Dia atau Masalalu part 1

60 9 0
                                    


Matahari sore mulau meredup hilang saat Aganta berjalan pulang dari sekolah. Jalanan yang biasanya terasa panjang dan melelahkan kini terasa lebih ringan, seolah diiringi semilir angin yang sejuk. Pikiran Aganta terus memutar ulang kejadian hari itu dari hukuman yang buat dirinya malu, dan bantuan tak terduga dari Ara, hingga kerja sama yang seru dengan teman-temannya di kelas.

Senyum kecil tersungging di bibirnya. Meskipun hari ini dimulai dengan berat, dia merasa ada hal-hal baik yang terjadi, dan itu membuat suasana hatinya jauh lebih cerah.

Sesampainya di rumah, Aganta membuka pintu dan masuk ke dalam. Di ruang tamu, ibunya sedang duduk sambil membersihkan meja. Begitu melihat Aganta masuk, ibu langsung tersenyum.

"Eh, Bang. Kamu pulang lebih awal hari ini. Bagaimana sekolahnya?" tanya Ibu dengan lembut, sambil memperhatikan wajah putranya yang tampak lebih ceria dari biasanya.

Aganta meletakkan tasnya dan duduk di samping ibunya. "Baik, Bu. Hari ini... lumayan seru," jawabnya sambil tersenyum.

Ibu heran melihat senyum yang jarang terlihat di wajah Aganta. "Kamu kelihatan senang sekali. Ada apa? Cerita dong, biasanya kamu pulang kelihatan capek."

Aganta tertawa kecil, lalu mulai menceritakan apa yang terjadi waktu itu. Ia menceritakan bagaimana dia terlambat, dihukum membersihkan lapangan oleh Bu Nita, lalu tentang seorang perempuan yang membawakannya air dan bekal. Setelah itu, dia bercerita tentang pelajaran seni budaya dan bagaimana kelompoknya membuat cerita tentang Bima, bahkan tentang sketsa yang dia gambar untuk membantu kelompoknya.

Ibu mendengarkan Aganta bercerita dengan penuh perhatian, sesekali tersenyum. "Wah, kamu benar-benar melalui hari yang penuh cerita, ya," kata Ibu sambil meletakkan lap di meja. "Tapi ibu senang, meskipun kamu dihukum, kamu bisa menemukan hal-hal yang baik di sekolah hari ini. Dan soal perempuan itu... kelihatannya dia teman yang baik, ya?"

Wajah Aganta sedikit malu ketika Ibu mengatakan perempuan itu. "Iya, Bu. Dia baik banget. Aku nggak nyangka dia bakal nolong aku."

Ibu mengangguk sambil tersenyum lembut. "Kadang, hal kecil seperti itu yang bikin  kita merasa lebih baik. Kamu harus ingat untuk selalu menghargai kebaikan orang lain, ya."

"Iya, Bu," jawab Aganta sambil tersenyum. "Aku juga belajar banyak hari ini. Besok aku bakal berusaha lebih baik lagi di sekolah."

Ibu menepuk pundak Aganta dengan penuh kasih. "Itu yang Ibu suka dengernya. Kamu sudah makin dewasa, Nak. Teruslah belajar dari setiap pengalamanmu. Dan kalu ada yang berat, jangan sungkan cerita ke Ibu, ya."

Aganta mengangguk. Dia merasa lega bisa berbagi cerita dengan ibunya, dan ucapan sosok ibu membuatnya merasa bangkit kuat. Meskipun hari ini dimulai dengan tantangan, ada pelajaran penting yang dia dapatkan 'setiap kesulitan pasti akan berakhir, dan sebaliknya, selalu ada hal baik yang bisa ditemukan'. Menikmati kehangatan rumah. Dalam hatinya, dia berjanji untuk lebih bersemangat menjalani hari-harinya, karena selalu ada kebaikan yang bisa datang tanpa di duga.

...

Malam hari datang, setelah makan malam bersama ibunya, Aganta menuju kamar untuk mengerjakan tugas kelompok yang diminta Ara. Di meja belajarnya, tumpukan buku dan lembaran kertas sudah menanti. Sketsa tentang Bima dan raksasa yang ia buat di sekolah tadi juuga tergeletak di sana, menunggu untuk diperbaiki dan disempurnakan.

Sambil duduk dikursinya, Aganta menarik napas dalam-dalam. Mesik cukup lelah, semangatnya untuk menyelesaikan tugas ini masih tinggi. Dia merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik, terutama setelah Ara mempercayainya untuk menggambar sketsa. Tangan Aganta mulai bergerak, pensil menggores kertas dengan perlahan, memperjelas detail gambar Bima yang gagah dengan senjatanya.

Cinta Dalam BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang