Ghara cukup profesional untuk tidak mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Bagaimana pun juga, Shine magang di perusahaannya. Jika dia mendekatinya di kantor, itu tidak akan baik untuk citra Shine sendiri.
Tapi, nama Shine menjadi buah bibir karena hasil desainnya. Orang-orang mulai melirik dan tak jarang Alpha dan Beta di kantor mendekatinya secara terang-terangan.
'Ini tidak bisa dibiarkan,' pikir Ghara.
Tak sabar menunggu jam kantor habis, akhirnya Ghara memanggil Shine ke ruangannya lagi.
Aroma maskulin menusuk indra penciuman Shine ketika dia masuk, Ghara berusaha terlihat tenang, tapi aromanya tak bisa berbohong.
"Selamat siang, Tuan," sapa Shine sopan, tetap berdiri sebelum dipersilahkan duduk.
"Ki-kita duduk di sana, Shine." Tunjuk Ghara mengarah ke sofa.
Shine mengikuti, duduk dengan anggun dan tatap biasa, tanpa curiga sama sekali. Dia pikir, ini masih tentang desain berlian langka.
"Shine...?"
"Iya, Tuan?"
Ghara sibuk mengatur detak jantung, takut kalau-kalau Shine bisa mendengar. Hingga beberapa detik Alpha itu hanya diam, padahal Shine menunggu dia berucap.
Lama-kelamaan, Shine jadi overthinking, dia pikir mungkin ada kesalahan yang diperbuat.
"Ada apa, Tuan? apa saya melakukan kesalahan?" Rautnya berubah khawatir.
"Ti-tidak!" Ghara menjawab cepat, membenarkan posisi duduk menatap tepat ke iris kebiruan milik sang pujaan hati.
Ghara menarik nafas pelan sebelum berucap. "Kamu tidak sedang terikat hubungan asamara dengan siapa pun, begitu juga aku yang saat ini sendiri. Maukah kamu menjalin hubungan denganku?"
Kemudian menghembuskan nafas lega setelah berhasil mengutarakan maksud dalam satu tarikan nafas.
Tak sadar bahwa Omega yang mendengar kini tercengang seolah nyawanya berpisah dari raga. Tapi bukan Shine namanya jika tak bisa menguasai keadaan, ia kembali bersikap normal dalam beberapa detik.
"Shine?" Panggil Ghara ragu. "Ka-kamu tidak harus menjawabnya sekarang. Aku bisa menunggu berapa lama pun itu."
Shine mengatur nafas untuk menjawab, ada sedikit nyeri yang menyayat mengingat kisah cintanya selalu berujung pahit beberapa tahun terakhir.
Dia menunduk agar Ghara tak melihat genangan di pelupuknya. Tak perlu menunggu lama, Shine akan menjawab sekarang juga.
"Saya berterimakasih atas niat baik Anda, Tuan. Benar saya tidak sedang terikat hubungan dengan siapa pun, bahkan tidak berpikir akan menjalin hubungan lagi."
Debaran jantung Ghara semakin tak teratur, jawaban Shine sungguh membuatnya takut.
"Sebelumnya, saya pernah beberapa kali menjalin hubungan dan itu tidak berakhir baik." Shine menjeda ucapannya untuk mengatur suara agar tak bergetar. Ghara menunggu dengan gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINE [END]
FanfictionPerjalanan Shine mencari cinta sejati dan tentang Shine yang selalu bersinar.