Pagi-pagi sekali Arzhan sudah bersiap keluar dari rumah, bahkan tidak ikut sarapan bersama keluarga.
"Ini weekend, mengapa kamu terburu-buru, Nak?" tegur sang ibu yang tengah menghidangkan sarapan untuk suaminya.
"Shine akan kembali hari ini, Ma. Zhan akan menyiapkan kejutan kecil untuk menyambutnya."
"Benarkah?" sang ayah menyahut tak kalah girang.
"Um. Sudah, ya. Zhan pergi dulu."
"Ajak dia makan malam di rumah kita, Nak." Ny. Lekha berteriak lagi.
"Lain kali saja, Ma. Arzhan akan memonopolinya malam ini." Teriakan Arzhan tak kalah kencang dengan kakinya yang berlari.
Tn. Lain hanya menggeleng dengan senyum mengembang. "Semoga dia tidak patah hati," gumamnya.
"Tapi Mama berharap, semoga Shine tidak luluh semudah itu."
Sedang Ashana hanya terkekeh melihat tingkah keluarganya hari ini.
Dua malam yang lalu, berulang kali Arzhan menghubungi Shine tapi tak mendapat jawaban hingga dia nyaris putus atas.
Padahal di sana, yang ditunggu tengah kewalahan menghadapi Alphanya.
Ghara mencium Shine penuh gairah dan sedikit kasar. Aromanya nyaris membuat Shine sesak. Padahal mobil baru saja terparkir di basement gedung apartemen.
"Mnhhh..., Kakhh, ada apa den-"
Bibir itu terbungkam lagi padahal belum selesai dengan ucapannya.
'Sadar, Ghara! sadarlah! lawan nafsumu.' Batin Ghara meronta, tapi energinya cukup terkuras menahan feromon agar tak mengganggu Shine.
Hingga akhirnya Shine bernafas lega setelah Ghara melepaskan diri, menatap sendu sekaligus penuh gairah dan rasa bersalah.
"Sayang, aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini. Ini periode siklusku, mungkin besok adalah puncaknya. Kita jangan bertemu dulu ya? aku akan mengurung diri di kamar. Turunlah sayang, aku harus pergi atau aku akan menjadi semakin gila di dekatmu."
"Ta-tapi, Kak?"
"Please, Cinta. Turun, ya?"
Hembusan nafas Ghara nyaris putus-putus, aromanya membuat Shine mabuk. Wajah merah dan panas tubuh itu membuat Shine tak tega. Tapi Shine percaya, Ghara bisa mengatasi dirinya sendiri.
Sempat memberi satu kecupan di kening dan bibir sebelum dia turun. "Kabari aku ketika kamu sudah sampai di rumah, ya?" pinta Shine.
Gara mengangguk kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga yang tertinggal hanya aromanya saja di tubuh Shine.
Dengan langkah lunglai, Shine kembali ke kamarnya. Dia meraih ponsel dalam tas untuk mengirim pesan pada sang kekasih. Ternyata banyak sekali panggilan dari nomor Arzhan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINE [END]
FanfictionPerjalanan Shine mencari cinta sejati dan tentang Shine yang selalu bersinar.