BAGIAN 04

31 15 16
                                    

Tolong vote dan comment, karena satu vote dan comment kalian itu sangat berarti guys...

HAPPY READING GUY'S!
.
.
.

~~~

04. TLC : Sambutan Hangat Kepala Sekolah

"Gimana keadaan lo, udah mendingan?" Brigitta mendekatkan birainya pada Chika yang duduk tepat di sampingnya.

"Iya," lirih Chika dengan anggukan pelan.

Gadis dengan wajahnya yang sedikit pucat itu merutuki dirinya sendiri sebab kembali membuat orang lain repot akan tubuhnya yang lemah.

"Maaf ya, udah buat kalian repot."

Brigitta mengangkat alisnya, "Repot kenapa, sih? Gak ada yang repot, Chi. Lo itu teman kami, jangan sungkan buat minta tolong, oke?"

Chika tersenyum hangat mendengar penuturan Brigitta. Padahal mereka berdua baru saja saling mengenal. "Oke."

Ke-9 murid Top Ten itu duduk dikursi yang berada paling depan. Kini mereka semua sedang berada di aula utama BHS. Setelah menunggu waktu yang cukup lama, mereka semua—bersama para siswa reguler lainnya— kini mendudukki kursi yang memang sudah disiapkan. Namun, khusus untuk ke-9 siswa Top Ten menempati kursi di urutan paling depan.

"Aulanya besar banget," Kiran mengamati keadaan sekitar seraya berdecak kagum melihat aula BHS yang bernuansa putih itu terlihat sangat luas. Ia yang duduk berada di pojok kiri barisan depan mengamati kursi yang ia duduki. Netranya sekali lagi mengamati dengan baik tiap-tiap sudut aula.

"Kayanya setiap anak yang masuk sepuluh besar dapet fasilitas enak, deh. Liat, kursi yang kita dudukin aja beda dari kursi siswa reguler lainnya," ujar Nathan.

Zelina yang duduk tidak jauh dari Nathan yang juga mendengar perkataan laki-laki itu tersenyum smirk seraya membuka suara.

"Ck, lebay banget lo, Nath. Gak pernah dapet fasilitas mewah, ya?" ujar Zelina di akhiri tawa singkat. Ia membenarkan letak bandana merahnya seraya marapikan sedikit rambutnya yang ia gerai dengan indah.

Nathan berdecih mendengar perkataan Zelina yang terdengar seperti merendahkan dirinya. Baru saja ia ingin membalas perkataan Zelina, suara seseorang berhasil menginterupsi dirinya.

"Si paling anak orang kaya. Padahal mah, kekayaannya hasil korupsi, ups." Celetuk Brigitta dengan suaranya yang ia besarkan supaya di dengar oleh sang empu. Ia tersenyum miring melirik Zelina yang berada tak jauh darinya kini menggeram marah.

"Maksud lo apaan? Nyari ribut?" Zelina berdiri dari kursinya seraya menunjuk wajah Brigitta menggunakan jari telunjuk.

"Lo nyari perkara lagi sama gue, hah? Sialan banget lo!" Wajah Zelina mengeras, tangannya terkepal.

"Nyari perkara sama orang yang problematik? Sorry, ya. Bahkan buat natap wajah lo aja rasanya gue gak sudi, cih." Brigitta berujar dengan tenang, seolah tidak terpancing emosi.

Sementara itu, Zelina diselimuti oleh api amarah yang membara. Segera saja ia melangkahkan kakinya hendak menuju ke tempat Brigitta.

Aric menghela napas pelan. Sebelum kekacauan terjadi, ia harus segera mengehentika Zelina. Ia yang memang duduk berdampingan dengan Zelina menarik pelan tangan kiri gadis itu yang baru saja hendak melangkah. "Stop, Ze. Duduk ke tempat lo, jangan buat ulah di sini."

"Apa? Mau berhentiin gue?" Sungut gadis itu.

"Jangan buat masalah dihari pertama lo masuk. Gue bilang duduk ya duduk!" Aric meninggikan nada suaranya. Biasanya ia selalu tenang jika menghadapi tingkah laku Zelina yang membuat kepalanya pening, tetapi kali rasanya ia ingin marah melihat kelakuan Zelina.

THE LEADER CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang