Shine. 17√

807 111 215
                                    

"Pelan-pelan saja sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelan-pelan saja sayang." Ny. Ervanthe mengiringi Shine yang sedang belajar berjalan.

Dua langkah terlewati, Shine terlihat kokoh. Hingga tiga langkah, empat langkah terlewati, perawat yang membimbing menjauhkan sedikit pegangannya, namun tetap mengawasi dan Shine baik-baik saja.

Hingga akhirnya perawat melepas seluruh pegangan, Shine melangkah pasti. Di ujung langkahnya, sang ibu mertua menyambut dengan pelukan penuh haru.

"Kamu berhasil, Nak. Kamu berhasil."

Shine kembali di bimbing untuk beristirahat. Sementara Ny. Ervanthe menghubungi Besan.

Sahutan di sebrang tak kalah girang. Meski Shine belum ingin bersuara, tapi raut bahagia dan pancaran matanya jelas menunjukkan betapa dia sangat bersyukur.

"Ibu selalu berdoa untuk kebaikanmu, Nak. Kami akan mengunjungimu dalam waktu dekat," janji sang ibu yang diangguki Shine.

***

Waktu berlalu begitu cepat.

Karena sudah bisa berjalan normal, satu bulan terakhir Shine menjadi klien tetap seorang psikolog untuk memulihkan mentalnya yang mengakibatkan ia enggan mengeluarkan suara.

Omega yang tubuhnya terlihat kurus itu selalu menumpahkan tangis di sini. Sangat sulit menghapus bayangan Ghara, bahkan Shine pikir, dia tidak akan pernah bisa melupakannya.

Psikolog bergender Female Omega itu memberi keterangan pada keluarga bahwa Shine hanya enggan berbicara. Luka batinnya membuat dia merasa tak mampu mengeluarkan suara. Dampingi saja agar mentalnya pulih, dia akan mengeluarkan suara seiring berjalannya waktu.

Hari ini, Ny. Agatha akan mengajak Shine ke yayasan milik suaminya yang sudah lama sekali tidak beliau kunjungi.

"Mau ikut bersama nenek?"

Shine bertanya 'ke mana?' dengan sedikit menggerakkan kepala.

"Ikut saja."

Lansia yang terlihat masih bugar itu menggeret lengan cucunya tanpa menunggu persetujuan.

"Kamu akan semakin stress jika hanya berada di rumah menghadapi sketsa-sketsa itu."

Shine hanya pasrah mengikuti.

Hawa sejuk dan aroma pegunungan selalu membuat Shine merasakan damai. Dia amat sangat menyukai kota ini. Bahkan berpikir akan menghabiskan sisa hidupnya di sini seperti angannya bersama sang suami dulu.

SHINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang