Hari-hari yang Hanni miliki tidak ada yang spesial, semuanya terasa sama. Ia punya dunianya sendiri, tidak terlalu bergaul dengan orang lain. Teman yang ia punya hanya Wonyoung seorang.
Karena pendiam, banyak yang tidak menyadari kehadiran Hanni. Yang paling banyak disorot sudah tentu Wonyoung, temannya. Wonyoung pintar, berprestasi, sering ikut lomba, cantik juga, jadi hampir seluruh siswa di sekolah mereka kenal dengan Wonyoung. Mungkin saat mereka SMA disini hal itu akan terulang kembali dan Hanni tetaplah jadi orang yang tertutup dengan sinarnya Wonyoung.
Walau begitu Hanni tak pernah merasa iri dengan temannya. Ia malah senang karena meski Wonyoung mendapat banyak sekali atensi dari orang lain, ia tetap berteman dekat dengan Hanni dan melakukan banyak hal berdua bersama.
Namun hari-hari monotonnya tiba-tiba berbeda kala Wonyoung mengatakan bahwa ia naksir dengan Minji.
"Han, kak Minji cakep betul, ya" ujarnya saat mereka sedang di waktu istirahat jam olahraga.
Hanni dan Wonyoung memandang Minji, Yujin, dan teman-teman yang lain sedang bermain basket.
"Aduh, lihat caranya ngipasin diri pakai baju basketnya, aaaaaa. Cakep banget mau pingsan" ujar Wonyoung dengan dramatis.
Jujur selama ini Hanni belum pernah tertarik dengan siapapun. Jadi ia merasa tidak relate dengan Wonyoung. Ia malah merasa bahwa perkataan Wonyoung terlalu alay.
"Aduh, kakaknya pasti haus" ujar Wonyoung. Maka ia pun beranjak dari kursi, hendak meninggalkan tempat tersebut.
"Eh, Wony mau kemana??" tanya Hanni.
"Beli air bentar, lo tunggu disitu yaa" titahnya sambil berlari kecil menuju kantin.
Hanni yang melihatnya pun geleng-geleng kepala. Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa orang yang jatuh cinta bisa seheboh dan seefort itu dalam mencintai orang yang ia suka.
Tak lama kemudian, Wonyoung pun datang dengan senyuman sumringah.
"Yeay, gue udah dapet air buat kak-"
"Wonyyy, lo disuruh ke kantor sama bu Sana"
Ucapan Wonyoung terpotong karena Liz, teman sekelasnya datang dari arah kantor.
"Hah, tiba-tiba banget? Aduh, sekarang banget nih harus kesana? Mau ngapain sih?" tanyanya dengan nada kecewa.
"Duh, cepetan aja. Yuk kesana, ibunya udah nungguin" ajaknya sambil menyeret tangan Wonyoung, meninggalkan Hanni yang seorang diri duduk di pinggir lapangan.
"Eitsss, tunggu. Hanni, tolong dong kasih ini ke kak Minji. Pleasee"
Tanpa menunggu persetujuan Hanni, Wonyoung menaruh botol air mineral itu di rak depan kelas dan menyusul Liz menuju kantor guru.
Sebenarnya Hanni malas kalau disuruh beginian. Tapi mau tidak mau ia sampaikan juga botol tersebut kepada Minji. Ia pun menunggu moment yang tepat, yaitu ketika Minji dan temannya istirahat dari bermain basket.
Beberapa menit kemudian, Minji terlihat menepi dari lapangan sambil mengibaskan bajunya karena kepanasan. Maka inilah saatnya, pikir Hanni.
Dengan gugup dan perasaan malu, ia mendekati Minji.
"Eum, permisi, kak. Ini ada minum buat kakak" ujarnya sambil menyodorkan botol itu dan menunduk. Ia tak berani menatap Minji, takut membayangkan reaksi Minji. Entah ia akan ditertawakan atau apapun itu, Hanni tidak mau tahu.
Minji yang melihatnya terkejut sedikit, tidak menyangka jika ada adek kelas yang tiba-tiba menghampirinya.
"Eh, dari kamu, ya? Makasih banyak karena udah ngasih, kebetulan banget lagi haus dan lupa bawa air. Kakak minum ya airnya" ujarnya sambil membuka tutup botol dan segera meneguk airnya sampai tandas.
Hanni ternganga sesaat. Ia hendak meralat ucapan Minji yang mengira bahwa air itu darinya, padahal dari Wonyoung.
"Eh, anu.. itu.." ujar Hanni terbata-bata.
"Hm? Iya, kenapa?" tanya Minji sambil menyeka keringatnya dengan handuk kecil yang ia sampirkan di bahunya.
Hanni bimbang dan tiba-tiba jadi blank ketika di hadapan Minji. Padahal ia ingin bilang kalau air itu bukan pemberian darinya.
"Eh, bentar, kamu adek kelas yang bersihin toilet guru waktu itu, kan?" ujar Minji.
Hanni mau tidak mau mengangguk, "Hehe, iya, betul sekali, kak"
Minji lalu memerhatikan penampilan Hanni betul-betul. "Sekarang sudah rapi dan atributnya lengkap, ya? Bagus, bagus. Pertahankan ya, dek"
Mendengar hal itu, Hanni pun merutukki, "Masa' first impression gue dari kak Minji jelek banget, sih? Dikenal sebagai gadis pembersih toilet, huhuhu" keluhnya dalam diam.
Hanni kemudian tersenyum. Belum sempat ia membalas percakapan itu, terdengar rekan Minji yang berada di lapangan memanggilnya.
"Oi, Ji. Balik ke kelas, yuk!" teriaknya.
"Iya, iyaa. Gue kesana" sahut Minji.
"Duh, maaf banget ya harus pergi sekarang. Sekali lagi, makasih ya dek" ucap Minji sebelum pergi dan meninggalkan Hanni seorang diri di tepi lapangan.
Semua kejadian terjadi begitu cepat, batin Hanni.
Ah, ia terlalu lelah untuk memikirkan apa yang barusan terjadi padanya. Maka, tanpa menunggu Wonyoung balik dari ruang guru, ia pergi ke kelas lebih dulu.
Setibanya disana ia pun menaruh tasnya di atas meja dan menjadikannya sebagai sandaran tidur.
"Ngantuk banget. Tidur bentar gak papa kayaknya" gumamnya. Tidak perlu menunggu lama, ia pun terlelap dalam bunga mimpi.
***
"Tadi siapa deh yang ngasih lo air minum?" tanya Yujin penasaran.
"Oh, yang tadi? Adek kelas kita itu" jawab Minji.
"Anjir, lo udah dapat penggemar aja dari murid-murid baru. Bagi hokinya ke gue dong, mau juga dapat penggemar begini" ujar Yujin yang mendapat gelengan dari Minji.
"Mau tau gak kenapa Tuhan gak kasih hokinya gue ke elo juga?" tanya Minji sambil bercanda.
"Kenapa, tuh?" Yujin penasaran.
"Karena lo playgirl. Semua cewek cantik mau diembat. Jadi bahaya kalau hokinya gue dikasih ke elo"
"Ehh, mentang-mentang lu ye" Yujin rada kesal dengan jawaban Minji.
Untung ada Haerin yang segera melerai cekcok kecil-kecilan mereka.
"Aduh, kok malah pada ribut, sih? Daripada begini mending tidur" ujar Haerin.
Jangan heran mengapa Haerin menyarankan untuk tidur. Anak ini selain punya wajah yang seperti kucing, kepribadiannya pun mirip; suka tidur.
Mendengar saran Haerin, kedua belah pihak menghela napas.
"Huft, iya deh, iyaa" sahut Minji.
"Awas lu ye, Ji. Gue tandain lo" ujar Yujin yang ternyata emosi beneran.
"Eh, gue becanda doang, Jin. Please jangan marah gitu" bujuknya.
Yujin menggeleng. "Gue bakal buktiin kalau gue gak seperti yang lo ucapin" ujarnya serius.
Walaupun teman, Minji dan Yujin emang lebih mirip sepeeti sepasang rival. Minji yang posisinya selalu di atas sering membuat Yujin iri. Jadi ia ingin melakukan hal apapun yang bisa mengantarkannya pada posisi yang lebih tinggi dari Minji.
Haerin yang melihat keduanya tegang pun hanya bisa pasrah. Kalau begini jadinya sepertinya lebih baik jika ia tutup mulut saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cutest Pair | Bbangsaz
FanfictionPernah mendengar teori benang merah? Inilah yang terjadi diantara Hanni dan Minji. Hanni, adek kelas yang mulai tertarik dengan Minji, sang ketua osis yang ramah namun sulit didekati. Keduanya saling kenal karena tragedi Hanni yang datang terlambat...