Waktu sore hari tiba, dan bel sekolah akhirnya berbunyi untuk berakhirnya semua pelajaran. Suasana kelas langsung berubah menjadi ramai, dengan siswa-siswa bergegas merapikan barang mereka untuk pulang. Aganta mengemasi bukunya dengan hati yang berdebar. Ia sudah memikirkan ini sejak istirahat tadi, ia ingin mengajak Ara ke taman terdekat dari sekolah, tempat yang sering dikunjungi para siswa untuk bersantai. Di sana, Aganta ingin menunjukan hasil gambar yang telah ia kerjakan semalam.
Saat Ara selesai membereskan barang-barangnya, Aganta berjalan menghampirinya dengan senyum kecil. "Hmm.. Ra, sebelum kita pulang, kita mampir sebentar ke taman? Aku mau tunjukin hasil gambar yang aku buat," tawarnya, suaranya terdengar santai meski dalam hatinya ada rasa gugup yang tersembunyi.
Ara terdiam sejenak, matanya menatap Aganta dengan sedikit terkejut, tapi kemudian senyum lembut muncul di wajahnya. "Ke taman? Mmm... seru tuh. Oke deh, aku ikut," jawabnya dengan nada ceria. Meski ada sedikit rasa sedikit malu, Ara tidak bisa menolak ajakan Aganta.
Merekapun berdua berjalan keluar sekolah bersama, menuju taman yang terletak tidak jauh dari gerbang sekolah. Taman itu sederhana, namun indah di pandang. Dengan bangku-bangku kayu yang dikelilingi oleh pepohonan rindang dan jalan setapak kecil yang sering dilalui siswa saat pulang sekolah. Suasana sore yang teduh membuat taman itu terasa nyaman, dengan angin sepoi-sepoi berhembus lembut.
Setelah tiba di taman, mereka berdua memilih bangku kosong di bawah pohon yang teduh. "Kita duduk disini, aja" ucap Aganta, lalu duduk dan di ikuti Ara duduk di sebelahnya. Menunggu dengan rasa penasaran. "Mana gambarnya, Gan? Aku jadi penasaran," katanya sambil menyodorkan tangannya dengan tersenyum.
Aganta membuka tasnya dan mengeluarkan buku sketsa yang ia bawa. Dengan hati-hati, dia membuka halaman-halaman di mana dia menggambar sketsa Bima dan raksasa, tokoh yang mereka buat untuk tugas kelompok seni budaya.
"Ini dia," kata Aganta, sambil memperlihatkan gambarnya pada Ara. Sketsa itu penuh dengan detail, Bima terlihat gagah dengan senjata besar di tangannya, sementara raksasa yang menjadi lawannya terlihat mengerikan dengan ekpresi marah.
Ara terdiam sejenak, matanya terpaku pada gambar tersebut. Setelah beberapa saat, ia tersenyum lebar dan menatap Aganta. "Gan, ih ini keren banget! Serius, akuu nggak nyangka hasilnya bakal sebagus ini," puji Ara dengan kekaguman. "Kamu benar bisa di andalkan, semua detailnya kelihatan jelas. Apalagi Bima-nya, dia kelihatan kuat dan tegas."
Aganta pun tersenyum, merasa lega dan senang mendengar pujian itu. "Makasih, Ra. Aku cuma berusaha menggambarkan sesuai dengan cerita yang kita buat. Kamu juga udah bantu kasih ide, jadi ini hasil kerja bareng kita."
Ara mengangguk, pandangannya kembali menatap gambar itu dengan penuh kekaguman. "Aku yakin, waktu presentasi nanti, kelompok kita bakal bikin yang terbaik. Dengan gambar ini, ceritanya jadi lebih hidup."
Setelah itu, mereka terus berbincang santai, membahas detail gambar dan rencana untuk tugas mereka. Meskipun topiknya begitu sederhana, obrolan di antara mereka terasa hangat, seperti dua sahabat yang saling memahami. Aganta merasa semakin nyaman berada di dekat Ara, dan seiring waktu, kegugupannya perlahan hilang. Dia mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Ara semakin jelas, ia bukan hanya sekedar teman dekat serta baik, tapi seorang yang mungkin berarti lebih dari itu.
Saat matahari mulai tenggelam dan langit bewarna jingga, Anisa menatap Aganta dan tersenyum. "Makasih ya, Gan, udah ngajak aku ke sini. Aku senang bisa lihat hasil kerja kerasmu. Gambar ini benar... benar luar biasa."
Aganta balas senyumannya, merasa hari ini adalah salah satu hari terbaik yang pernah ia alami bersama Ara. "Sama... sama, Ra. Aku juga senang kamu bisa lihat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Bayangan
Romance"Cinta Dalam Bayangan" adalah sebuah kisah romansa yang mengisahkan perjalanan cinta yang tersembunyi, penuh misteri, dan dilema batin. Di tengah gemerlap dunia yang penuh cahaya, ada cinta yang bersembunyi di antara bayang-bayang. Karakter utamanya...