~Happy Reading~
.
.
Ayesha mengaduk-aduk mie di mangkuknya sambil menatap Erika yang sedang menikmati makanannya. Wajahnya tampak serius, seolah sedang memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Setelah beberapa detik, dia akhirnya buka suara.
"Lo tau gak sih, Er..." ucap Ayesha tiba-tiba di sela-sela makannya.
Erika mengangkat alis, setengah tertarik, setengah malas menanggapi karena tahu biasanya ini akan berakhir dengan Ayesha yang curhat tentang Nathan lagi. "Apa lagi, Sha? Jangan bilang lo mau curhat soal cowok lo lagi."
Ayesha menggeleng sambil terus menyeruput mie. "Bukan, bukan soal itu. Ini soal... ya, gue liat sesuatu waktu itu."
"Tentang apa?" tanya Erika sambil tetap fokus pada makanannya.
"Waktu itu, inget kan pas kita di kafe dan gue dijemput Nathan?" Ayesha mulai berbicara lebih pelan, membuat Erika mau tidak mau mengarahkan perhatiannya ke arah sahabatnya itu.
"Iya, terus kenapa?" tanya Erika dengan nada malas.
"Lo tau... gue liat ada yang merah-merah gitu." Ayesha berkata dengan nada setengah berbisik, matanya sedikit membelalak seolah ingin meyakinkan Erika bahwa ini adalah hal besar.
Erika, yang sedang mengunyah, berhenti sejenak. Refleks, dia menoyor jidat Ayesha pelan sambil mendengus, "Dodol! Gimana gue bisa tau maksud lo kalo lo ngomongnya setengah-setengah gitu."
Ayesha tertawa kecil, merasa sedikit malu. "Eh iya, iya, sorry. Maksud gue, gue liat bekas merah-merah gitu loh di leher Nathan."
Mendengar itu, Erika mendadak serius, meski tidak terlalu terkejut. "Hmm... bekas merah di leher? Kayak cupang?" Erika menatap sahabatnya dengan tatapan penuh arti.
Ayesha mengangguk, wajahnya tampak penuh teka-teki. "Ikan Cupang?"
"Yaelah, Ayesha, menurut lo apaan lagi kalo bukan cupang?"
Erika mendengus lagi, kali ini sambil menatap tajam ke arah Ayesha. "Jangan pura-pura polos lo, Sha. Udah jelas-jelas itu cupang. Dia abis dikokop sama Maya lagi tuh pasti..."
Ayesha tersenyum kecut, namun ekspresinya berubah lebih serius. Ia tahu Erika tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja tanpa tanya lebih lanjut.
Erika berhenti makan sejenak, lalu menatap Ayesha lebih tajam. "Sha, gue cuma mau bilang, lo ini ya, tiap kali Nathan berbuat sesuatu yang jelas-jelas salah, lo selalu pura-pura gak tau. Apa sih yang lo harapkan?"
Ayesha menunduk sedikit, memainkan sumpit di mangkuknya, enggan menanggapi. Dia tahu Erika benar, tapi tetap saja, mendengarnya langsung dari orang lain terasa lebih menyakitkan.
"Lagian, Sha," Erika melanjutkan dengan nada agak jengkel, "lo ini sering banget ngeluh soal cowok lo yang selingkuh, yang gak jujur, yang gak perhatian. Tapi giliran lo udah tau fakta jelas di depan mata, lo malah diam aja, atau ngebelain dia lagi. Sampai kapan, Sha?"
Ayesha menghela napas berat. "Gue tau, Er. Gue juga gak bodoh. Tapi gimana ya, gue tuh... belum siap buat nyerahin semuanya gitu aja."
"Sha, lo pantes dapet yang lebih baik daripada Nathan." Erika menegaskan. "Cowok itu udah berkali-kali ngelakuin hal yang sama. Mau sampe kapan lo tahan?"
"Ya gue... gue gak tau," Ayesha mengakui dengan jujur, meski suaranya terdengar kecil.
Erika menatap sahabatnya dengan pandangan prihatin, tapi juga frustrasi. "Lo harus berhenti ngejadiin Nathan pusat dunia lo, Sha. Lo punya kehidupan yang lebih dari sekadar hubungan yang toxic kayak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmed by Lies
Lãng mạnNathaniel Hastanta, seorang pria karismatik dan manipulatif. Tahu bahwa Ayesha Shekilla, pacarnya, mulai merencanakan balas dendam setelah mengetahui perselingkuhannya dengan Maya, rekan kerja di kantor - sekaligus FWB-annya sejak masa kuliah. Namu...