🍁Dibalik Teratai Merah🍁

33 7 0
                                    

"Ambisi merengkuh raga tak bernyawa, Mengendali sang Puan digauli Serakah, mencari kenikmatan demi melepas dahaga tak jua temukan Lega."

-Bimantara (49 Tahun) 2022-

*********************************
Happy Reading

🍁°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°🍁

Suara tembakan saling bersahutan
di udara, menghadirkan hawa mencekam untuk penghuni sepetak Rumah di masa paska proklamasi digaungkan.

Tahun 1979 Para komunis menjadi Moment mengerikan untuk sebagian Penduduk bumi Pertiwi, sebuah pembantaian meraja lela di pelosok Nusantara.

Dimana Segelintir Pribumi menjadi Londo Ireng demi melindungi diri mereka dari sebuah pembantaian.
Untuk sebagian Kalangan yang merasa dikhianati atas pencetusan proklamasi 1945.

Seorang Pria paruh Bayah dengan beberapa lelaki berkulit putih menerobos memasuki satu Rumah dengan senjata di dada telah diarahkan ke segala arah.

Sepasang suami istri bersama satu anak berusia Enam tahun hendak bersiap tertidur, Suara jeritan seorang ajudan dan tembakan berhasil menghentak jantung penghuninya.

Lelaki di dalam kamar pun bergegas mengunci Pintu dan berlari lalu menggendong sang buah hati yang mulai menangis ketakutan.

Wajah sang istri telah memucat karena panik, atas ketegangan yang datang begitu tiba-tiba di hunian mereka, di tengah malam nan hening.

"Wening Bawa pergi Bima keluar lewat jendela cepat. !" Titah

"Nda mau Mas, Bagaimana denganmu ?" Geleng Sang istri mengambil alih menggendong sang putra.

Peluru sudah menembus pintu berulang kali sampai menjejakan beberapa lubang disana.

"Ojo Ngeyel toh, Cepat bawa Bima dan selamatkan diri sebelum mereka menjadikan kita Korban"

Pintu kamar sudah mulai di dobrak,  Sementara Wening baru berhasil keluar melewati jendela bersama buah hatinya.

Dengan keringat dingin Wening membekap mulut Bima agar tidak mengeluarkan suara di tengah pelariannya melewati area perkebunan tepat di belakang halaman rumah mereka.

Suara jeritan Dibalik dinding rumah  dan letupan peluru menandakan bahwa suami tercinta telah dihabisi oleh komunis itu.

Langkah yang sempat tertahan kembali di kayuh lebih cepat, seorang Lelaki berperawakan sangar dengan kulit Langsat menandakan ia seorang pribumi  telah menangkap keberadaan Wening, Lelaki berkumis tipis itu menatap wanita yang berlari ketakutan setengah mati.

"Jangan lari !" Pekik lelaki itu memburu Wening Dengan logat Medan.

Tanpa Ragu lelaki itu mulai mengarahkan senjatanya dan membiarkan peluru melesat menembus raga sang Wanoja jatuh di tempat. Membiarkan Bimantara mungil menangis getir memanggil sang ibunda.

Lelaki tadi salah satu Londo
Ireng yang ikut serta melakukan penyergapan acak terhadap para pribumi, menunjukan eksistensi
para kaum komunis di negeri Pertiwi pada masanya untuk menghadirkan ketakutan juga keresahan pada penduduk Nusantara.

Lentera dalam jeruji_ Haechan. (sequel #Lentera)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang