Chapter 15

1 0 0
                                    

Hari pertama mengajar di kelas 7B dimulai dengan penuh antisipasi. Aku, Ave, berdiri di depan pintu kelas dengan hati berdebar-debar. Ini adalah kali pertama aku berdiri di depan siswa-siswa SMP sebagai pengajar, dan semua persiapan, dari materi hingga alat peraga, telah kulakukan dengan sebaik mungkin. Materi yang akan kutampilkan hari ini adalah tentang zat dan perubahannya – topik yang kuharapkan bisa membuat siswa-siswa ini tertarik.

Ketika bel berbunyi, aku melangkah masuk dan disambut oleh tatapan penasaran dari sekitar dua puluh lima siswa yang duduk di kursi mereka. Kelas 7B ternyata lebih ramai dari yang kuperkirakan, dengan siswa-siswi yang tampaknya bersemangat, atau setidaknya penasaran, dengan apa yang akan kuajarkan. Aku tersenyum, mencoba untuk menenangkan diri dan tampil percaya diri.

"Selamat pagi semuanya!" sapaku dengan semangat. "Hari ini, kita akan belajar tentang zat dan perubahannya. Ada yang tahu apa itu zat?"

Beberapa tangan terangkat dengan cepat, dan aku menunjuk seorang siswa yang tampaknya bersemangat. "Ya, Amir?"

Amir menjawab dengan penuh percaya diri, "Zat itu adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang, kan, Bu?"

"Betul sekali, Amir!" kataku sambil mengangguk. "Zat adalah segala sesuatu yang bisa kita lihat, sentuh, dan rasakan. Hari ini, kita akan membahas bagaimana zat-zat ini bisa berubah bentuk, seperti ketika es mencair menjadi air."

Kelas tampak lebih tertarik saat aku menunjukkan gambar-gambar dan video pendek tentang perubahan zat. Salah satu gambar menampilkan es yang mencair, sementara video lainnya menunjukkan bagaimana air bisa berubah menjadi uap. Aku juga membagikan beberapa contoh nyata seperti es batu dan air mendidih di laboratorium.

Saat aku sedang menjelaskan tentang perubahan fisika dan kimia, salah satu siswa, Lisa, mengajukan pertanyaan. "Bu, kenapa es bisa mencair menjadi air? Apa yang membuatnya berubah?"

"Aku senang kamu bertanya, Lisa," jawabku. "Es mencair karena panas dari luar. Ketika suhu naik, energi panas membuat partikel-partikel es bergerak lebih cepat dan akhirnya es berubah menjadi air."

Setelah penjelasan tersebut, aku mengajak siswa-siswa untuk melakukan eksperimen kecil. Aku membagikan es batu dalam wadah plastik kecil kepada mereka dan meminta mereka untuk mengamati perubahan yang terjadi saat es mencair. Anak-anak terlihat antusias dan penuh rasa ingin tahu.

"Ayo, coba amati dengan seksama," kataku sambil melihat mereka dengan penuh perhatian. "Apa yang kalian lihat ketika es mulai mencair? Apa yang terjadi pada es seiring waktu?"

Salah satu siswa, Budi, melambai dengan tangan penuh semangat. "Es-nya meleleh, Bu! Sekarang menjadi air!"

"Betul, Budi," kataku dengan senyum lebar. "Perubahan ini adalah contoh perubahan fisika. Kita bisa melihat bagaimana zat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain tanpa mengubah sifat dasarnya."

Momen itu terasa sangat memuaskan. Melihat mata-mata mereka yang berbinar dan mendengar pertanyaan-pertanyaan mereka membuat semua usaha dan persiapan terasa berharga. Aku menutup kelas dengan memberikan mereka tugas sederhana – menuliskan satu contoh perubahan zat yang mereka amati di sekitar mereka.

Ketika bel berbunyi dan siswa-siswa mulai meninggalkan kelas, aku merasa bangga dan sedikit lega. Sesi pertama mengajarku di kelas 7B berjalan lancar dan aku merasa lebih percaya diri untuk menghadapi sesi berikutnya di kelas 7E. Aku tahu, masih banyak yang harus kupelajari sebagai pengajar, tetapi hari ini memberi semangat baru.

Saat aku kembali ke ruang guru, Sevia mendekat dan tersenyum. "Bagaimana, Ave? Seru kan?"

"Seru banget!" jawabku. "Ternyata, mengajar itu bikin deg-degan tapi juga menyenangkan. Aku nggak sabar untuk mengajar di kelas 7E nanti."

"Yuk, kita bersiap untuk kelas selanjutnya!" kata Sevia dengan semangat. "Kita bisa bikin pelajaran lebih seru lagi!"

Sekitar lima hari yang lalu

Aku berdiskusi dengan Bu Rina mengenai materi yang akan diajarkan. "Kita akan mulai dengan topik zat dan perubahannya," katanya sambil menunjukkan rencana pelajaran. "Materi ini penting karena merupakan dasar dari banyak konsep sains lainnya."

"Baik, Bu Rina," kataku. "Aku akan menyiapkan materi dan alat peraga untuk membuat pelajaran lebih menarik. Ada tips khusus yang harus saya ketahui tentang mengajar di sini?"

Bu Rina tersenyum dan memberikan beberapa petunjuk. "Ingatlah untuk selalu melibatkan siswa dalam setiap kegiatan. Mereka lebih tertarik jika mereka dapat berpartisipasi aktif. Juga, jangan ragu untuk menggunakan alat peraga dan eksperimen sederhana. Itu selalu membuat pelajaran lebih hidup."

"Visualisasi adalah kunci. Gunakan gambar, diagram, dan video yang menjelaskan konsep zat dan perubahannya dengan cara yang mudah dipahami. Contoh, tampilkan video pendek yang menunjukkan bagaimana zat-zat berbeda berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, seperti proses sublimasi atau pembekuan. Selain itu, hubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa untuk membuat pelajaran lebih relevan dan mudah dipahami. Jelaskan perubahan zat dengan contoh sehari-hari seperti bagaimana es menjadi air saat suhu meningkat, atau bagaimana makanan membeku di freezer." Bu Rina terdiam sejenak

"Ajak siswa bermain kuis atau permainan yang berkaitan dengan materi untuk menilai pemahaman mereka dengan cara yang menyenangkan. Buat kuis dengan pertanyaan tentang jenis-jenis perubahan zat dan berikan hadiah kecil untuk tim yang menjawab dengan benar." 

Aku merasa siap setelah mendapatkan semua informasi ini. Pada hari pertama mengajar di kelas 7B, aku datang dengan persiapan matang. Dengan pemahaman yang baik tentang siswa dan materi, aku merasa lebih percaya diri. Aku tidak perlu lagi memperkenalkan diri atau menjelaskan latar belakangku karena mereka sudah mengenal aku dari observasi sebelumnya.

Ketika hari pertama mengajar tiba, aku hanya perlu fokus pada materi dan bagaimana menyampaikannya dengan cara yang menarik. Melihat bagaimana siswa-siswa sudah mulai beradaptasi dengan kehadiranku membuatku merasa lega dan senang. Rasanya seperti semua usaha dan persiapan sebelumnya telah membuahkan hasil.

"Bu Rian, ada tips khusus untuk mengelola kelas yang bisa saya terapkan?" tanyaku sambil melirik ke arah papan tulis yang kosong.

Bu Rian menatapku dengan senyum hangat. "Oh, tentu saja, Ave. Mengelola kelas itu memang seni tersendiri. Pertama-tama, penting untuk menetapkan aturan kelas dari awal. Sampaikan dengan jelas apa yang diharapkan dari siswa, baik dalam hal perilaku maupun tugas."

"Apa saja aturan yang biasanya efektif?" aku bertanya sambil mencatat.

"Misalnya, aturan tentang cara mengangkat tangan sebelum berbicara, atau menghindari gangguan selama pelajaran berlangsung. Jangan lupa juga untuk mengatur waktu dengan baik. Jika kamu membuat jadwal yang jelas, siswa akan tahu kapan mereka harus fokus dan kapan mereka bisa beristirahat," jelas Bu Rian.

"Oh, jadi waktu itu penting juga ya," aku mengangguk, mencoba membayangkan jadwal yang teratur.

"Betul sekali. Selain itu, cobalah untuk selalu memulai kelas dengan kegiatan yang menarik," Bu Rian melanjutkan, "seperti pertanyaan pemicu atau diskusi singkat. Ini membantu menarik perhatian siswa dan mempersiapkan mereka untuk pelajaran."

"Jadi, harus kreatif juga ya," kataku sambil tersenyum. "Bagaimana dengan mengatasi gangguan atau siswa yang sulit diatur?"

"Yang terpenting adalah tetap tenang dan konsisten. Jika ada siswa yang mengganggu, bicarakan dengan tegas namun tetap hormat. Terkadang, memberi tanggung jawab atau peran khusus dalam kelompok bisa membantu," sarannya. "Dan jangan lupakan umpan balik positif. Memberikan pujian atau reward kecil bisa memotivasi siswa untuk berperilaku baik."

"Jadi, kombinasi antara aturan yang jelas, pengelolaan waktu yang baik, dan pendekatan positif itu kuncinya, ya?" tanyaku, memastikan aku memahami dengan benar.

"Benar sekali. Dan ingat, berikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Jika mereka merasa terlibat, mereka akan lebih mudah mengikuti pelajaran," Bu Rian menambahkan dengan penuh keyakinan.

Dengan tips-tips tersebut, aku merasa lebih siap menghadapi hari pertama mengajar di kelas 7B. Bu Rian mengangguk puas, seolah melihat kepercayaan diriku meningkat. "Yakin saja, Ave. Kamu pasti bisa."

"Terima kasih banyak, Bu Rian. Saya akan mencoba semua tips itu," kataku sambil berdiri, siap untuk memulai petualangan baru dalam mengajar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teacher InternshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang