09

98 34 4
                                    

"Ini salahku, aku minta maaf." Ujar Haruto ketika keduanya telah berada di dalam mobil.

Penghangat mobil menyala, dan melihat Junkyu yang masih diam dengan sambil menggigil kedinginan, pria tinggi itu menaikkan suhunya.

"Maafkan aku karena telah membuatmu marah, Jun. Aku telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ku ucapkan."

"Apa kau serius dengan ucapanmu tadi sore?" Suara Junkyu terdengar lirih, masih menolak menatap lawan bicaranya.

"Terkadang kita mengucapkan hal-hal yang tidak sungguh-sungguh kita pikirkan, Junkyu. Sesuatu yang tidak benar-benar kita maksudkan. Sama seperti halnya ketika kau berkali-kali mengatakan bahwa kau akan membunuhku jika aku tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline. Apa kau mengatakannya karena sungguh-sungguh ingin melakukannya?"

"Mungkin." Junkyu mengalihkan wajahnya ke luar jendela dengan wajah yang merileks, membuat Haruto sedikit tersenyum.

"Namun tetap saja, apa yang kau katakan itu sangatlah jahat, Haruto. Aku berhak marah denganmu." Keluh Junkyu dengan nada muram.

"Kau benar. Aku mengacaukannya, aku minta maaf."

"Lalu mengapa kau mengatakan itu semua? Jika kau memang tidak sungguh-sungguh berpikir begitu tentangku, lalu mengapa kau berbicara seperti itu?"

Untuk pertama kalinya sejak mereka berada di dalam mobil, Junkyu memandang lawan bicaranya. Tatapan keduanya bertemu. Dan untuk pertama kalinya pula, Junkyu melihat keraguan di wajah Haruto yang selama ini dipenuhi kepercayaan diri.

"Aku rasa aku sedikit kesal padamu." Haruto kembali berujar setelah menghela nafas panjang. "Aku merasa kau telah menutup dirimu terlalu lama hingga menyiksa dirimu sendiri, dan itu membuatku kesal. Dan tanpa kusadari, aku telah mengatakannya dengan cara yang salah."

Junkyu kembali teringat oleh ucapan Haruto tentang dirinya yang keras kepala, dan pengecut. Semua itu masih menyisakan rasa sakit, seberapapun ia mengakui hal itu benar adanya.

"Tapi kau tahu? Kau mengatakan hal yang benar, Haruto. Aku memang seorang pengecut."

"Hey, dengar." Ujar Haruto lembut, meraih jemari Junkyu ke genggaman tangannya. "Kau bukan seorang pengecut, Junkyu. Jangan buat ucapan tak mendasarku mempengaruhi dirimu. Karena itu semua tidaklah benar."

Junkyu mengangkat wajahnya pelan, dan Haruto memberikannya sebuah senyuman lembut.

"Kau berhak menunjukkan apa yang kau rasakan. Apa yang kau pikirkan. Rasa takutmu, keraguanmu; tak apa untuk menunjukkan itu semua, Junkyu. Karena itu semua nyata sebagai bagian dari dirimu. Memiliki semua sifat itu dalam dirimu tidak akan membuatmu menjadi seorang pengecut. Karena lihatlah apa yang telah kau lakukan, kau melakukan segalanya dengan baik meski dengan dirimu yang seperti itu."

Junkyu mencebikkan bibir. Pandangannya seketika berkabut oleh matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Maafkan aku karena telah menampar wajahmu." Lirih Junkyu menyesal.

"Hey, Tidak apa. Aku berhak atas tamparan itu. Aku... telah mengatakan hal yang sangat jahat, ya kan?" Haruto terkekeh pelan, mengusap rambut Junkyu lembut dengan secercah ekspresi menyesal di wajahnya.

'Bagaimana mungkin aku akan bisa tidak memikirkanmu ketika kau memberikan semua efek ini padaku?'

"Apakah aku pernah mengatakan padamu betapa kau memiliki wajah yang cantik?" Ujar Haruto seraya menghapus pelan sisa air mata di pipi Junkyu.

Junkyu termenung, bersandar pada sentuhan lembut itu.

"Aku tidak bercanda dengan ucapanku saat itu, kau tahu." Ujaran Haruto nyaris terdengar bagai gumaman. "Ketika kita pertama kali bertemu. Saat itu aku berkata bahwa kau nampak sangat cantik dan seksi hingga kemudian kau pun marah bahkan sebelum aku sempat memberikan sapaanku padamu. Aku sudah bertingkah kurang ajar, aku tahu itu. Namun kau juga harus tahu, aku sama sekali tidak berbohong saat itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 20 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[4] Be With You | HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang