Hari berikutnya, kelompok 10 melanjutkan pekerjaan mereka dengan penuh semangat. Setelah seharian penuh memfokuskan diri pada pembuatan kerangka hidroponik, mereka mulai merasakan kemajuan yang signifikan. Dani, Ave, Sevia, dan anggota kelompok lainnya berkumpul di kebun sekolah, siap untuk memulai tahap berikutnya dari proyek mereka.
Dani memandang lahan kebun yang sudah dibersihkan dengan puas. "Lihat, kerangka hidroponik kita sudah hampir siap. Sementara itu, siswa-siswa sudah mengumpulkan tanaman untuk kebun tradisional kita. Saatnya mulai menanam."
Ave memeriksa daftar tanaman yang telah dikumpulkan. "Ada banyak jenis tanaman di sini. Kita perlu mengelompokkan tanaman-tanaman ini berdasarkan jenisnya agar lebih mudah mengelola dan merawatnya."
Sevia mengangguk dan menambahkan, "Benar, kita bisa membagi tanaman menjadi beberapa kategori seperti rempah, obat-obatan, dan tanaman hias. Aku juga berpikir untuk membuat rencana nama tanaman dan kode QR untuk setiap tanaman. Dengan begitu, semua orang bisa mendapatkan informasi tentang tanaman tersebut hanya dengan memindai QR code."
Tamara tampak tertarik. "Itu ide yang bagus, Sevia! Kita bisa memberikan informasi tentang manfaat tanaman, cara perawatannya, dan mungkin resep atau penggunaan dalam kehidupan sehari-hari."
Rudi bersemangat untuk memulai penanaman. "Bagaimana kalau kita mulai dengan menyiapkan bedengan untuk setiap kategori tanaman? Setelah itu, kita bisa mulai menanam sesuai dengan kategori yang sudah kita buat."
Sesi mengusulkan, "Mari kita bagi tugas. Ada yang bisa membantu Sevia membuat rencana nama dan QR code, sementara yang lain bisa mulai menyiapkan bedengan dan menanam."
Setelah membagi tugas, kelompok 10 mulai bekerja. Sementara Dani, Ave, dan Rudi menyiapkan bedengan dan menanam tanaman, Sevia dan Tamara mulai mengkategorikan tanaman yang telah dikumpulkan.
Sevia menjelaskan kepada Tamara sambil memeriksa tanaman, "Jadi, aku akan membuat tabel untuk setiap kategori tanaman. Setiap tanaman akan memiliki QR code yang bisa dipindai untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Aku juga akan mencetak label untuk ditempel di setiap bedengan."
Tamara mengangguk. "Bagus! Kita bisa menyertakan informasi seperti manfaat kesehatan, cara perawatan, dan mungkin sedikit sejarah tentang tanaman tersebut."
Sementara itu, Dani dan Rudi bekerja sama menyiapkan bedengan. "Kalau sudah siap, kita bisa mulai menanam. Pastikan jarak antar tanaman cukup untuk pertumbuhannya nanti," kata Dani sambil menggali tanah.
Setelah bedengan siap dan tanaman mulai ditanam, Sevia dan Tamara mencetak label dengan QR code dan menempelkannya di setiap bedengan sesuai kategori tanaman. QR code tersebut mengarahkan pada halaman informasi yang berisi data lengkap tentang masing-masing tanaman.
"Kebun tradisional kita selesai dalam satu hari! Kerja bagus, semuanya. Tanaman-tanaman ini pasti akan tumbuh dengan baik dan memberikan manfaat."
Ave tersenyum lelah tapi puas. "Benar. Sekarang kita tinggal fokus pada kerangka hidroponik. Aku harap kita bisa menyelesaikannya secepat mungkin."
Namun, meskipun kebun tradisional sudah beres, proyek kerangka hidroponik mengalami beberapa kendala. Dani dan Rudi yang bekerja keras pada kerangka hidroponik selama beberapa hari terakhir mengakui bahwa masih ada beberapa bagian yang perlu diselesaikan.
Dani menjelaskan kepada tim, "Ada beberapa komponen yang belum selesai, terutama bagian pipa yang belum bisa kita rakit dengan benar. Kita harus mencari solusi untuk masalah ini agar kerangka hidroponik bisa berfungsi dengan baik."
Sevia mengangguk. "Kami juga perlu memastikan bahwa sistem hidroponik berfungsi dengan baik. Saya akan membantu mengecek semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan. Kita bisa menciptakan jadwal agar semua tugas bisa dikerjakan dengan lebih efektif."
Rudi mengusulkan, "Bagaimana kalau kita minta bantuan dari beberapa teman di kampus atau dari pihak sekolah? Mungkin mereka bisa memberikan saran atau bantuan teknis tentang cara menyelesaikan kerangka hidroponik."
Ave setuju. "Itu ide yang bagus, Rudi. Selain itu, kita bisa membagi pekerjaan. Mungkin kita bisa menyelesaikan bagian pipa dan rakitan pipa sementara yang lain mengerjakan bagian-bagian yang belum selesai dari kerangka hidroponik."
Dani, Rudi, dan Ave mulai mencari solusi untuk masalah pipa yang belum teratasi, sementara Sevia dan Tamara memeriksa dan menyiapkan bahan-bahan tambahan yang diperlukan.
Sevia memeriksa stok bahan. "Aku akan memastikan kita memiliki semua bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan kerangka hidroponik. Ini akan membantu kita menyelesaikan pekerjaan lebih cepat."
Tamara mengatur peralatan dan alat yang dibutuhkan. "Dan aku akan memastikan semua alat siap digunakan. Dengan begitu, kita bisa langsung bekerja begitu kita mendapatkan solusi untuk masalah pipa."
Sementara itu, Dani dan Rudi melakukan riset dan mencari solusi alternatif untuk mengatasi kendala pada kerangka hidroponik. Mereka memutuskan untuk berkonsultasi dengan dosen dan pihak sekolah untuk mendapatkan panduan lebih lanjut.
Keesokan harinya kelompok 10 kembali berkumpul dan menyadari bahwa dua masalah utama terkait pipa telah menghambat kemajuan mereka:
Kebocoran Pipa
Kebocoran sering terjadi pada sambungan pipa, terutama jika sambungan tersebut tidak rapat atau tidak diikat dengan benar. Ini bisa menyebabkan kerusakan pada sistem hidroponik dan mengganggu distribusi larutan nutrisi.
Dani mengangkat tangannya, menunjukkan salah satu sambungan pipa yang bocor. "Ini dia masalahnya. Banyak sambungan yang masih bocor, dan kami perlu segera memperbaikinya agar sistem bisa berfungsi dengan baik."
Rudi memeriksa sambungan yang bocor. "Kita harus memastikan semua sambungan pipa dikencangkan dengan benar. Aku akan mencari lem pipa dan sealant khusus untuk menutup kebocoran. Ini penting agar tidak ada larutan yang terbuang dan sistem tetap efektif."
Untuk mengatasi kebocoran, Rudi dan Dani memutuskan untuk menggunakan lem pipa khusus. Mereka akan memeriksa setiap sambungan secara menyeluruh dan mengencangkannya dengan benar. Setelah itu, mereka akan melakukan uji coba sistem untuk memastikan tidak ada kebocoran yang tersisa.
Ave menambahkan, "Setelah semua sambungan dipastikan rapat, kita perlu menguji sistem dengan mengalirkan air terlebih dahulu sebelum menambahkan larutan nutrisi. Ini akan membantu kita memastikan tidak ada kebocoran yang tidak terlihat."
Kesalahan Pengukuran dan Pemotongan
Pipa yang dipotong dengan panjang yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah dalam sambungan dan mengganggu desain sistem. Jika pipa tidak sesuai dengan desain, sambungan tidak bisa dilakukan dengan baik, dan sistem hidroponik tidak akan berfungsi dengan optimal.
Sevia menunjukkan salah satu potongan pipa yang tidak sesuai ukuran. "Beberapa pipa ini ternyata tidak sesuai dengan ukuran yang kita butuhkan. Ini mempersulit proses perakitan kerangka hidroponik."
Dani mengangguk, "Kita harus lebih teliti dalam mengukur dan memotong pipa. Gunakan alat pemotong pipa yang tepat dan pastikan pengukuran dilakukan dengan hati-hati."
Ave dan Tamara berfokus pada pengukuran yang lebih cermat. Mereka menggunakan alat pemotong pipa yang presisi dan memeriksa setiap ukuran sebelum memotong. Jika ada potongan pipa yang tidak sesuai, mereka akan memperbaikinya dan memastikan semua potongan pipa sesuai dengan desain yang telah direncanakan.
Rudi menambahkan, "Kita perlu menyiapkan rencana cadangan jika ada pipa yang tidak sesuai ukurannya. Selalu pastikan kita memiliki cukup bahan cadangan sehingga kita bisa melakukan penyesuaian dengan cepat."
Selama dua hari, kelompok 10 bekerja keras untuk mengatasi masalah pipa ini. Mereka mengencangkan sambungan, menggunakan sealant, dan melakukan uji coba sistem secara menyeluruh. Selain itu, mereka melakukan pengukuran yang lebih teliti dan memperbaiki potongan pipa yang tidak sesuai ukuran.
Ave mengungkapkan rasa syukurnya saat mereka melihat hasil perbaikan. "Bagian-bagian pipa sekarang sudah aman dari kebocoran, dan pengukuran pipa sudah lebih akurat. Sekarang kita bisa melanjutkan ke tahap berikutnya dengan lebih yakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Internship
AdventureUpdate tiap hari setiap jam 10 pagi Sebuah cerita selama magang sebagai guru