5

180 31 1
                                    

Don't forget vote and comment guyss

Banyak orang berkata bahwa alkohol adalah cara termudah bagimu untuk melupakan sebuah kenangan pahit.

Bullshit. Junkyu tidak percaya hal itu. Karena pada nyatanya ia justru terbangun ditengah malam dengan ingatan menyakitkan yang jauh lebih jelas terngiang di kepalanya. Hal-hal yang pada dasarnya paling ingin ia lupakan, justru kembali dalam bentuk gelombang emosi kekesalan, kesedihan, dan kekosongan.

Dengan hati-hati, Junkyu menggeser posisinya hingga menghadap pria besar yang terbaring lelap di sebelahnya.

Haruto nampak lelah, dan Junkyu nyaris merasa bersalah untuk membangunkannya. Namun ia tidak punya pilihan lain.

"Haru." Ujarnya pelan.

"Haruto." Panggilnya sekali lagi, dan kali ini pria di sebelahnya itu menggerang pelan, mengerutkan wajah sebelum membuka matanya dengan wajah sedikit terganggu.

"Jun? Ada apa?" Suaranya terdengar berat dan sedikit serak.

Junkyu bergeming.

Ya, apa yang ia lakukan? Apa yang ia inginkan hingga perlu membangunkan tidur Haruto selarut ini? Junkyu tidak mungkin bilang bahwa ia merasa kesepian kepada Haruto. Semua itu hanya akan membuat ia terdengar bodoh. Namun di sisi lain, ia tidak ingin merasa sendirian malam ini.

Sesaat termenung, Junkyu pun kemudian menggeleng pelan dengan perasaan bingung sekaligus menyesal.

Melihat hal tersebut Haruto menarik nafas dalam, mengulurkan tangan untuk mengusap rambutnya pelan.

"Kau tidak bisa tidur? Apa kau bermimpi buruk?"

Cara Haruto mengucapkan itu semua mengingatkan Junkyu dengan bagaimana ibunya berbicara padanya bertahun-tahun lalu ketika ia masih kecil; hati-hati, dan penuh perhatian. Dan semua itu membuat Junkyu semakin ingin menangis.

"Mimpi buruk bisa hadir pada siapapun, Jun. Tidak peduli ia perempuan atau laki-laki, anak kecil atau dewasa, semuanya memiliki hal menakutkan yang terkadang hadir dalam mimpi mereka. Sekarang katakan padaku mimpi buruk apa yang hadir di kepalamu."

Junkyu dapat menangkap separuh metafora dalam ujaran Haruto. Pria di hadapannya itu tidak sedang membicarakan 'mimpi' dalam artian yang sebenarnya. Melainkan hal apapun yang tengah menghantui pikirannya saat ini.

Dan Junkyu memandang sepasang mata almond itu sebelum berujar pelan.

"Mimpi burukku adalah kehadiran orang-orang jahat dalam hidupku. Orang-orang yang menyakitiku. Menyakiti orang-orang yang aku sayangi. Mengabaikan janji mereka, lalu kemudian pergi."

Kali ini Haruto yang dibuat termenung oleh jawaban itu. Karena seberapapun inginnya Haruto untuk mengaitkan jawaban itu hanya kepada Kazama Noa, jauh di dalam dirinya ia tahu bahwa ada orang-orang lain di luar sana yang pernah menyakiti Junkyu. Mungkin orang-orang yang telah melukainya jauh lebih dalam dari apa yang terjadi saat ini.

Junkyu tersenyum memandang wajah berpikir Haruto yang nampak begitu serius. Dengan hati-hati menelusurkan jarinya pada pipi Haruto.

"Apa perkataanmu masih berlaku?" Tanya Junkyu tiba-tiba.

"Perkataan mana?" Haruto mengernyitkan dahinya bingung.

"Yang berkata bahwa kau akan mempertimbangkan untuk melakukan seks denganku jika aku memintamu dalam kondisi tidak mabuk. Maukah kau mau melakukan seks denganku sekarang, Haru?" Junkyu menaikkan alisnya polos, seketika membuat Haruto tersedak air ludahnya sendiri.

"A-apa? Jun? Kau pasti bercanda bukan?" Haruto dengan gerakan cepat bangkit terduduk, seakan ingin mendapatkan sedikit ruang dari Junkyu untuk bisa mengambil nafas.

[4] Be With You | HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang