03. Cafetaria Encounter

17 4 0
                                    

Menjadi yang teratas bukanlah pilihan, melainkan sebuah kewajiban. Mindset itu sudah lama terbenam dalam pikiran Axella.

Di bangkunya, Axella sibuk dengan buku tulis yang terbuka lebar di atas meja. Garis-garis stabilo warna pastel menghiasi catatannya, menandai poin-poin penting dan krusial. Jari-jarinya pun lincah menyalin beberapa detail materi yang baru saja dipelajari.

Ketenangan di ruangan 11.1 mendadak terpecah saat ketua kelas menggeser pintu kelas dan masuk begitu saja. Mukanya terlihat sangat berseri-seri, seakan ada sesuatu yang spesial terjadi.

"Guys, gue minta perhatiannya bentar!" teriak gadis berambut sebahu itu lantang.

Kelas 11.1 mungkin terlihat individualis, tetapi mereka tahu caranya menghargai orang lain. Buktinya, hampir semua murid di sana langsung memberikan atensi penuh pada sang ketua kelas.

"Gue mau ngumumin soal Cerdas Cermat, DBL, sama nama-nama yang lolos buat bimbingan olimpiade selanjutnya."

Axella yang mendengar itu mulai kehilangan fokus. Sebenarnya tanpa memperhatikan sekalipun, Axella tahu apa yang akan disampaikan. Dia sudah dapat spoiler dari guru-guru pagi tadi, bahkan mungkin lebih detail. Namun, entah kenapa ada sesuatu yang menariknya saat DBL disebut.

"Yang pertama, gue ucapin selamat buat Axella yang kepilih buat ngewakilin angkatan kita ikut Cerdas Cermat Nasional di sekolah sebelah. Sumpah, lo beruntung banget disandingin sama Bang Jake! Semangat, ya, buat persiapan sama lombanya nanti!"

Sorak-sorai dari orang yang mengagumi kemampuan akademis Axella sontak meledak. Namun, tidak sedikit pula yang berbisik dengan teman sebangkunya. Kebanyakan dari mereka dengki karena gagal menyingkirkan Axella.

"Beruntung pala lo somplak." Tiba-tiba Mesha menyambar. Jujur dia kesal pada favoritisme terhadap most wanted sekolah ini yang makin parah setiap harinya. Mereka tidak tahu saja kalau Jake suka sekali memanipulasi alasan acap kali tepergok bolos atau terlambat. "Kok, bisa, sih, orang-orang pada bangga-banggain dia?"

Axella, sebagai teman sebangkunya, hanya melirik sekilas. Saking seringnya dikeluhi, dia sampai hafal siapa saja yang Mesha ceritakan tanpa sebut nama sekalipun.

"Kedua, gue dapat list murid yang lolos bimbingan olimpiade." Ketua kelas mengangkat selembar kertas bertabel. "Habis ini gue tempelin di mading, jadi kalian bisa lihat sendiri nanti."

Beberapa orang tampak tidak peduli karena yakin nama mereka pasti ada di sana. Axella juga masih sibuk memikirkan jadwal yang perlu dia buat, memastikan waktu istirahatnya tidak bergeser ataupun berkurang. Bulan ini akan menjadi sangat padat karena dia harus menjalani dua bimbingan sekaligus.

"Terakhir, yang bikin mata melek ni." Ketua kelas kembali bersuara, kali ini lebih antusias dari yang sebelumnya. "Sunghoon alias Kapten Basket kebanggaan kita berhasil mimpin tim basket sekolah buat ikut DBL Playoff Nasional! Siapa aja yang pengin nonton, bisa langsung lapor ke Tim Supporter buat didata!"

Seorang lelaki yang terkenal paling bandel di kelas 11.1 tiba-tiba bertanya, "Setor nama ke lo aja bisa nggak?"

"BISA, DONG! Yang ikut gue doain besoknya di-notice Ice Prince!" Ketua kelas menanggapi dengan cepat, sengaja membujuk para gadis agar mau meluangkan waktu untuk berpartisipasi. "Anyways, kita butuh banyak orang buat ngerealisasiin koreonya! Jadi mohon bantuannya semua!"

"Lo minat nggak, La?" tanya Mesha yang sebenarnya sudah tertarik sejak awal pengumuman. Dia memang suka menyibukkan diri dengan hal-hal baru.

"Ga," jawab Axella singkat, padat, dan jelas.

"Ish, nggak asyik lo." Mesha mendorong bahu Axella pelan, tetapi cukup untuk menyampaikan seberapa jengkelnya dia pada sikap Axella yang kaku dan membosankan.

Lovestruck | Sunghoon ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang