🍁Efek Domino🍁

72 8 4
                                    

*Bahkan seekor semut pun mampu gulingkan Gajah dengan satu gigitan bila diarahkan pada bagian vital lawan.*

Membiasakan baca seksama sampai akhir dan memberi vote juga koment santun Adalah akhlaq paling mudah, yang tak akan buat kamu merugi.
Tetaplah bijaksana dan sebarkan Energi positif mu untuk sekitar.

*Happy reading Sun'sans*

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Suara denting Jarum jam dinding memecah hening Aruna, gadis berambut tergerai itu sudah berkutat dengan seluruh isi kepala berujung Frustasi dan gelisah pun ia rasakan sejak beberapa jam yang lalu di ruang petak sederhana miliknya.

Deringan ponsel sejak tadi berbunyi di atas meja pun tak sama sekali di sentuhnya. Ia sibuk menggigiti kukunya, tampak ia asyik berseteru dengan pemikiran negatif yang kini mengusik sanubarinya.

"Kenapa dia belum balik juga ?" Cuat batinnya.

Aruna beranjak gusar melirik pintu kamar kostannya tak kunjung di buka, oleh seseorang yang dia harapkan.

Mendongak ia pada Arah jam dinding telah menunjukan pukul sepuluh malam, perasaannya makin tidak tenang, semua spekulasi buruk
makin menghantui dirinya.

"Bisa-bisanya gue bantuin pelaku kriminal Kabur, Ayolah Otak loe di pake yang bener dong, kalo dongo jangan kebangetan. " Cecar dirinya menggaruki kepalanya yang tak gatal.

"Sekarang polisi pasti lagi nyari gue, kalo sampe salah langkah ngambil keputusan, gue jatuhnya malah jadi komplotan bukan sandera. Gak mungkin gue angkat telepon dari Mona. "

"Tapi gue juga gak boleh terus diem di sini. Kalo tetangga tahu terus lapor polisi makin runyam lagi kan, ?" Celotehnya sendiri.

"Gak-gak boleh, gue baru mulai kerja, masa iya, Surat ijin praktek gue di cabut karena ketahuan melanggar hukum aturan sih ! Come on Aruna...
Jangan gali kuburan elo sendiri karena kebegoan akut Lo ini." Meledek dirinya sendiri.

Ia mengambil ponselnya dan pergi keluar dari rumah kost-an, arah tujuan yang belum pasti.

Sementara di dalam satu kamar sekedar bercahayakan lampu pijar, Biru tak henti menggulir maniknya membaca seksama, menulis ulang catatan kasus Hasan yang tangan kirinya genggam.

Sesekali ia membuka kaca mata, memijat ujung pangkal hidung, meringankan rasa lelah juga pusingnya usai seharian bergelut dengan beberapa berkas yang harus dia kaji ulang.

Suara dengusan Kasar terdengar jadi pertanda betapa ia tengah di rundung gusar, rasanya kepalanya seakan mau pecah.

Dua hari sudah ia memaksakan diri membaca dan mengkaji ulang semua Isi berkas tebal di atas mejanya, Sekeras Apapun ia mencoba Fokus, kasus pelarian Hasan berhasil mengusik hati juga pikiran dan
belum mau ingkah dari kepala barang sejenak, kepulan asap seperti sudah mengepul di ubun-ubun nya.

"Argh !!!" Raung Biru kesal, sembari mencoret, meremas dan membuang kertas yang ia saling ulang itu, ia mengacak rambutnya luapkan kepenatan setelah tak tahan lagi menahan menyisakan rasa muak.

Kedua tangannya ia gunakan menopang kepala yang ia tundukan.
Dia mendengus kasar penuh lesu.

"Nyebelin banget status gue di gantung begini, Hasan sialan, Aturan mau kabur tuh bilang kek ?! Udah mah di ajak buat ngajuin PK (peninjauan kembali) kagak mau. Sekarang pake acara, Lagaknya syok gak butuh bantuan nyatanya mumet kan, lu di penjara !" Cerocos Biru geram.

Tanpa dia sadari Seruni sudah berdiri di ambang Pintu mengamati dengan senyuman usil melihat celotehan tidak jelas putranya.

"Kerja tuh yang ikhlas... " Tegur Seruni.

Lentera dalam jeruji_ Haechan. (sequel #Lentera)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang