01. Two Different Sides

46 6 1
                                    

Rutinitas Axella Claravela tidak jauh-jauh dari kata "belajar" dan "makan", tipe-tipe study freak yang enggan membiarkan waktunya terbuang percuma. Sebagai pribadi yang disiplin, dia sudah terbiasa mengelola waktu dengan cermat.

Sayangnya, realitas terkadang punya rencana tak terduga. Tepat sebelum bel istirahat berbunyi, Axella tiba-tiba dipanggil ke ruang guru untuk menerima serangkaian tugas yang harus disampaikan pada jam pelajaran selanjutnya. Alhasil, dia tidak bisa menjadi orang pertama yang mendapatkan kue tiramisu incaran teman-temannya.

Menyebalkan, bukan?

Axella berlari melewati lorong panjang menuju kafetaria. Eksistensi gadis itu makin tersorot sebab rambut cokelatnya yang bergelombang natural. Kebanyakan gadis di sana lebih menyukai style rambut lurus ala-ala idol Korea sehingga mereka semua terlihat sama dari kejauhan.

Napas Axella terputus-putus. Dia berhenti di depan pintu masuk kafetaria yang lebih mirip longue dengan meja-meja minimalis dan dispenser minuman otomatis di setiap sisi. Di salah satu sudut tempat tersebut, terdapat stan makanan penutup. Mata cokelat Axella langsung tertuju pada kue tiramisu yang dipajang, tetapi ... hanya ada satu yang tersisa.

"Eh, tunggu dulu!" teriak Axella pada penjaga stan yang baru saja mengambil kue tiramisu dari dalam etalase. Dia tidak sengaja menabrak orang-orang di depannya karena terburu-buru.

Seseorang berseragam rapi dengan dasi yang agak dikendurkan refleks menoleh ke belakang. Pandangan lelaki beralis tebal itu bertemu dengan Axella. Dia sama sekali belum sadar bahwa Axella juga ingin membeli dessert yang sama.

"Itu punya gue, lo nggak boleh ambil," tegas Axella sembari mendongak agar bisa menatap lawan bicaranya. Sebenarnya dia bukan tipe gadis yang berani memulai perselisihan. Namun, kalau masalah tiramisu, dia tidak punya pilihan lain.

"Punya lo?" Siswa berkulit pucat di hadapan Axella membagi perhatiannya antara penjaga stan, kue tiramisu yang sudah diletakkan di atas etalase, dan berakhir menatap Axella lagi. "Gue yang duluan dateng ke sini."

"Gue udah pesen dari tadi pagi," sanggah Axella tidak mau kalah. Dia melirik penjaga stan, berharap wanita itu mau berkomplot dengannya. "Iya, kan, Mbak?"

Si penjaga stan yang Axella ajak bicara hanya mengulas senyum canggung. Jujur saja, dia tidak ingin gegabah mengambil keputusan karena takut kehilangan pelanggan royal yang rajin memberikan tip. Ya, Sunghoon Park memang suka membuat orang lain gampang merasa sungkan.

Siapa pun pasti tahu seberapa populer Sunghoon di sekolah ini. Dia punya aura dingin dan jarang menunjukkan emosi. Axella terdiam, tidak tahu harus berkata apa lagi. Sudah jelas Sunghoon bukan tipe orang yang bisa dipengaruhi dengan argumen biasa.

"Siapa cepat dia dapat." Sunghoon berujar datar.

"Nggak bisa gitu, dong! Literally gue udah jauh-jauh lari dari ruang guru ke sini, lo nggak mau ngalah sama cewek?" desak Axella sambil menahan tangan Sunghoon yang hendak mengeluarkan uang dari dompet, sengaja menggunakan kartu as-nya.

"Itu masalah lo, salah sendiri telat." Sunghoon mengalihkan muka tak peduli, beralih memandang penjaga stan yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka berdebat. "Tolong bungkusin sekarang, Mbak."

"Nggak, nggak boleh!" Axella mulai panik. "Lo pesen aja buat besok."

"Lo mau adu gunting-batu-kertas nggak?" tawar Sunghoon yang membuat Axella menoleh seketika.

"Bu-buat apa? Nggak usah repot-repot. Kue ini udah mutlak punya gue, titik." Axella menolak mentah-mentah, sengaja menghindari tatapan Sunghoon yang entah kenapa terasa mengintimidasi. Selain takut kehilangan kue tiramisu, dia juga tidak ingin menunjukkan kalau dirinya payah dalam permainan itu.

Lovestruck | Sunghoon ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang