Semoga dengan ini bayangan kalian bisa terhubung ya!
//
--
---Sea terkekeh bodoh, antara tak percaya dan rasa jengkel menyelimuti hatinya. "Kamu pasti bercanda" ucapnya menyangkal.
Dia mensejajarkan pandangannya dengan gadis yang mengaku sebagai anaknya dengan berlutut di hadapannya.
"Dimana orangtuamu, nak?" tanya Sea dengan nada yang lebih lembut, berusaha membujuk dengan hati-hati.
"Aku berkata jujur, aku putrimu" tetap pada pendiriannya, gadis kecil itu bersikukuh.
Sea mengalah untuk membawa masuk gadis kecil yang tiba-tiba muncul di rumahnya, memperbolehkan untuk duduk di sofanya, kakinya bahkan menjuntai tak sampai ke lantai.
"Aku tak mungkin menjadi orangtuamu dan aku tidak memiliki anak" jelas Sea
Namun raut wajah gadis kecil itu hanya menunjukkan tekad yang kuat, terselip sesuatu yang cukup familiar namun tak dimengerti nya.
"Kamu harus percaya padaku, ayah!" balas gadis itu sedikit meninggi, sedangkan yang di panggil ayah hanya mematung tak mengerti perasaannya saat ini, getaran asing namun menenangkan kini mengalir ke setiap darah hingga mampu menggetarkan hatinya.
"Dengarkan aku, nak. Saat ini aku sedang lelah setelah seharian bekerja dan hari sudah mulai gelap, beritahu aku siapapun yang kamu tau tentang asal usulmu. Atau kamu bisa memberikan alamat rumahmu agar aku bisa mengantarmu pulang?" tanya Sea sedikit mendesak dan kini wajah gadis kecil itu berubah muram.
Melihat perubahan itu Sea menghela nafasnya, beranjak ke dapur untuk mengambil minum dan ponselnya.
"Sebentar, aku baru sadar akan hal ini" ucapnya tiba-tiba seperti tersadar dari tidur panjang yang menakutkan.
Buru-buru dia kembali, memberikan segelas jus jeruk dari lemari pendinginnya.
"Untukku?" tanya Kitty dengan wajah yang antusias, Sea hanya menganggukkan kepalanya.
Dengan semangat dia meraih gelas itu dari tangan Sea, tangan kecil yang bahkan terlihat keberatan dengan gelas besar milik Sea.
"Bolehkan aku bertanya?" tanya Sea
Mengambil alih gelas jus dari tangan Kitty dan meletakkan di meja, kini tatapan mereka kembali bertemu, tatapan yang tidak asing namun tak di mengerti oleh pikirannya kembali meremas kepalanya.
"Bagaimana kamu bisa sampai di rumahku dan tau namaku?" setiap pertanyaan memberatkan pikirannya, menarik berbagai kemungkinan yang tidak jelas.
Gadis kecil di hadapannya mulai menghela nafas persis seperti dirinya sesaat yang lalu, mengumpulkan kesabarannya untuk meredam seluruh ledakan yang mungkin saja terjadi.
"Jelas aku tau, aku putrimu, Sea" gadis itu bersikeras, jelas sekali dalam setiap perkataannya di tegaskan dengan nada-nada percaya diri, entah percaya diri atau kenakalannya?
Sea bergantian menghela nafas, memijat pelipisnya pusing untuk mencari jalan keluar. Tak pernah terpikirkan olehnya ada orang yang lebih keras kepala dibanding dirinya dari penilaian mahasiswanya.
Kesabarannya mulai menipis, jelas sekali menahan emosi, "Nak, aku serius, jangan membuatku pusing. Jawablah alamat rumahmu dan segera aku antarkan pulang" desak Sea kembali
"Sudah aku bilang, aku putrimu dan itu benar!"
Dibalas dengan nada tinggi oleh anak kecil? seorang Seanatio Agni, dosen killer pun cukup tersentak.
"Ya, ya sudah, begini saja" jawab Sea mengalah, mensejajarkan dirinya hingga berlutut di hadapan gadis kecil itu.
"Dengan apa kamu bisa sampai di daerah ini?" tanyanya karena wajah gadis ini cukup asing dari lingkungan sekitarnya yang sudah dia kenal.
"Aku baru saja naik kereta dan untuk sampai disini aku naik bus" jawaban dengan senyum paling sumringah terlihat, gadis itu dengan bangga menjelaskan perjalanannya.
"Astaga, kau ini! aduh, bagaimana bisa anak sekecil dirimu sudah senekat itu?" frustasi Sea mendengarnya.
"Bagaimana kalau kamu di culik atau tersesat ataupun di tipu dengan orang dewasa?" Kitty hendak menjawab pertanyaan Sea namun terhenti saat Sea melanjutkan pertanyaannya.
"Berapa umurmu, gadis kecil?" tanyanya kembali
"Biasakan satu persatu saja pertanyaanmu itu?" protes Kitty tak terima ucapannya di dahului.
Sea sadar dan dia diam, "Semua orang dewasa yang aku temui di perjalanan tadi adalah orang baik, semuanya mengarahkanku kapan waktunya berpindah bus untuk mencapai rumahmu dan umurku sebelas tahun" jelas gadis kecil itu dengan seksama, matanya berbinar bahagia seakan sudah menyelesaikan petualangan luar biasa.
Sea masih memperhatikan gadis di hadapannya yang mulai mengeluarkan selembar kertas putih dan kartu dari tas ranselnya.
"Aku bisa sampai di rumahmu dengan ini, aku mengambilnya dari lemari ibu dan dengan kartu ini aku membayar semua kendaraan" ucap Kitty, Sea mengambilnya untuk mengamati.
"Kartu itu aku mencurinya dari dompet ibu" imbuhnya dengan nada yang lebih rendah, hampir berbisik.
Matanya memanas saat paham dengan selembar kertas putih itu, surat perceraiannya, surat yang berulang kali dikirimkan oleh istrinya, berharap kembali dengan tandatangannya. Sekarang semuanya masuk akal, namun dirinya kini kehilangan akal.
Sudah hampir dua belas tahun yang lalu dan rasa sakit itu kembali terasa, dengan menahan air matanya, ekspresi Sea kembali semula.
Mengusap lembut bahu gadis kecil itu, berusaha menenangkan diri dan menenangkannya. "Jawablah dengan jujur, kenapa kamu menemuiku?" tanya Sea penuh harap
"Karena aku ingin melihat ayahku dan memberitahumu bahwa memiliki putri" jawab Kitty mulai terbata-bata, kini matanya mulai berkaca-kaca, mengancam siap tumpah kapan saja.
"Aunty Zee yang memberitahuku, bahwa ibu tidak ingin kamu tahu kalau sudah memiliki seorang putri. Jadi aku mencarimu secara diam-diam" jelasnya kembali
Nafas Sea tercekat, menyumpal tenggorokannya, ingin melontarkan kata namun terasa sakit walau belum terlaksana.
//
Haii..
Gimana nih menurut kalian sampai di sini? dan coba tebak sad ending atau happy ending:))Kalau ada saran dan kritik bisa langsung di komentar, seperti biasa..
Sampai jumpa dibab selanjutnya, semangat kegiatannya, jangan lupa jaga kesehatan dan jangan lupa voteee!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Make it Right
FanfictionHow they're all strung together and paint this perfectly imperfect picture.