asap di atas kepalanya mungkin lebih banyak dari letusan gunung merapi yang erupsi. Jarinya kembali menggeser layar ponselnya dengan perlahan. Dari sekian banyak artikel yang keluar hari ini, kenapa semua berisi dirinya?

"Salad pesanan lo." Glory melirik sebentar sebelum kembali menatap layar ponselnya dengan sebal. Baru satu jam sejak kehebohan dirinya yang keluar dari restoran, tapi media sosialnya sudah penuh dengan berita-berita tak bermutu. Glory hanya mengetikkan namanya dan kumpulan gosip sudah menyebar di mana-mana.

"Jadwal syuting sampe jam berapa?" tanya Glory dan melemparkan ponselnya ke atas sofa. Membiarkan benda yang mulai bergetar itu teredam.

"Sampe setengah lima sore. Lo jangan kemana-mana dulu. Abis syuting, lo harus siapin video review brand lipstik buat lusa ini."

Tutup kotak salad yang baru Glory buka rasanya tidak membuat perempuan 30 tahun itu merasa lapar. Tampilan yang berwarna dan saus yang ditaruh di tengah, terkadang membuat Glory senang, namun tidak untuk kali ini. Alih-alih makan, Glory rasanya ingin tidur saja.

"Lo nggak akan nanya apa-apa?" Glory melirik sedikit pada sang manajer yang tengah mengetikkan sesuatu di ponsel. Tak kunjung mendapat respon, Glory berdecak pelan, ia angkat kotak salad di depanya sebelum mendekat. Melihat isi pesan yang sedang manajernya ketik dengan cepat. Sadar jika manajernya sedang membalas pesan-pesan penting, membuat Glory urung untuk marah.

"Sorry. Kenapa tadi?"

"Lo nggak akan nanya sama gue?"

"Tentang?"

"Berita hari ini..." cicit Glory. Mendengar helaan napas dari sebelahnya, Glory langsung mengigit garpu plastik yang masih dipegangnya. "Gue—"

"Kalaupun gue tanya, lo pasti ngelak. Lo nggak bisa ya, diem aja dulu gitu. Minimal sampe syuting kita selesai."

Bibir bawah Glory maju. Itu juga bukan keinginannya, kan? Lagipula ia tidak tahu jika lelaki itu akan berada di depan restoran dan menunggunya. Glory pikir ia akan berangkat dan pulang dengan sang manajer. Seolah teringat sesuatu, Glory langsung menoleh cepat.

"Lo juga salah, ya!" kata Glory mencari pembelaan.

"Lah? Salah apa gue?"

"Lo salah karena ninggalin gue! Lo yang bilang sendiri bakal anter jemput gue dari restoran. Kemana lo tadi, hah?! Kenapa nggak ada di parkiran? Gue telepon juga nggak diangkat." Amukan Glory berhasil membuat perempuan di sampingnya terdiam kaku. Apalagi saat ini sang atasan sekaligus sahabatnya itu mengangkat tinggi-tinggi garpu di tangannya ke arah wajah.

"Gue ... Gue kan ... Gue udah bilang mau keluar dulu bentar," jawab Jessica–perempuan dengan baju crop topnya itu menatap ke arah lain.

"Kapan? Gue nggak dapet pesan apapun dari lo. Gue juga nggak dapet telepon dari lo kalau lo mau keluar. Kapan lo bilang gitu sama gue?"