Beberapa menit setelah Doyoung menghubungi suaminya, seorang pria muda berpostur tegap masuk dari pintu depan. Haruto dan Junkyu kemungkinan sudah akan mengira dirinya adalah seorang model yang tersesat jika saja pria tersebut tidak melayangkan senyuman ramah dan melepas jaketnya dengan santai. Mengecup kepala Doyoung singkat sebelum mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri.
"Hai, aku Park Jeongwoo. Aku dengar dari Doyoung kalian mendapat sedikit masalah di sini." Ujarnya ramah.
"Watanabe Haruto," pria tersebut lebih dulu meraih tangannya, "Dan ini Kim Junkyu."
Setelah perkenalan singkat, Doyoung pun menjelaskan permasalahan yang Haruto dan Junkyu tengah hadapi. Tentang mobil mereka yang mogok, dan keperluan mereka untuk mencari tempat menginap malam ini sebelum badai tiba.
"Doyoung-ssi mengatakan bahwa kalian memiliki pondok di area bukit dan kami berpikir tentang kemungkinan apakah kita bisa menginap di sana untuk sementara waktu." Ujar Haruto di akhir penjelasan mereka.
Ekspresi Jeongwoo nampak mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya menghela nafas dan menggeleng pelan. "Ya, kami memang memiliki beberapa pondok kecil di lereng bukit untuk disewakan kepada pendaki di musim panas. Namun aku tidak yakin apakah kalian bisa menggunakan salah satu di antaranya. Pondok-pondok itu tidak memiliki pemanas ruangan yang cukup memadahi, terlebih untuk puncak musim dingin seperti ini."
"Kurasa itu bisa kami atasi. Kami tidak keberatan dengan kondisi tempatnya. Asalkan kami bisa memiliki tempat untuk menginap malam ini saja sudah sangat cukup." Ujar Haruto, merasa pasrah dengan apapun yang mereka bisa dapatkan.
"Tidak, tidak. Tentu aku tidak akan membiarkan kalian menginap di sana pada cuaca sedingin ini. Itu terlalu membahayakan untuk kalian. Rumah kami sedang dalam perbaikan di beberapa ruangnya dan sejujurnya tidak cukup layak untuk ditempati tamu, namun aku akan jauh lebih tenang jika kalian memilih menginap di tempat kami." Jeongwoo bersikukuh.
"Apa tidak memungkinkan untuk membiarkan mereka mengecek rumah danau? Kurasa penghangat di sana jauh lebih baik dibanding pondok-pondok bukit." Doyoung bergabung kembali ke meja setelah mengisi mug yang kosong dengan teh hangat yang baru.
Ujaran Doyoung seketika menarik perhatian Haruto. "Rumah danau?"
"Kami memiliki rumah kecil di dekat danau. Aku belum memeriksa kondisinya, namun paling tidak kami memiliki perapian dan penghangat yang lebih memadai di sana. Apa kalian ingin mencoba melihatnya?"
"Tentu. Itu terdengar bagus." Jawab Haruto, bangkit berdiri mengikuti Jeongwoo yang sudah lebih dulu memakai jaket tebalnya.
Haruto menoleh pada Junkyu, hendak mengajaknya ketika seketika ia merasa bersalah melihat kondisinya saat itu. Tubuh lelaki mungil itu masih sedikit menggigil dengan kedua tangannya menggenggam erat mug teh yang baru saja Doyoung isi ulang, seakan-akan itu adalah harapan satu-satunya untuk bertahan hidup.
"Hey, kau tunggulah di sini. Aku akan melihat kondisi rumahnya dan menghubungimu ketika kami sudah memastikan kita benar-benar bisa menginap di sana."
"Kau yakin aku tak perlu ikut?" Tanya Junkyu ragu.
Haruto tersenyum. "Ya, sebaiknya begitu. Hangatkan dirimu sedikit lebih lama. Kau nampak sangat menderita, Jun."
Junkyu berdecih mendengar ujaran Haruto. Menggerutu ketika pria tinggi itu dengan jahil mengacak-acak rambut Junkyu seraya berlalu pergi.
*****
Rumah danau yang Jeongwoo tawarkan adalah sebuah bangunan rumah kecil beberapa puluh meter dari rumah mereka. Bercat putih dengan aksen greyish blue dan teras menghadap halaman yang berbatasan langsung dengan danau yang kini beku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Be With You | Harukyu
Short StoryHarukyu short story mpreg Bagi semua orang, adalah hal yang mustahil untuk membenci Watanabe Haruto. Ya, semua orang, kecuali Kim Junkyu. Hingga suatu hari sedikit ketidaksengajaan, egoisme, dan cuaca buruk memaksa mereka untuk mengenal satu sama la...