07

134 38 7
                                    

Boleh minta 20 vote dan 10 komen gak guys?

Ada sebuah gerbang pagar berwarna biru muda di taman kanak-kanak dimana Junkyu pernah bersekolah. Berbahan logam besi tua dengan tinggi sekitar satu setengah meter, dan meninggalkan suara berderit nyaring setiap kali seseorang membukanya.

Junkyu ingat itu semua. Karena dirinya di masa kecil menghabiskan sepanjang sore setelah kelas berakhir menatap gerbang tersebut. Tubuh mungilnya duduk di undakan sekolah sambil memeluk ransel merah di pangkuan. Dan hanya ketika ibunya muncul di ambang gerbang dengan langkah tergesa-gesa pada pukul 4 sore setiap harinya lah Junkyu tersenyum lebar dan berlari menyambutnya.

Teman-teman Junkyu selalu bertanya mengapa ia hanya memiliki satu orang tua. Dan selalu pula Junkyu menjawab, 'karena ibuku sudah cukup hebat, jadi aku tidak membutuhkan dua orangtua seperti anak-anak lainnya.'

Namun sebenarnya, Junkyu kecil tidak benar-benar tahu jawaban sebenarnya atas pertanyaan itu. Pernah sekali ia mempertanyakan hal itu pada sang ibu, dan seketika ia menyesal telah melakukannya. Ibunya seketika nampak muram dan sedih. Dan saat itu pulalah Junkyu berjanji untuk tidak pernah lagi mengajukan pertanyaan yang sama.

Hanya ketika ia menginjak umur 14 tahun lah, ia tahu segala kebenaran dari ibunya.

Ayah biologis Junkyu pergi meninggalkan ibunya ketika Junkyu berusia enam bulan. Saat itu mereka dalam kondisi keuangan yang sulit, dan pria itu merasa tak ingin terus terjebak dalam tanggung jawab keluarga tersebut. Ia menganggap istri dan anak lelakinya sebagai beban yang selama ini memerangkap dirinya.

Hingga pada akhirnya, ia pergi begitu saja.

"Dimana dia sekarang?" Junkyu ingat dirinya bertanya saat itu.

"Ibu tidak tahu pasti, tapi ibu dengar ia telah menikah dan memiliki keluarga yang baru saat ini." Jawaban Kim Jisoo tanpa Junkyu duga terdengar begitu tenang.

Junkyu bungkam, hingga sentuhan lembut di rambutnya membangunkan lamunan kecilnya.

"Apa kau membenci ibumu ini?" Tanya ibunya pelan. Wanita itu tersenyum lembut, senyuman yang orang bilang sangat mirip dengan yang Junkyu miliki.

"Mengapa eomma bertanya begitu?" Tanya Junkyu tak mengerti.

"Tidakkah Junkyu ingin memiliki keluarga yang utuh? Tidakkah Junkyu menyesal hanya memiliki seorang ibu, nak?"

Junkyu tidak suka mendengar pertanyaan itu dari ibunya. Karena pada kenyataannya, pertanyaan tersebut menyakitinya lebih dari fakta bahwa ayah biologisnya telah menelantarkan mereka berdua.

"Kumohon jangan berkata seperti itu, bu. Itu membuatku sedih..." Lirih Junkyu. "Aku tidak membutuhkan siapapun selain ibu. Semua ini sudah sempurna."

Namun siapa yang tahu, bahwa fakta yang baru diketahuinya itu meninggalkan luka yang cukup dalam pada diri Junkyu. Ada bagian di dalam dirinya yang merasa ditinggalkan, diabaikan, dan tidak diinginkan.

Dan selama bertahun-tahun pula Junkyu bertanya-tanya, apa yang kurang pada dirinya hingga ia tidak cukup untuk bisa menahan sang ayah pergi.

Perlahan, kenangan masa lalu itu buyar dari benak Junkyu, membawanya kembali ke dunia nyata. Tatapannya menerawang jauh, melihat sepasang ayah dan anak lelakinya yang tengah membawa anjing mereka berlari ringan di jalan setapak bersalju. Sesekali gaung tawa mereka terdengar dari kejauhan, dan itu membuat Junkyu tersenyum.

[4] Be With You | HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang