~Happy Reading~
.
.
"Ayesha, kamu tau kan keluarga Hastanta itu punya tradisi yang kuat?"
Suara Fadli menggema di seluruh ruangan, memulai percakapan serius yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Nathan yang duduk di sebelahnya, sibuk bercanda dengan kedua adiknya, sementara Ayesha diam-diam mulai merasa gugup.
Pandangannya sesekali melirik Nathan yang sepertinya tidak punya niat untuk membantunya sama sekali.
Ayesha mencoba tersenyum, meski dadanya sudah mulai berdebar. "Iya, Om, saya sudah diberitahu soal itu."
Arini, istri Fadli, langsung menimpali, "Ya, tradisi keluarga kami sangat penting, terutama untuk calon istri. Apa kamu sudah siap?"
Ayesha menelan ludah. "Saya... saya siap, Tante," jawabnya dengan suara yang terdengar mantap, walau di dalam hatinya, dia tidak terlalu yakin.
Dia sudah mempersiapkan diri dengan sahabatnya, bahkan mereka sempat latihan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin keluar. Namun, saat duduk di sini, berhadapan dengan Fadli dan Arini yang memiliki aura begitu kuat, Ayesha merasa latihan itu tidak cukup.
Fadli menatap Ayesha dengan tatapan tajam, lalu menambahkan, "Kamu tau, dalam keluarga kami, perempuan itu harus bisa menjaga kehormatan keluarga. Kamu harus pintar, tapi juga harus pandai merawat rumah. Bisa gak kamu jaga rumah tangga sama Nathan nanti?"
Ayesha mengangguk kecil. "Insya Allah, Om. Saya akan berusaha sebaik mungkin."
Namun, Fadli tidak berhenti sampai di situ.
"Rumah tangga itu bukan soal cinta saja, Ayesha. Kamu tau, Nathan kerja keras untuk masa depannya. Kamu harus siap kalau dia sibuk, sering pulang larut. Gimana kalau dia gak ada waktu buat kamu?"
Pertanyaan itu membuat Ayesha sedikit tersentak. Ini pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan oleh Ayesha sebelumnya.
"Saya paham, Om. Tapi, saya juga yakin kalau Nathan dan saya bisa saling mengerti. Kita berdua akan berusaha untuk saling mendukung."
Arini melipat tangannya di dada, masih dengan senyum ramah tapi ada ketegasan di balik kata-katanya. "Kalau soal memasak gimana, Ayesha? Kamu kan tau, di keluarga kami, istri itu harus pandai masak. Jangan sampe nanti Nathan pulang, makanannya gak enak."
Ayesha tersenyum tipis. "Saya masih belajar, Tante. Tapi saya suka memasak, dan saya akan terus berusaha untuk jadi lebih baik."
"Tapi belajar itu tidak cukup," Fadli menyela lagi, kali ini suaranya sedikit lebih dalam, menekankan setiap kata. "Nathan butuh istri yang bisa langsung diandalkan. Bukan sekedar belajar."
Ayesha mulai merasa kepanasan, meski udara di ruang makan itu terasa sejuk. Bagaimana dia bisa menjawab semua ini tanpa merasa terintimidasi?
Dia ingin sekali melihat ke arah Nathan, berharap pria itu akan membantunya, tapi Nathan masih saja asyik dengan kedua adiknya, seolah tidak peduli dengan situasi di meja makan itu.
Arini melanjutkan, "Ayesha, bagaimana dengan keluarga kamu? Kami sudah lama kenal dengan Heru dan Ratih, tapi kamu harus ingat, menikah itu bukan hanya soal kamu dan Nathan. Ini juga soal kedua keluarga. Kamu siap gak untuk masuk ke keluarga kami? Kamu bisa jaga nama baik keluarga kami?"
Ayesha menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Saya paham, Tante. Saya mengerti pentingnya menjaga nama baik keluarga, dan saya akan melakukan yang terbaik untuk menjaga nama baik keluarga Hastanta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmed by Lies
RomanceNathaniel Hastanta, seorang pria karismatik dan manipulatif. Tahu bahwa Ayesha Shekilla, pacarnya, mulai merencanakan balas dendam setelah mengetahui perselingkuhannya dengan Maya, rekan kerja di kantor - sekaligus FWB-annya sejak masa kuliah. Namu...