Satu Minggu Lalu.
"Kapan kamu bawa menantu untuk Papa?"
Glory mendengkus kecil. "Apa Papa benar-benar memintaku datang ke sini hanya untuk menanyakan hal itu?"
Caterina terkekeh pelan, Mamanya yang baru saja kembali setelah menerima telepon itu mengusap kepala putrinya dengan lembut. Kembali bergabung dengan keluarganya yang tengah makan, Caterina menggerakkan kepalanya, memberikan isyarat pada sang suami agar langsung berbicara pada intinya.
"Kamu tahu kalau kamu memang sudah seharusnya memberikan kami menantu, kan? Bahkan seharusnya kamu sudah membawa cucu," kata pria di depan Glory itu dengan santai.
"Umur berapa Mama menikah dengan Papa? Papa saja menikah saat umur 40 tahun dengan Mama, kan? Ayolah! Aku bahkan baru 30 tahun."
"Mama menikah di umur 30 tahun juga," jawab Caterina.
"Mama menikah di umur 32, ya!" balas Glory tidak terima. "Kalau Mama saja bisa menikah di umur itu, kenapa aku tidak?"
"Nat, dengarkan Mama. Umur kamu sekarang sudah tidak lagi mudah mendapatkan anak. Mama dan Papa bahkan harus menunggu selama 3 tahun hanya untuk mendapatkan kamu."
Merasa sudah tidak nafsu dengan makanan yang ada, Glory segera menaruh alat makannya dengan perlahan. Tisu yang ada di sampingnya ia gunakan untuk mengusap sekitar mulutnya yang terdapat saus. Menatap kedua orang tuanya yang juga tidak lagi melanjutkan makan malam.
"Aku bisa mengadopsi jika memang harus memiliki anak. Aku juga bisa mengikuti program. Ma, jaman sekarang bisa mendapatkan apapun dengan mudah. Semua sudah lebih baik." Glory jelas paham dengan kekhawatiran orang tuanya, tapi Glory tidak ingin memaksakan semuanya dan berakhir mengenaskan. Matanya menajam kala melihat sang papa yang tampak tenang dan santai. Ah, kalau saja Glory bisa mengatakannya saat ini, mungkin akan Glory bungkam mulut Papanya dengan fakta yang ia ketahui. Tapi, tidak. Ini bukan waktu yang tepat.
"Kamu berencana childfree, kan?" tebak sang mama yang langsung membuat Glory diam.
Keputusan bulatnya yang ia buat sejak menginjak umur 20 tahun. Glory suka anak kecil, Glory bisa menjaga mereka dan sejak dulu terlatih untuk menjaga keponakannya. Glory tidak memiliki kakak ataupun adik, membuatnya terkadang merasa kesepian hingga akhirnya memilih menjaga para keponakannya agar mengusir rasa sepi ketika ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Meski begitu, keputusan Glory sampai saat ini tidak berubah.
Dia tidak akan memiliki anak setelah menikah. Kalaupun ternyata keduanya tiba-tiba diberi anugrah, Glory akan menerimanya saja. Tapi, selagi dirinya bisa menutup kemungkinan itu akan Glory lakukan sampai kapanpun. Mungkin itu juga alasan dirinya yang belum atau lebih tepatnya menunda untuk menikah. Selain melihat umur orang tuanya yang juga menikah di atas 30 tahun, Glory takut jika nanti ia dipaksa untuk memiliki anak oleh keluarga suaminya.
"Enggak," jawab Glory yang berbanding terbalik dengan tatapan matanya. Perempuan itu langsung mencari objek lain dan menghindari tatapan sang mama.
"Apa alasan kamu tidak ingin memiliki anak?" Kali ini Papanya ikut menimpali. "Tidak semua kata menikah berarti harus memiliki anak, kan?"
"Pa, kita harus realistis, kan? Hamil, mengandung, melahirkan, mengurus dan membesarkan itu tidak mudah. Papa dan Mama merasakannya, kan? Mungkin aku tumbuh dengan sangat baik. Semuanya tertata dengan rapi dan kasih sayang dari kalian juga sangat berlimpah. Tapi, bagaimana jika aku tidak melakukan hal itu dengan baik seperti Papa dan Mama? Bagaimana jika ternyata kehamilanku sangat merepotkan? Bagaimana jika melahirkan yang orang-orang bilang biasa saja ternyata sangat menyakitkan?"
Caterina tidak menjawab. Keterdiaman itu membenarkan semua ucapan Glory. Namun, semua hal itu bisa dilakukan dengan baik selama Glory mau menerimanya. Putrinya yang keras kepala, realistis dan sangat memikirkan masa depan itu jelas menjadi tantangan terbesar bagi Caterina dan sang suami untuk bisa meyakinkan Glory.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Marriage
Roman d'amourGlory Restrazia (31), seorang model terkenal yang selalu tampil memukau di atas catwalk, memiliki satu prinsip hidup yang tak bisa digoyahkan: ia tidak akan pernah menikah. Meski telah lama menjalin hubungan dengan Abraham, Glory yakin bahwa kehidup...