*
*
*"Sejak kapan kau mulai hidup sendiri?" tanya Riki pada Jungwon yang kini sedang makan bersama di dapur Goshiwon-nya.
Jungwon berpikir sejenak seraya berhenti untuk mengunyah. "Saat aku masih kelas 10? Mungkin? Kurasa sekitar waktu itu."
"Itu cukup muda untuk tinggal sendirian," ujar Riki seraya menambahkan lauk di piring Jungwon. "Bukannya lebih baik tinggal dengan orang tuamu saat kau masih muda? Aku yakin mereka pasti khawatir."
Jungwon menghentikan acara makannya dengan menaruh sendok sedikit keras. "Keluargaku ingin aku pergi."
Riki tersedak minumannya sendiri. "... apa?"
"Aku adalah anak dari selingkuhan ayahku. Jadi tentu saja dia tidak menginginkanku," ucap Jungwon dengan kekehan satirnya. "Ayahku tidak pernah melihatku sebagai anak kandungnya."
Riki tidak bisa berkata apapun selain menyimak ucapan Jungwon.
"Itu adalah pilihan ayahku, dia yang berbuat salah tapi semua orang bertindak seolah kelahiranku adalah kesalahanku sendiri."
Jungwon menghela napasnya kasar, tubuhnya mulai bergetar. "Kalau aku bukan anggota keluarga ... tentu aku tidak diterima untuk tinggal di rumah, kan?"
Itu adalah pertama kalinya Riki melihat Jungwon menangis, dia hanya diam menyimak karena dia tidak berhak untuk bicara.
Riki mengira jika Jungwon baik-baik saja selama ini, dia tidak tahu jika Jungwon serapuh itu. Riki hanya ingin Jungwon bahagia, dan dia ingin jika salah satu alasan bahagianya itu adalah dirinya.
────୨ৎ────
"Sial ... jam berapa ini?" Riki mendesis pelan seraya mencari ponsel di atas meja nakasnya. Mata elangnya mengerjap pelan membiasakan cahaya yang keluar dari ponsel pintarnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 10.56 KST. Riki mendengus seraya berusaha untuk bangun dari tidurnya. Tangannya memegang kepala karena pusing, dia merasa pengar karena mabuk semalam.
Hari ini dia ada perkuliahan, Prof Namjoon tidak mengizinkan mahasiswanya untuk bolos, apalagi hari ini jadwal dia presentasi tugas yang sudah di berikan oleh Prof galak beberapa pekan lalu. Memikirkannya saja membuat dia menguap lebar, terlalu malas untuk beranjak, namun dia harus segera membereskan kekacauan di kamarnya.
Kamar itu sudah seperti bekas perang, baju kotor berserakan, sampah di mana-mana, bahkan sisa-sisa makanan pun masih tersimpan di atas mejanya. Riki menghela napasnya kasar, dia harus segera bergegas jika tidak ingin ketinggalan jam mata kuliah pertamanya hari ini, Prof Namjoon itu galak, dan Riki tidak ingin ambil resiko.
Ketika kakinya menyentuh lantai, dia menghela napas kembali. Riki beranjak untuk membawa baju untuk segera dipakai, mengingat saat bangun dari tidurnya dia setengah telanjang. Kemudian tangannya mengambil beberapa kertas dan juga sampah untuk di masukkan ke dalam tempat sampah, namun atensinya berhenti ketika menyentuh id card milik Kim Sunoo.
Kim Sunoo?
Sejak kapan benda ini ada di kamarnya?
"Apakah dia masuk ke dalam kamarku? Dasar bajingan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME AGAIN! | SUNSUN
FanfictionKim Sunoo punya segalanya, mulai dari kepribadian baik, penampilan menarik, pekerjaan yang bagus. Tapi ada satu hal yang mengacaukan hidupnya, dia tidak bisa menjalin hubungan lebih lama karena punya kutukan. Sunoo tidak boleh ciuman. Sungsun • Kiss...