7. Rajawali vs Harimau

73 46 60
                                    

"Aaaa gila gila! Kenapa Byantara kalo lagi tanding tuh auranya nambah nambah, sih??"

Marin, Nadira, Elsa, dan Tiara berada di satu meja kantin yang sama sambil menyantap mie ayam mereka, saat Elsa kegirangan sendiri menatap video rekaman pertandingan basket di ponselnya.

"Oh, basket kemarin abis tanding, ya?Sama SMA mana?" tanya Tiara.

"SMA 22."

"Ini Diaskara sama SMA 22 lagi temu kangen apa gimana segala cabor di pertandingin? Waktu itu kan voli juga main." Marin ikut menyahut.

"Biasa, agar silaturahmi tidak terputus, persahabatan tetap jalan terus. Alias pertandingan persahabatan doang," kata Elsa.

"Tapi kemenangannya sampe diucapin sama Pak Kepsek di IG, anjir." Tiara melirik Nadira yang sejak tadi diam sambil fokus memakan mie miliknya. "Padahal waktu voli nggak digituin kan, Nad?"

"Au." Nadira mengedikkan bahu, menjawab sekenanya.

"Uhh, atut. Aura kulkas Nadira keluar, guys." Elsa cekikikan. Gadis itu menepuk pundak Nadira. "Sabar ya, Nad. Gue tau anak voli hebat."

Sementara itu Marin mengerutkan dahinya, tidak begitu mengerti. "Kenapa emangnya? Kok kayaknya gue nggak tau apa-apa?"

"Yeu, lo mah ketinggalan zaman mulu!" Tiara mendengus. "Masa nggak tau perseteruan burung Rajawali sama para Harimau, sih?"

"Hah?"

"Elah." Tiara mendengus. Ia menyikut Nadira. "Jelasin, Nad."

"Ih, ogah." Sementara Nadira membuang muka malas.

"Jelasin, Sa."

Elsa menghela napas. "Jadi begini, Marina sayang. Tim voli sekolah kita alias Rajawali sama Tigers-nya tim basket itu punya hubungan nggak baik."

"Kenapa?"

"Ya nggak akur. Dari dulu. Bahkan dari zaman Majapahit kayaknya mereka udah musuh bebuyutan."

Marin menatap serius, sampai lupa dengan mie ayamnya. Jujur, selama setahunan lebih sekolah di sini dan cukup menggemari tim voli karena Moka, Marin baru tahu berita ini.

"Titik utamanya ada di gimnasium nggak, sih?" tanya Tiara sambil melirik Nadira, berharap akan mendapat jawaban.

Nadira menghela napas. "Nggak ada gimnasium juga udah nggak akur."

"Iya, sih."

"Kalo gimnasium kayaknya gue tau, deh. Moka suka misuh-misuh soalnya, dia kalo latihan kedapatan lapangan luar mulu," kata Marin.

"Nah, itu dia." Elsa manggut-manggut, mulai menambahkan lagi. "Pak Wijaya menjabat sebagai Kepsek sekolah kita juga kan belum lama. Sekitar 3 tahunan mungkin? Dan karena beliau juga gimnasium itu direnovasi lebih lebar khusus buat kebutuhan olahraga SMA Diaskara."

"Bohong itu," Nadira menyambar. "Yang bener, gimnasium direnov buat kebutuhan tim basket. Tai emang."

"Waduu, Nadira ngeri euy."

"Kalo dipikir-pikir emang rada pilih kasih sih Pak Wijaya ini sama tim basket," tambah Tiara.

"Ya emang, kan?" Nadira mendengus. "Karena jadwal ekskul basket sama voli bentrok, alias ada beberapa di hari yang sama, otomatis salah satunya harus ngalah nggak pake gimnasium, dong? Siapa lagi yang bakal ngalah kalo bukan tim voli juga ujung-ujungnya."

Nadira sebagai anak voli putri pasti ikut merasakan bagaimana perseteruan timnya dengan tim basket. Seolah sudah bukan menjadi hal yang asing lagi.

"Tapi kenapa nggak anak basket aja yang suruh ngalah?" tanya Marin.

MOKAMARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang