~Happy Reading~
...
..
.Nathan duduk di depan komputernya, mencoba fokus memandang spreadsheet yang dipenuhi angka-angka. Tapi pikirannya malah melayang entah ke mana. Sudah dua hari berlalu sejak balas dendam konyol yang direncanakan pacarnya itu.
"Sialan ya lo Ayesha!" gerutu Nathan kesal.
Meskipun sakit perutnya sudah jauh berkurang, ada saja saat-saat perutnya masih terasa tidak nyaman. Itu membuat dia terusik setiap kali bergemuruh pelan.
"Sial, kok nggak sembuh-sembuh sih," gumamnya sambil memijat pelipis, mencoba meredam sakit kepala yang mulai menyerang dari semua tekanan pekerjaan.
Di tengah suasana kantor yang sibuk, ponselnya bergetar di meja. Sebuah notifikasi muncul-pesan dari Maya. Bukan hal yang aneh, karena Maya selalu jadi orang pertama yang mengecek kondisinya setiap hari sejak masalah perutnya itu terjadi.
Maya : Hey, how's the stomach? Udah mendingan, belum?
Nathan mengetik cepat sambil menghela napas pelan.
Nathan : Lumayan sih, cuma masih kayak ada aftershock-nya. Ga ngerti kenapa lama banget sembuhnya.
Baru beberapa menit dia menyimpan ponselnya, suara ketukan lembut terdengar dari arah pintu kaca. Nathan mengangkat kepala dan melihat Maya sudah berdiri di depan pintunya, tersenyum sambil melambaikan tangan dengan cangkir kopi di tangannya.
"Hey, boleh masuk?" tanya Maya dengan suara yang selalu terdengar ceria.
"Masuk aja," jawab Nathan, sedikit lega melihatnya.
Maya masuk dengan langkah santai seperti biasanya, lalu meletakkan kopi di meja Nathan dengan gaya casual yang entah kenapa selalu membuat Nathan merasa lebih rileks.
"Gue bawain kopi buat lo. Siapa tahu lo butuh energi buat survive meeting nanti."
Nathan tersenyum kecil, meskipun jelas masih ada sisa kelelahan di wajahnya. "Thanks, May. Gue butuh lebih dari kopi kayaknya, buat survive hari ini."
Maya tertawa kecil dan duduk di kursi sebelah meja Nathan. "Lo masih kelihatan kurang fit. Lo beneran nggak mau ke dokter, Nat?"
Nathan menggeleng pelan, sambil berusaha menahan gejolak di perutnya yang datang tiba-tiba lagi. "Nggak lah, masih berharap ini sembuh sendiri."
Maya menggeleng sambil tersenyum kecil, tapi jelas dia tidak setuju. "Gila ya, lo stubborn banget. Udah tau nggak enak, malah nungguin sembuh sendiri. Harusnya tadi gue bawa obat sekalian, bukan cuma kopi."
Nathan menatap kopi itu, lalu mengambilnya dengan senyuman simpul. "Kopi juga penting, ini nyawa gue buat hari ini."
Maya memperhatikan Nathan lebih dekat, ada tatapan khawatir yang terselip di wajahnya, meskipun ia berusaha tetap tenang. Nathan, di sisi lain, merasa aneh ada yang memperhatikan dia sedetail itu. Mungkin Maya cuma peduli karena mereka sudah sering kerja bersama. Tapi perhatiannya terasa... berbeda.
"Lo kalau butuh apa-apa, bilang aja ya. Jangan maksa kalau udah nggak kuat," Maya berkata lembut, suaranya penuh perhatian sambil menyentuh bahu Nathan sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmed by Lies
RomanceNathaniel Hastanta, seorang pria karismatik dan manipulatif. Tahu bahwa Ayesha Shekilla, pacarnya, mulai merencanakan balas dendam setelah mengetahui perselingkuhannya dengan Maya, rekan kerja di kantor - sekaligus FWB-annya sejak masa kuliah. Namu...