Chapter 13

1 0 0
                                    

KKN berakhir

Minggu keempat KKN telah selesai, menandai berakhirnya masa pengabdian yang penuh tantangan dan kesuksesan. Di ruang pertemuan, kelompok 10 berkumpul untuk mengevaluasi program kerja yang telah mereka jalankan sekaligus mempersiapkan diri menghadapi tahap berikutnya: Asistensi Mengajar dalam rangkaian PLP 2.

Dani, yang selalu membawa energi positif ke dalam tim, memulai diskusi dengan penuh semangat. "Oke, teman-teman! Kita sudah menyelesaikan KKN dengan sangat baik, dan sekarang waktunya kita bersiap-siap untuk PLP 2 dan Asistensi Mengajar. Kalian ingat, kita sudah menyelesaikan observasi kelas di awal Agustus kemarin, jadi sekarang fokusnya adalah asistensi mengajar selama dua bulan ke depan."

Ave, yang biasanya lebih serius, kali ini tersenyum kecil sambil mengingatkan, "Tapi sebelum itu, kita juga perlu menyelesaikan laporan. Ada tiga laporan yang harus dikerjakan individu, yaitu laporan per minggu KKN, laporan akhir PLP 1 tentang observasi sekolah, dan laporan akhir PLP 2 tentang observasi kelas. Oh, dan satu laporan lagi, laporan akhir KKN, itu tugas ketua kelompok. Jadi, aku yang harus menyelesaikan itu."

Sari, yang duduk di sebelah Ave, langsung menawarkan bantuan. "Kalau butuh bantuan, jangan ragu-ragu bilang aja, Ave. Kami pasti bantu sebisanya."

Ave mengangguk, bersyukur atas solidaritas timnya. "Makasih, Sar. Aku yakin kalian akan bantu. Tapi memang, laporan akhir KKN ini nggak bisa langsung diselesaikan sekarang, karena kita masih nunggu beberapa hal rampung."

Tamara yang duduk sambil memegang agenda kerjanya, menambahkan, "Iya, untuk laporan mingguan KKN mungkin kita bisa saling cek, biar nggak ada yang tertinggal atau kelupaan. Supaya nggak ada yang bolak-balik revisi terus."

Sevia, yang terlihat tenang tapi selalu cekatan saat bekerja, menimpali, "Nah, mumpung kita masih dalam mood kerja KKN, mungkin bisa disicil aja laporannya. Setidaknya kita sudah punya kerangka dasarnya, kan?"

Diskusi beralih ke persiapan Asistensi Mengajar. Tamara memulai, "Ngomong-ngomong soal Asistensi Mengajar, kalian udah tau bakal ngajar di kelas mana?"

"Udah," jawab Dani. "Aku bakal ngajar kelas VII. Tantangan sih, soalnya murid-murid di kelas itu masih labil banget, tapi aku yakin mereka bisa jadi seru."

Yang lai belum tahu karena belum dibagikan kelas untuk mengajar. Sevia tertawa kecil, "Iya, ini udah beda dari sekedar observasi. Kita harus beneran ngatur kelas, jelasin materi, dan ya... semua hal yang selama ini kita lihat dari guru di depan kelas."

Dani menyela, "Yang penting persiapan matang. Aku yakin kita semua udah punya modal cukup dari observasi kemarin. Tinggal diterapkan aja. Dan kalau butuh sharing materi atau metode ngajar, kita bisa saling bantu."

Ting....
Dani memeriksa chat-nya dan mendapat pesan dari Waka Kesiswaan. "Ini ada pembagian kelas."

"Kirim di grup dong" kata Ave, mereka semua memeriksa chat di grup kelompok.

Penempatan setiap anggota kelompok 10 di kelas SMP sesuai dengan jurusan mereka dan ketentuan yang ada:

Kelas 7:

Ave (Pendidikan Fisika):

Kelas 7BKelas 7E

Sevia (Pendidikan Matematika):

Kelas 7A dan 7C

Sari (Pendidikan Biologi):

Kelas 8A dan 8C

Tamara (Pendidikan Seni Budaya):

Kelas 7G dan 7H

Dani (Pendidikan Penjas):

Kelas 7I dan 7A

Sesia (Pendidikan Kewirausahaan):

Kelas 7I dan 7D

Kelas 8:

Rudi (Pendidikan Komputer):Kelas 8A dan 8B


Hari itu, setelah menyelesaikan berbagai laporan KKN dan PLP 1, mereka berkumpul di kafe favorit mereka, Kopi Kenangan, untuk mendiskusikan rencana Asistensi Mengajar. Dengan secangkir kopi di tangan dan semangat yang tak terbendung, mereka mulai berbicara tentang rencana mereka untuk mengajar di kelas yang telah ditentukan.

"Jadi, teman-teman, kita sudah sepakat akan mengajar di kelas mana, kan?" tanya Dani sambil memeriksa catatan di ponselnya.

"Iya, benar," jawab Ave. "Aku akan mengajar di kelas 7B dan 7E. Sevia, kamu di mana?"

"Hmm, aku di kelas 7A dan 7C," jawab Sevia dengan suara yang terdengar agak terburu-buru.

"Gimana dengan Sari?" tanya Rudi, yang baru saja menyruput kopinya.

"Kelas 8A dan 8C," jawab Sari sambil tersenyum. "Tamara juga di kelas 7G dan 7H."

Dani mengangguk sambil mencatat di laptopnya. "Bagaimana dengan Sesia? Aku belum dengar dia menentukan kelas."

"Dia memang agak lambat dalam mengerjakan tugas akhir-akhir ini," kata Ave, terlihat sedikit kesal. "Kemana aja kamu, Sesia?"

Sevia melirik ke arah Ave dengan raut wajah tidak senang. "Iya, aku juga penasaran, Sesia. Lama banget gak muncul."

Tiba-tiba, Sesia datang dengan wajah ceria, seolah baru saja datang dari liburan. "Hey, guys! Sorry banget, aku lama banget. Ada beberapa urusan pribadi yang harus diselesaikan."

"Sesia!" seru Dani, mencoba tetap sabar. "Kami sudah bekerja keras untuk persiapan ini. Kemarin-kemarin, kamu nggak pernah terlihat di lapangan. Sekarang, kamu datang dan siap mengajar?"

Sesia tersenyum malu. "Aku minta maaf. Aku memang agak tertekan dengan beberapa hal, tapi aku berkomitmen untuk mengajar di kelas 7I dan 7D."

Sevia memandang Sesia dengan tatapan tajam. "Kamu tahu, kan, kita sudah bekerja keras selama KKN? Kami benar-benar berharap semua anggota aktif. Kita bahkan merencanakan dan membagi tugas dengan sangat serius."

Tamara mengangguk setuju. "Aku juga berharap kamu bisa membantu di sini. Kami membutuhkan kontribusi dari semua orang. Terutama karena kamu memilih untuk mengajar di kelas yang sama sekali baru."

Sesia mengangguk dengan serius. "Aku paham, dan aku akan berusaha sebaik mungkin. Aku sudah mempersiapkan materi untuk kelas 7I dan 7D siap untuk membantu."

Dani akhirnya berkata dengan penuh harapan, "Baiklah, kita semua punya peran masing-masing. Mari kita fokus pada persiapan mengajar kita dan pastikan semuanya berjalan dengan lancar. Besok kita mulai mempersiapkan materi pelajaran dan mengenal siswa kita lebih baik."

Dengan keputusan yang diambil, mereka kembali fokus pada tugas mereka masing-masing. Ave, Rudi, Sari, dan Tamara memulai perencanaan materi pelajaran dengan penuh semangat, sementara Sesia, meskipun terlambat, berusaha mengejar ketertinggalannya dengan tekad yang baru.

Teacher InternshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang