06

187 46 14
                                    

Boleh minta 20 vote dan 10 komen gak guys?

Pagi datang terlalu cepat bagi Junkyu. Matahari mulai muncul di ufuk timur, menyisipkan semburat cahayanya melalui celah tirai kamar yang separuh terbuka. Lelaki mungil itu melenguh pelan, menenggelamkan wajahnya semakin dalam ke dada pria di sisinya untuk mencari sumber kehangatan.

Tak butuh waktu lama bagi Haruto untuk terbangun setelahnya. Menggeliat pelan sebelum memberi kecupan pelan di rambut Junkyu, dan bangkit dari ranjangnya.

"Mau kemana?" Gumam Junkyu masih dengan mata terpejam, merasa kesal telah kehilangan sumber kehangannya.

Haruto tersenyum, membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh Junkyu dan kembali mengecup dahinya pelan.

"Tidurlah sedikit lebih lama. Aku akan menyiapkan sarapan untukmu."

Ah, tidak ada hal yang lebih seksi dibanding suara berat Haruto di pagi hari. Junkyu menutup senyuman dan rona di pipinya ke balik selimut, seketika teringat tentang hal apa saja yang telah mereka lakukan semalam.

Ngomong-ngomong, setelah Junkyu mengingatnya kembali, mereka tidak melakukannya dengan lembut semalam. Dengan pelan-palan Junkyu mengangkat tubuhnya, namun baru bergerak sedikit saja ia telah menyeringai oleh rasa sakit di belakang tubuhnya.

Sial. Sepertinya ia akan butuh beberapa waktu sebelum rasa sakit di punggung dan bokongnya pulih.

Meskipun begitu, ada sisi baik dari sakit yang Junkyu alami. Haruto kembali ke kamar beberapa saat kemudian, dengan nampan berisi sandwitch dan kopi panas.

Melihat Junkyu yang mencebikkan bibir tak berdaya di atas ranjang, Haruto terkekeh, dengan hati-hati membantunya duduk dengan bersandar.

"Apakah sangat sakit?" Tanya Haruto, duduk bersila di hadapan Junkyu dan memakan porsi sandwich nya.

Lelaki yang lebih mungil mengangguk, merona merah yang mana membuat Haruto tertawa.

"Maaf. Aku harusnya lebih hati-hati denganmu semalam." Haruto memberikan senyuman menyesal, menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Junkyu.

"Oh, hentikan itu. Tidak ada masalah apapun denganmu semalam. Masalah sebenarnya adalah sudah cukup lama sejak terakhir kali aku melakukan seks, jadi ya beginilah." Junkyu mengangkat bahu tak acuh.

Setelah selesai makan, Haruto membantu Junkyu berpakaian. Membantunya ke kamar mandi, dan menggendongnya kembali menuju kamar.

"Beristirahatlah lagi, dan minumlah beberapa tablet anti nyeri. Aku akan keluar untuk membelah kayu bakar. Aku sudah lama tidak berolahraga dan itu semua mulai membunuh otot-ototku."

Meski telah mengangguk mengiyakan, Junkyu menemukan dirinya tak bisa tertidur. Merasa tak tahu apa yang harus dilakukan, dirinya pun termenung memandang jendela yang gordennya terbuka lebar, memperhatikan pemandangan halaman belakang dengan sosok Haruto di kejauhan. Pria itu nampak tengah sibuk membelah kayu, otot lengan terlihat jelas seiring dengan gerakan tangannya.

Dan entah mengapa, suasana tenang tersebut membuat Junkyu ingin melakukan sesuatu. Diraihnya buku sketsa dan pensil di ranselnya, benda-benda yang tidak pernah lupa ia bawa selama bepergian.

Dengan ahli, Junkyu mulai menggambar. Melakukan hobi yang telah cukup lama tidak ia lakukan. Sesekali tatapannya teralih ke jendela dan kembali menggambar dengan lengkung senyum di bibirnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Junkyu terlalu fokus menggambar hingga tidak menyadari kehadiran Haruto yang masuk ke kamar dan memandangnya dengan senyuman penuh selidik.

[4] Be With You | HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang