BAGIAN 03

32 21 10
                                    

Tolong vote dan comment, karena satu vote dan comment kalian itu sangat berarti guys...

HAPPY READING!
.
.
.

~~~

03. TLC : Menuju Bimantara High School

Seorang gadis dengan surai pendeknya serta balutan kaos putih lengan pendek dengan logo sekolah barunya itu turun dari mobil sang kakak. Ia menatap gedung pusat Bimantara High School yang kini ramai oleh para murid serta orang tua mereka.

"Nih koper lo. Hati-hati di sana, jangan banyak tingkah. Awas aja kalau sampe lo di keluarin dari tuh sekolah. Gue coret dari kartu keluarga." Nasihat sang kakak yang kini menyodorkan koper besar berwarna hitam padanya.

Brigitt memutar bola mata malas. "Iya-iya, gue juga tau kali, Bang." Lalu tangannya mulai mengambil koper itu dari sang kakak.

Bryan menatap sang adik dengan tatapan sendu. Ia tidak menyangka bahwa adiknya kini sudah memasuki jenjang lebih lanjut.

"Udah sana, jangan sampai lo ketinggalan bus. 'Kan gak lucu, baru masuk eh malah ketinggalan bus sekolah." Bryan tertawa pelan seraya mengamati wajah sang adik yang kini menatap sinis padanya.

"Gue pergi dulu, Bang."

"Iya," jawab Bryan seraya menatap punggung sang adik yang kini berjalan menjauh darinya. Laki-laki itu menghela napas kasar, ia sedikit tidak rela melepaskan adiknya untuk bersekolah di Bimantara High School yang menggunakan sistem asrama.

Brigitta mencari-cari bus khusus anak peringkat 10 besar. Meskipun minggu lalu ia tidak bisa hadir untuk mendengar sambutan hangat kepala staff BHS, tetapi ia tetap mengetahui informasi itu melalui grup chat yang dibuat khusus untuk ke-9 anak terpilih.

Ia mengamati satu persatu bus yang berjejer dengan rapi di halaman gedung. Matanya menyipit saat menemukan salah satu bus yang berada di paling ujung. Bus itu nampak terlihat sepi, berbeda dengan bus lainnya yang terlihat ramai. "Yang itu bukan, sih?"

Setelah memastikan bahwa itu memang benar busnya, Brigitta langsung menarik kopernya menghampiri bus itu.

"Kita keliatan kaya jadi anak istimewa gak, sih? Bus beda sendiri. Terus juga kaos putih yang kita pakai beda dari anak lainnya." Nathan bersuara seraya menaruh koper besarnya dibagasi bus.

Memang benar, kaos putih lengan pendek yang di pakai oleh mereka berbeda dengan kaos siswa lainnya. Bahkan, BHS menyediakan bus khusus untuk ke-9 anak dengan peringkat 10 besar itu.

Adhi melirik singkat Nathan. Kedua tangannya sibuk mengangkat koper besar miliknya dan mulai memasukkannya ke dalam bagasi. "Pak Radit udah bilang kemarin, 'kan? Kita emang anak-anak terpilih. Lo lupa?"

Nathan berdecak malas mendengar penuturan Adhi. "Iya, gue juga tahu."

"Tapi enak euy, kita jadi beda dari yang lainnya. Mana bagus pisan lagi kaosnya." Celetuk Harsa menimpali kedua manusia yang berdiri di dekat bus itu. Ia baru saja turun dari dalam bus dengan tujuan mengecek seberapa bagus bus yang akan mereka tumpangi.

Nathan menyandarkan tubuhnya pada badan bus. Ia mengamati para siswa yang sedang sibuk dengan kegiatannya di sana. Matanya melirik singkat arloji hitam miliknya. Waktu terus berjalan, tapi hanya ada ia, Harsa, Adhi, Aric, Zelina dan Kiran yang baru datang.

"Permisi, ini bus khusus peringkat 10 besar, 'kan?" tanya seorang gadis dengan rambut pendek yang menjadi ciri khasnya.

"Iya," jawab Adhi. 

THE LEADER CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang